RSS

KOREAN DRAMA - THE GREAT QUEEN SEON DEOK 선덕여왕 - SYNOPSIS & VIDEO CLIPS



Name: Queen Seon Deok 선덕여왕
Drama: Kdrama
Broadcast network: MBC
Broadcast period: 2009-May-25 to 2009-Dec-22
Episodes: 62

Cast:


Lee Yo Won as Deokman/Queen Seondeok


Ko Hyeon-jeong as Lady Misil


Park Ye Jin as Princess Cheonmyeong


Uhm Tae Woong as Kim Yushin


Kim Nam Gil as Bidam(Mishil's son)


♥Lee Yo Won as Deokman/Queen Seondeok
-Nam Ji Hyun as young Deokman
♥Ko Hyeon-jeong as Lady Misil
-UEE as young Lady Mishil
♥Park Ye Jin as Princess Cheonmyeong
-Shin Se Kyung as young Princess Cheonmyeong
♥Uhm Tae Woong as Kim Yushin
-Lee Hyun Woo as young Kim Yushin
♥Kim Nam Gil as Bidam(Mishil's son)
-Park Ji Bin as young Bidam
♥Yu Seung-ho as Kim Chunchu

Extended Cast:

♥Jo Min Ki as King Jinpyeong (Duk Man's father)
-Baek Jong Min as young Jinpyeong
♥Yoon Yoo Sun as Lady Ma Ya (Duk Man's mother; King Jinyeong's wife)
-Park Soo Jin as young Ma Ya
♥Seo Young Hee as So Hwa
♥Park Jung Chul as Kim Yong Soo (King Jinji's eldest son)
♥Do Yi Sung as Kim Yong Choon (King Jinji's 2nd son)
♥Jung Hye Sun as Lady Man Ho (Jinpyeong and Man Myeong's mother)
♥Shin Goo as Eul Je
♥Im Ye Jin as Lady Man Myeong
♥Jung Ho Bin as Moon No (the 8th leader of Hwarang Warriors)
♥Im Ho as King Jinji (cameo, ep1)
♥Lee Soon Jae as King Jin Heung (cameo, ep1)
♥Jung Woong In as Mi Saeng (Mi Shil's younger brother; the 10th leader of Hwarang Warriors)
♥Dok Go Young Jae as Se Jong (Mi Shil's husband; the 6th leader of Hwarang Warriors)
♥Jun Noh Min as Seol Won (Mi Shil's lover; the 7th leader of Hwarang Warriors)
♥Kim Jung Hyun as Ha Jong (Mi Shil and Se Jong's son; the 11th leader of Hwarang Warriors)
♥Baek Do Bin as Bo Jong (Mi Shil and Seol Won's son)
-Kwak Jung Wook as young Bo Jong
♥Ahn Kil Kang as Chil Sook
♥Lee Seung-hyo as Alcheon
-Ho Hyo Hoon (호효훈) as young Alcheon
♥Song Ok Sook as Seo Ri
♥Kang Sung Pil as San Tak
♥Kim Dong Soo as Hyeop Seong
♥Jung Sung Mo as Kim Seo Hyun
♥Lee Moon Shik as Jook Bong
♥Ryu Dam as Go Do
♥Jung Ho Geun as Seol Ji
♥Joo Sang Wook as Wol Ya
♥Moon Ji Yoon as Si Yeol
-Shin Tae Hoon (신태훈) as young Si Yeol
♥Jun Young Bin as Gok Sa Heun
-Jung Hyung Min (정형민) as young Gok Sa Heun
♥Park Young Seo as Dae Pung
-Lee Suk Min (이석민) as young Dae Pung
♥Go Yoon Hoo as Ho Jae (the 14th leader of Hwarang Warriors)
♥Hong Kyung In as Seok Pum
-No Young Hak as young Seok Pum
♥Kang Ji Hoo as Im Jong
-Kim Suk as young Im Jong
♥Suh Dong Won as Deok Chung
-Lee Do Hyun as young Deok Chung
♥Jang Hee Woong as Bakui
-Seo Sang Won as young Bakui
♥Lee Sang Hyun as Pil Tan
-Kim Tae Jin (김태진) as young Pil Tan
♥Choi Sung Jo as Seon Yeol
-Oh Eun Suk (오은석) as Young Seon Yeol
♥Kim Dong Hee as Wang Yoon
♥Ryu Sang Wook as Dae Nam Bo
♥Kim Sang Bin (김상빈) as young Dae Nam Bo
-Choi Woo Sung (최우성) as young Wang Woo
♥Park Jae Jung as Sa Da Ham (Mi Shil's first love; cameo, ep15)

GLOBAL SYNOPSIS

This is a drama taking place in Shilla about a twin girl, Deokman(boy name to hide her real identity), who was given away to a palace maid,So Hwa, to run away somewhere safe because of a prophecy. The prophecy said that if twins were born, the sons that were born would be all killed and one of the twins would also have to be killed. As she grows up, Deokman loses her mom,So Hwa, in the middle of desert from a quick sand. She then travels to the palace not knowing her whole life that she was a princess and had a twin sister,Princess Chun Myung. Deokman meets Yushin, a training Hwarang Warrior still at a young age, and becomes a Hwarang Warrior. She starts to live in the palace and meets her twin sister (both do not know yet). As she later grows older, Deokman then finds out the truth including her twin sister (twin knew before Deokman did). Princess Chun Myung makes a meeting for Deokman and her real mother, Lady Ma Ya, to meet each other. As days go by, Princess Chun Myung tries to help Deokman escape through the palace with Yushin and leave Shilla forever. Escaping from danger, Deokman and Yushin meet Bidam who doesn't know about anything. Bidam tries to help them escape with a boat but a tragidy happens. Princess Chun Myung is struck by a poisen arrow. She dies and Deokman decides to stay behind and wants to become the ruler of Shilla and make it a stable kingdom. Deokman has help from friends and followers who make her known as Shilla's princess first. Mi Shil is one of the characters in this story that plays as the enemy of Deokman. She is the high priest but wants to become the emperor of Shilla too. Who will win this fight to become Shilla's new ruler?

Thanks to the source: jenny965


선덕여왕(Queen Seon Deok) o.s.t. 아이유(IU) - 바람꽃(Wind Flower)



Thanks to ppultaeangyeong for OST



OPENING THEME SONG OF THE GREAT QUEEN SEON DEOK (MUSIC ONLY)



Sinopsis The Great Queen Seon Deok Episode 1

Di masa pemerintahan Raja Jinheung (Lee Soon-jae), Shilla mampu menjelma menjadi kerajaan yang paling ditakuti di semenanjung Korea. Keberhasilan tidak cuma disebabkan oleh kehebatan sang raja, melainkan juga berkat orang-orang kepercayaannya.

Sebut saja mulai dari Eulje (Shin Goo) penasehat istana yang mampu meredam konflik internal, Noribu dan Sejong (Dok Go-young) yang menangani strategi perang, Seolwon (Jun Noh-min) sang jendral gagah-berani, Munno (Jung Ho-bin), dan satu-satunya wanita di jajaran pimpinan kerajaan Shilla yaitu Mishil (Go Hyeon-jeong).

Bahkan, Mishil mampu menjadi orang terdekat sekaligus kepercayaan Raja Jinheung. Dari jauh-jauh hari, ia telah menetapkan sang cucu Baekjeong (Kang San) sebagai penerus tahta. Hal ini keruan saja membuat putra keduanya Pangeran Geumnyun (Im Ho) tidak terima.

Dalam perjalanan pulang, Raja Jinheung menceritakan pada Mishil tentang kisah masa kecilnya yang mampu membunuh seekor harimau dengan sebilah belati. Sambil tersenyum, Raja Jinheung menyebut bahwa menaklukkan harimau (yang diartikan sebagai rintangan) seolah telah menjadi takdir pemimpin Shilla.

Dengan bijaksana, sang raja juga menyadari bahwa hal yang mampu membuatnya terus memimpin Shilla bukanlah kehebatannya melainkan dukungan rakyat. Pembicaraan keduanya terhenti ketika Raja Jinheung mendadak batuk hingga memuntahkan darah.

Begitu sampai di istana, Raja Jinheung memerintahkan Mishil sebagai pemegang segel istana yang ditunjuknya untuk menulis surat wasiat berisi penunjukan Baekjeong sebagai pengganti dan perintah agar Mishil dan Pangeran Geumnyum mengasingkan diri dari kehidupan ramai alias menjadi biksu.

Tahu kalau Mishil tidak akan mendengarkan perintah begitu saja, Raja Jinheung meminta Seolwon untuk menghabisi wanita yang diduganya bakal menjadi duri dalam daging Shilla setelah dirinya meninggal. Sayangnya strategi tersebut berantakan, karena Seolwon ternyata menjalin hubungan gelap dengan Mishil.

Tepat pada saat pemberontak pimpinan Mishil, yang diam-diam telah menggalang dukungan, terjadi, Raja Jinheung mangkat di kursi tahtanya. Sang cucu Baekjeong cuma bisa menangis sambil bersembunyi dan dengan mata kepalanya sendiri melihat sosok Mishil yang sebenarnya.

Dengan kekuasaannya, Mishil mampu mengubah isi surat wasiat peninggalan mendiang Raja Jinheung. Sebagai ganti Baekjeong, yang menjadi pemimpin Shilla justru malah Pangeran Geumnyun yang diberi gelar Raja Jinji. Sebagai imbalan, sang raja baru menjadikan Mishil sebagai pendamping.

Sementara itu ditempat lain, Munno yang punya pengetahuan luas tentang astronomi terus mengamati langit. Hal itu tidak lain adalah berkat ramalan Raja Jinheung yang menyebut bahwa sampai gugus bintang utara yang berjumlah tujuh berubah menjadi delapan, tidak ada satupun manusia yang mampu melawan Mishil.

Tahun demi tahun berlalu, hubungan Raja Jinji dan Mishil memburuk karena sang istri tidak juga dijadikan permaisuri. Bahkan saat Mishil membawa bayi hasil hubungan mereka, Raja Jinji bergeming. Dengan kejam, Mishil meninggalkan bayinya begitu saja saat strateginya tidak berhasil.

Sementara itu, Baekjeong (Baek Jong-min) yang telah tumbuh dewasa tengah gembira karena istrinya Putri Maya (Park Soo-jin) tengah mengandung. Saat hendak berdoa di kuil, secara tidak sengaja Putri Maya melihat pasukan Hwarang tengah bersiap-siap seolah hendak menghadapi pertempuran hidup-mati.

Rupanya, semua adalah bagian dari strategi Mishil. Kehadiran Putri Maya bersama dayangnya Sohwa (Seo Young-hee) terlihat oleh Seolwon, yang langsung memerintahkan anak buahnya untuk menculik sang putri. Munno yang melihat dari kejauhan mulai curiga, dan memutuskan untuk mengikuti Putri Maya.

Dugaan Munno ternyata benar, Putri Maya langsung ditarik paksa oleh beberapa orang untuk masuk kedalam tandu. Tiba-tiba Munno teringat dengan mimpinya, ia sadar bahwa yang diramalkan oleh mendiang Raja Jinheung ada hubungannya dengan Putri Maya.

Keadaan di lingkungan istana tidak kalah genting, Raja Jinji mendapat penolakan dari pasukan Hwarang. Bahkan, Mishil mampu membalikkan keadaan dengan menyebut seolah-lah Raja Jinji-lah yang memerintahkan dirinya untuk memalsukan surat wasiat mendiang Raja Jinheung.

WATCH VIDEO CLIPS OF EPISODE 1

Sinopsis The Great Queen Seon Deok Episode 2

Begitu mendengar Putri Maya (Park Soo-jin) menghilang, Pangeran Baekjeong (Baek Jong-min) yang kuatir memutuskan untuk mencari keberadaan sang istri. Namun belum sempat bertindak, Seolwon (Jun Noh-min) telah berhasil menyusul dan menggiringnya kembali ke istana.

Ditengah perjalanan, rombongan penculik Putri Maya dicegat oleh Munno (Jung Ho-bin). Sudah tentu mereka bukan tandingannya, namun salah seorang penculik menggunakan Putri Maya sebagai tameng. Setelah menyerah, kaki Munno dan Putri Maya diikat di sebuah batu besar sebelum kemudian diceburkan ke laut.

Pangeran Baekjeong akhirnya menjadi pengganti Raja Jinji dengan nama Raja Jinpyeong, namun ia sadar kalau para menteri telah berada dalam pengaruh Mishil (Go Hyeon-jeong) sehingga dengan marah langsung mengiyakan semua keputusan termasuk memilih ratu yang baru setelah Putri Maya menghilang.

Mishil yang begitu berambisi mengisi posisi permaisuri langsung bergerak cepat, ia menggelar sidang kabinet secara terbuka dan kembali memasukkan Eulje (Shin Goo) yang berseberangan kubu untuk melegitimasi keputusan yang diambil.

Seperti yang sudah diduga Mishil, Eulje yang penuh perhitungan tidak menentang niat para menteri lain. Namun semua rencana berantakan begitu Munno muncul, sang jendral ternyata mampu membawa kembali Putri Maya, yang telah menghilang selama beberapa bulan, dengan selamat.

Sudah tentu Raja Jinpyeong sangat gembira campur terharu melihat istrinya dalam keadaan selamat, kebahagiaannya bertambah saat tahu kandungan Putri Maya ternyata baik-baik saja. Setelah kejadian itu, Raja Jinpyeong bertekad untuk mulai berani melawan kekuasaan Mishil.

Masalah ternyata baru dimulai, tabib istana menemukan kejanggalan saat memeriksa kandungan Ratu Maya, yang kemudian melaporkannya pada Seo-ri (Song Ok-sook). Sang pendeta agung langsung mendatangi Mishil, yang tengah rapat, dan meminta untuk bicara empat mata.

Mishil langsung terbelalak, apalagi Seori mengingatkan akan ramalan leluhur Shilla Hyeokgeose : pada saat seorang raja memiliki anak kembar, maka garis keturunan laki-lakinya akan terputus. Sudah tentu, hal itu berarti bencana bagi kerajaan, yang tidak pernah mengenal penerus dari kaum hawa.

Menjelang persalinan, Ratu Maya dibawa ke sebuah tempat khusus dengan hanya ditemani oleh dayangnya Sohwa (Seo Young-hee). Ditempat lain, Mishil yang tengah berpikir keras langsung memanggil Misaeng, dan memintanya untuk menyiapkan pasukan.

Persalinan akhirnya berlangsung sukses, Ratu Maya melahirkan seorang putri cantik dengan tanda lahir yang sama persis dengan sang ayah. Sudah tentu Raja Jinpyeong dan Sohwa yang terus mendampingi sangat gembira, namun keduanya dikejutkan oleh jeritan Ratu Maya, yang ternyata bakal melahirkan anak kedua.

Wajah Raja Jinpyeong langsung pucat, ia teringat dengan ramalan yang telah ada sejak Shilla berdiri, dan meminta Sohwa untuk melakukan persalinan tanpa dibantu siapapun. Tepat begitu putri kedua Raja Jinpyeong lahir, jumlah bintang di gugusan bintang utara mendadak bertambah satu.

Sebelum Mishil menggerakkan pasukan dibantu dengan Seolwon dan Sejong (Dok Go-young), Munno ternyata lebih cepat bergerak dan langsung memacu kudanya ke tempat dimana Raja dan Ratu berada.

Didalam ruangan, Raja Jinpyeong kebingungan menghadapi fakta kalau dirinya mempunyai dua orang putri kembar. Keputusan berat terpaksa diambil untuk menyelamatkan tahta dari cengkraman Mishil : ia meminta Sohwa kabur dari istana dengan membawa putri keduanya.

WATCH VIDEO CLIPS OF EPISODE 2

Sinopsis The Great Queen Seon Deok Episode 3

Begitu Seol-won (Jun Noh-min) dan pasukannya tiba, ia melihat Munno (Jung Ho-bin) muncul sambil menggendong sesuatu. Tanpa pikir panjang, sang jendral langsung memerintahkan para prajurit untuk meringkus Munno.

Saat Munno lengah, Seol-won mengarahkan panahnya ke pria itu, yang kemudian menjatuhkan benda yang terus digendongnya. Ternyata, Munno hanya menjadi pancingan karena bayi yang sebenarnya berada ditangan Sohwa (Seo Young-hee). Dengan cerdik, dayang itu mampu mengelabuhi para penjaga.

Tak lama kemudian setelah Sohwa lolos, secara kebetulan Mishil (Go Hyeon-jeong) dan rombongannya melewati para penjaga tersebut yang tengah asyik bergosip, dan mulai curiga kalau ada sesuatu yang tidak beres. Kekuatirannya makin menjadi setelah menerima surat dari Munno, yang berhasil kabur.

Dalam suratnya, Munno menjelaskan ramalan kedua yang berhasil dipecahkannya : saat jumlah gugus bintang utara bertambah satu, maka disaat itulah lahir orang yang kelak mampu menghadapi Mishil. Saat melihat keatas, Mishil terkejut melihat gugus bintang utara berjumlah delapan.

Dengan wajah dingin, Mishil menghunus pedang dan langsung membantai prajurit yang lalai sehingga mengakibatkan Sohwa dan bayi kedua Raja Jinpyeong lolos. Setelah itu, ia memerintahkan hwarang kepercayaannya Chilseok (Ahn Kil-kang) untuk meringkus Sohwa dan sang bayi dengan segala cara.

Ditemani beberapa prajurit, Chilseok berhasil mengejar Sohwa dan bayinya hingga ke sebuah gua. Untuk membuat Sohwa keluar, Chilseok sengaja membakar ranting-ranting di depan gua. Dalam keadaan terdesak, Munno muncul sebagai penyelamat dan berhasil menyelamatkan Sohwa serta bayi kedua Raja Jinpyeong.

15 tahun berlalu, Chilseok yang terus melakukan pengejaran terdampar di sebuah gurun yang berada di wilayah China dengan ditemani seorang gadis remaja. Berkat bantuan Deokman (Nam Ji-hyun), nama gadis itu, Chilseok akhirnya sampai ke sebuah desa yang terletak di tengah gurun.

Di desa tersebut, ibu Deokman ternyata memiliki sebuah kedai penginapan yang berisi orang-orang dari berbagai bangsa. Karena itu, tidak mengherankan kalau Deokman menguasai banyak bahasa. Bahkan, salah satu sahabat baiknya Cartan adalah pedagang yang berasal dari Eropa.

Bukan cuma jago bahasa, Deokman yang lama hidup di daerah terpencil begitu haus akan pengetahuan, gadis remaja itu bahkan menyimpan dan menerjemahkan buku-buku berbahasa asing yang diberikan oleh Cartan.

Sementara itu, ibu Deokman yang tidak lain adalah Sohwa sangat kaget ketika Chilseok yang diantarkan ke kamar mengajaknya berbicara dalam bahasa Gyerim (Korea). Gerak-gerik wanita itu yang terlihat ketakutan mulai membuat Chilseok curiga.

Ditengah masalah yang melanda, dimana gubernur daerah setempat melarang penjualan teh diantara para pedagang, Deokman dengan antusias menceritakan pada Sohwa soal Chilseok tanpa sadar kalau dirinyalah yang selama ini dicari salah satu prajurit hwarang terbaik itu.

Di Shilla, Mishil dikejutkan oleh kemunculan Seolwon yang datang terburu-buru. Rupanya, Seolwon mengabarkan kalau Ratu Maya (Yoon Yo-suk) kembali kehilangan putranya secara tragis. Terus menyalahkan diri sendiri, Ratu Maya sampai harus ditenangkan oleh Raja Jinpyeong (Jo Min-ki).

Diam-diam, masih ada satu orang lagi yang merasa dirinya sebagai penyebab kematian tiga pangeran putra Raja Jinpyeong : Putri Cheonmyeong (Shin Se-kyung). Teringat akan ucapan Mishil beberapa tahun sebelumnya, sang putri nekat mendatangi wanita penuh tipu-muslihat itu.

WATCH VIDEO CLIPS OF EPISODE 3

Sinopsis The Great Queen Seon Deok Episode 4

Rupanya, Chilseok (Ahn Kil-kang) menagih janji Deokman (Nam Ji-hyun) yang berjanji bakal memberinya pekerjaan. Sambil tersenyum, Deokman mengenalkan Chilseok pada Cartan yang berasal dari Eropa.

Sempat kaget dengan gaya berkenalan Cartan yang 'tidak biasa,' Chilseok diajak ke tempat dimana Deokman memperkenalkan cara baru untuk menyelundupkan teh : dengan mengubahnya menjadi bata. Sayang, strategi brilian tersebut dikacaukan oleh kemunculan mendadak para tentara.

Diam-diam, Deokman menggunakan kaca pembesar untuk membakar barang bukti. Akibatnya fatal : Sohwa (Seo Young-hee) mendadak histeris begitu melihat api berkobar. Di tahanan, Deokman sambil bercucuran air mata menceritakan apa yang membuat sang ibu begitu trauma sambil diiringi tatapan curiga Chilseok.

Teriakan panik Deokman supaya Sohwa mendapat perawatan tidak digubris para prajurit. Gubernur Yang, pemimpin daerah Guangdong, memutuskan untuk mengeksekusi mereka yang terlibat penyelundupan teh dimulai dari Cartan. Dengan cepat, Deokman maju dan mengaku dirinya sebagai dalang dari semuanya.

Dengan sedikit ketakutan, Deokman, dibantu Cartan sebagai penerjemah, menyebut apa yang dilakukannya adalah karena kasihan dengan para pedagang yang telah menghabiskan banyak waktu untuk sampai ke Guangdong namun harus sia-sia karena larangan jual-beli teh yang tidak masuk akal.

Wajah Gubernur Yang merah-padam mendengar penuturan Deokman, namun gadis cilik itu tambah berani dan menyebut bahwa gubernur yang tidak memperhatikan rakyatnya tidak pantas untuk memegang kekuasaan. Dengan kesal, Gubernur Yang menyodorkan dua biji dan menyuruh Deokman memilih salah satu diantaranya.

Tidak percaya begitu saja, Deokman langsung mengambil salah satu biji dan menelannya sambil menyebut bahwa bila dugaannya benar, maka biji yang dipegang Gubernur Yang bertuliskan HIDUP. Kecerdasan gadis itu membuat sang gubernur tidak punya pilihan lagi selain membebaskan para pedagang.

Begitu sampai di penginapan, Cartan cuma bisa meringis kesal sekaligus takjub mendengar penuturan Deokman yang menyebut apa yang dikatakannya berasal dari buku. Dibelakangnya, Sohwa yang sempat tersenyum bangga mendadak pucat begitu mendengar Deokman menceritakan asal-usul Chilseok pada Cartan.

Dengan terburu-buru, Sohwa menarik Deokman untuk meninggalkan tempat itu. Saat menuju kamar untuk menyiapkan pakaian, langkah keduanya dihadang oleh Chilseok. Sempat terjadi kejar-kejaran, namun kecerdikan Deokman ditambah keberanian Sohwa membuat keduanya lolos meski kediaman mereka terbakar habis.

Chilseok yang terluka karena tusukan belati Sohwa memaksakan diri untuk mengejar dua orang yang telah dicarinya selama belasan tahun, meski sudah diingatkan kalau matanya bisa buta bila memaksakan diri. Bagaimana dengan Deokman dan Sohwa? Keduanya meninggalkan Guangdong dengan melewati padang pasir.

Saat berteduh di sebuah gua, Sohwa meminta Deokman untuk pergi sejauh mungkin. Namun, Deokman malah meminta supaya keduanya bisa kembali ke Shilla untuk mengetahui asal-usulnya. Sempat melihat surat yang terus disimpan Sohwa, Deokman malah mengira kalau Munno adalah ayah yang menelantarkannya.

Melihat Deokman mencucurkan air mata dan salah sangka, Sohwa langsung memeluk gadis itu dengan erat. Belakangan saat sang putri tengah mengambil air, Sohwa kembali berpapasan dengan Chilseok, keduanya terlibat kejar-kejaran.

Panik dan berusaha untuk memperingati Deokman, Sohwa terjatuh ke pasir hisap. Wajah Deokman langsung pucat, ia berusaha menyelamatkan sang ibu. Sementara itu dari belakang, Chilseok muncul sehingga Sohwa harus mengambil keputusan terberat dalam hidupnya : mengorbankan diri demi Deokman.

WATCH VIDEO CLIPS OF EPISODE 4

Sinopsis The Great Queen Seon Deok Episode 5

Deokman (Nam Ji-hyun) langsung menjerit histeris melihat tubuh Sohwa (Seo Young-hee) menghilang ditelan pasir hisap, ia nyaris saja terjun menyusul sang ibu kalau saja Chilseok (Ahn Kil-kang) tidak mencegah.

Petaka tidak hanya sampai disitu, mendadak badai gurun bertiup kencang. Begitu tersadar kembali, Deokman berada dibawah tumpukan pasir. Usahanya mencari Sohwa sia-sia, gadis itu hanya bisa menangis dan terbaring di tengah padang pasir sampai akhirnya ditemukan oleh Cartan dan para pedagang lain.

Di Seorabol ibukota kerajaan Shilla, Putri Cheonmyeong (Shin Se Kyung) tiba-tiba terbangun setelah bermimpi buruk. Dalam mimpinya, sang suami yang juga merupakan putra dari raja sebelumnya Kim Yongsu (Park Jung-chul) terbunuh dalam sebuah pertempuran melawan musuh.

Pada kenyataannya, Yongsu yang digosipkan bakal menjadi putra mahkota ditentang oleh pasukan hwarang dan para menteri kabinet karena selain statusnya sebagai putra Raja Jinji yang tersingkir, dirinya dianggap belum berjasa sama sekali bagi kerajaan Shilla.

Sadar kalau banyak pihak yang menentang, Yongsu didepan sidang kabinet menyatakan bakal membuktikan diri dengan menaklukkan salah satu wilayah strategis kerajaan Baekje. Melihat Putri Cheonmyeong begitu sedih, Raja Jinpyeong tidak bisa berbuat apa-apa.

Dengan wajah muram, Raja Jinpyeong memberitahukan ramalan tentang tujuh bintang biduk utara yang berubah menjadi delapan, dan menyebut Putri Cheonmyeong sebagai satu-satunya harapan untuk menghadapi Mishil. Ucapan itu sukses membuat sang putri mengurungkan niatnya melarang Yongsu untuk bertempur.

Secara mengejutkan, Kim Yongsu berhasil menaklukkan pasukan Baekje sekaligus memenggal kepala salah satu jendralnya. Sayang dalam perjalanan pulang, ia tewas karena dipanah salah seorang prajurit Baekje (seperti yang diimpikan oleh Putri Cheonmyeong).

Kedukaan juga tengah dirasakan Deokman yang baru saja kehilangan ibunya. Seolah seperti mimpi, Sohwa muncul dihadapannya sambil menghibur gadis yang tengah tersedu-sedu itu. Uniknya, hal serupa juga dialami oleh Putri Cheonmyeong, yang seolah melihat suaminya Yongsu ada didepannya.

Saat tengah mendoakan arwah Yongsu di biara, mendadak Mishil (Go Hyeon-jeong) berada di samping Putri Cheonmyeong. Setelah berdoa, wanita itu memeluk Cheongmyeong sambil membisikkan supaya sang putri pergi sejauh mungkin dan melupakan ramalan tentang tujuh bintang biduk utara yang tidak masuk akal.

Putri Cheonmyeong akhirnya memutuskan untuk tinggal di biara, permintaan itu membuat Raja Jinpyeong (Jo Min-ki) kaget. Permintaan itu juga ditentang oleh Kim Yongchun (Do Yi-sung), namun sang adik ipar akhirnya mengerti : Cheonmyeong melakukan semua demi keselamatan bayi yang dikandungnya.

Keputusan besar diambil oleh Deokman, ia memutuskan untuk meninggalkan padang pasir menuju Seorabol untuk mencari tahu asal-usulnya. Sebelum berpisah, sahabatnya Cartan berpesan supaya dalam perjalanannya, Deokman menyamar sebagai seorang pria.

Mata Deokman terbelalak takjub begitu sampai di Seorabol, namun mencari sosok Munno ternyata tidak semudah yang dibayangkan. Dirinya nyaris putus asa, sampai secara tidak sengaja ia mendengar seorang berpakaian rahib mengatakan bahwa tidak semua orang bisa bertemu Munno.

WATCH VIDEO CLIPS OF EPISODE 5


Sinopsis The Great Queen Seon Deok Episode 6

Begitu melihat Deokman (Nam Ji-hyun) antusias, penipu yang berpakaian pendeta bernama asli Jukbang (Lee Moon-shik) langsung pura-pura lemas sementara rekannya Godo (Ryu Dam) pura-pura menyebut hal itu dikarenakan si pendeta baru saja bertapa sambil berpuasa.

Dasar polos, Deokman langsung mentraktir keduanya makan enak. Kedok Jukbang nyaris saja terbongkar ketika anak-anak calon hwarang pimpinan Kim Yushin (Lee Hyun-woo) mengkonfrontirnya karena telah mencuri giok, namun dengan licik pria itu menyelipkan giok tersebut ke saku Deokman.

Tidak cuma itu, Deokman juga diberikan sebuah surat untuk seorang pria bernama Seolji (Jung Ho-geun). Mengira kalau dirinya telah mendapatkan titik terang mengenai lokasi keberadaan Munno, Deokman langsung berjalan dengan riang.

Di istana, Mishil (Go Hyeong-jeong) dan orang-orang kepercayaannya menggelar rapat untuk melacak keberadaan Munno (Jung Ho-bin). Hanya ada satu masalah, Munno diduga berada di wilayah pimpinan Kim Sohyeon (Jung Sung-mo) yang juga merupakan adik ipar raja.

Dengan alasan untuk menangkap pemberontak, Mishil mendatangi Raja Jinpyeong (Jo Min-ki) yang tengah berpesta bersama para menterinya. Kehadiran Mishil langsung membuat rona gembira wajah Jinpyeong berubah, dengan cepat ia mengiyakan keinginan Mishil.

Masalah sempat timbul saat rapat kabinet. Sebelum Seolwon (Jun Noh-min) berbicara, Sejong (Dok Go-young) memotong dengan menyebut supaya pimpinan pasukan diserahkan pada Hajong (Kim Jung-hyun), putranya dengan Mishil. Alasannya sederhana : meski kedudukannya tinggi, Hajong belum melakukan hal heroik bagi Shilla.

Rupanya Sejong punya niat lain, ia ingin Hajong meraih nama besar sehingga kelak bisa menjadi raja setelah Mishil berkuasa. Niat tersebut bukannya tidak diketahui Seolwon dan Bojong (Kwak Jung-wook), namun rupanya Mishil punya rencana sendiri untuk Bojong, putra hasil hubungannya dengan Seolwon.

Saat hendak menyeberang sungai, Deokman dengan seenaknya naik perahu dan duduk di sebelah wanita berpakaian biksuni yang dikelilingi sejumlah pria. Tidak sadar kalau yang disebelahnya adalah Putri Cheonmyeong (Shin Se-kyung), gadis malang itu sempat dilempar ke dalam sungai oleh para pengawal sang putri.

Tiba-tiba muncul segerombolan pria tak dikenal yang langsung menyerang, Deokman berhasil menyelamatkan Putri Cheonmyeong yang nyaris dipanah. Keduanya sempat adu mulut karena sikap Putri Cheonmyeong yang angkuh, namun permusuhan tersebut terlupakan saat keduanya sama-sama menjadi tawanan.

Sempat sumrigah ketika akhirnya menemukan Seolji, siapa sangka surat dari Jukbang malah menjerumuskan Deokman dan Putri Cheonmyeong (yang identitasnya belum diketahui siapapun) dalam kesulitan besar. Langsung memutar otak, Deokman mengaku kalau dirinya bisa mendatangkan hujan.

Dengan wajah bengis, Seolji memberi Deokman waktu tiga hari. Langsung meminta dibuatkan altar, Deokman dengan tidak kenal lelah bersujud-sembah. Masih belum cukup, ia juga menggali tanah untuk mencari sumber air. Tekad Deokman yang begitu kuat akhirnya meluluhkan hati Seolji dan orang-orang disekitarnya.

Tak berapa lama, hujan mendadak turun seolah langit tersentuh melihat keteguhan hati Deokman. Sayang kegembiraan itu tidak bertahan lama, tiba-tiba pasukan Shilla pimpinan Hajong muncul dan menyerang perkampungan. Untuk kesekian kalinya, Putri Cheonmyeong dan Deokman terlibat pelarian.

Saat tengah berlari untuk meloloskan diri dari kejaran prajurit, Deokman dan Putri Cheonmyeong jatuh terguling-guling. Nasib Deokman sungguh apes, ia nyaris jatuh dari tebing dan satu-satunya yang bisa menolong hanyalah Putri Cheongmyeong yang juga tengah panik.

WATCH VIDEO CLIPS OF EPISODE 6

Sinopsis The Great Queen Seon Deok Episode 7


Begitu sadar, Deokman (Nam Ji-hyun) terkejut melihat Putri Cheonmyeong (Shin Se-kyung) ada didepannya. Terbelalak melihat gadis itu nekat terjun menyelamatkannya, Deokman memeluk sang putri dengan wajah berseri-seri.

Malamnya di api unggun, Putri Cheonmyeong langsung mengajak Deokman untuk mencari Munno di biara Yeorae setelah mendengar alasan sahabat barunya itu. Saat hendak membersihkan rambut Deokman, sang putri sedikit terkejut saat tahu Deokman mempunyai tanda lahir yang sama dengannya.

Namun begitu sampai, biara malah telah dikuasai oleh segerombolan pria bertopeng (yang dipimpin oleh Bojong (Kwak Jung-wook)). Terjadi kejar-kejaran, Deokman dan Putri Cheonmyeong sempat nyaris jadi tawanan, namun di saat genting muncul pasukan kerajaan yang dipimpin Imjong (***).

Sebuah panas yang dilepaskan Bojong (yang mengenakan topeng) langsung membuat Putri Cheongmyeong jatuh terguling-guling, disusul oleh Deokman dan Bojong, yang terkena panah Imjong.

Bisa dibayangkan, bagaimana marahnya Raja Jinpyeong (Jo Min-ki) mendengar apa yang terjadi di biara Yeorae. Kuatir dengan keselamatan putrinya, ia memutuskan untuk datang sendiri ke biara yang terletak di propinsi Manno dan dipimpin oleh adik iparnya Kim Sohyeon (Jung Sung-mo).

Kesempatan itu digunakan oleh Mishil (Go Hyeon-jeong) untuk menekan Kim Sohyeon, ia menyebut sang gubernur harus membayar mahal bila Putri Cheonmyeong tidak berhasil ditemukan.

Di pinggir sebuah sungai, Putri Cheonmyeong ditemukan dalam keadaan tidak sadar oleh Kim Yushin (Lee Hyun-woo). Sayangnya terjadi kesalahpahaman, Yushin menemukan gioknya di saku baju yang dikenakan sang putri sehingga mengiranya sebagai pencuri.

Dengan suara tinggi, Putri Cheonmyeong memerintahkan supaya dirinya dilepaskan dan dibawa ke hadapan Kim Sohyeon. Ucapan itu malah membuat Yushin berang, ia membiarkan Putri Cheonmyeong dalam keadaan terikat dan menyaksikannya berlatih.

Keduanya terlibat adu mulut, Putri Cheonmyeong sempat tersentak ketika perkataan Yushin tentang kejujuran mengingatkan akan dirinya sendiri saat berbicara dengan Mishil. Dengan lemas, Putri Cheonmyeong terduduk dan menunggu Yushin menyelesaikan latihannya.

Sementara itu, Deokman di tempat terpisah tengah merawat Bojong yang luka parah terkena panah. Nasib kembali mempertemukannya dengan Jukbang (Lee Moon-shik) dan Godo (Ryu Dam).

Rupanya meski berprofesi sebagai penipu, Jukbang cukup handal sebagai seorang tabib. Deokman langsung gembira melihat Bojong berhasil diselamatkan, namun kembali marah-marah saat tahu cincin pria itu berhasil dicuri Jukbang.

Saat mengantar Putri Cheonmyeong ke pengadilan, Yushin dan para bawahannya melihat pengumuman. Wajahnya langsung berubah pucat saat membaca pengumuman itu, ia sadar kalau yang ada dihadapannya bukanlah pencuri melainkan Putri Cheonmyeong.

Di luar dugaan, Putri Cheonmyeong di hadapan Raja Jinpyoeng menyebut Yushin sangat berjasa menyelamatkan nyawanya. Saat bicara bertiga dengan Mishil, ia langsung membela Kim Sohyeon yang semula hendak ditimpakan kesalahan atas kejadian di biara Yeongrae.

Dengan cepat, Putri Cheonmyeong membalikkan kecurigaan ke kubu Mishil khususnya Bojong, yang disebut tengah pergi ke suatu tempat. Wajah Raja Jinpyeong langsung kuatir melihat putrinya nekat berhadapan dengan Mishil, namun Putri Cheonmyeong menyebut itu adalah ujian baginya.

Diam-diam, Seolwon (Jun Noh-min) siap membayar dalam jumlah besar bagi siapapun yang berhasil menemukan putranya Bojong. Begitu tahu, Jukbang dan Godo langsung kembali ke gubuk tempat Bojong dirawat, dan kembali bertemu Deokman.

Berhasil membujuk Deokman, Jukbang dan Godo berjanji bakal menjadi penunjuk jalan bagi pasukan. Siapa sangka kali ini mereka tidak hanya berhadapan dengan Seolwon, melainkan langsung dengan Mishil sendiri.

WATCH VIDEO CLIPS OF EPISODE 7

Sinopsis The Great Queen Seon Deok Episode 8

Begitu sadar kalau yang ada dihadapannya adalah Mishil (Go Hyeon-jeong), wajah Jukbang (Lee Moon-shik) langsung pucat. Godo (Ryu Dam) yang tidak sadar akan bahaya terus mengoceh, ia heran melihat Jukbang terdiam.

Begitu ada kesempatan, Jukbang dan Godo langsung lari tunggang-langgang karena takut mereka bakal dihabisi setelah Bojong (Kwak Jung-wook) ditemukan. Dengan geram, Seolwon (Jun Noh-min) langsung memerintahkan supaya keduanya ditemukan dengan segala cara.

Di istana, Putri Cheonmyeong (Shin Se-kyung) yang tengah berbincang-bincang dengan Raja Jinpyeong (Jo Min-ki) dan Yongchun (Do Yi-sung) sangat yakin kalau Mishil tidak akan mampu membuktikan keberadaan Bojong, namun mereka ternyata salah.

Melihat Deokman ada di gubuk tempat Bojong semula dirawat, Jukbang dan Godo buru-buru menariknya pergi. Namun di tengah kota, keduanya berhasil ditangkap oleh anak buah Mishil. Tidak kehabisan akal, Deokman sengaja membuat kegaduhan supaya kehadirannya menarik perhatian.

Deokman yang tidak perduli kalau dihadapannya adalah Raja Jinpyeong langsung menunjuk Bojong sebagai orang yang ada saat kemelut di kuil Yeorae. Sudah tentu Bojong membantah, namun Deokman mengeluarkan bukti kuat yang dimilikinya : cincin yang dicuri oleh Jukbang.

Tidak cuma itu, dengan berani Deokman mendatangi Mishil yang sempat sekilas dilihatnya di hutan. Tanpa basa-basi, gadis yang menyamar sebagai pria itu meminta supaya Jukbang dan Godo (yang diakuinya sebagai ayah dan kakak) untuk segera dibebaskan.

Ucapan blak-blakan Deokman membuat Mishil mati kutu. Bahkan berkat perintah Raja Jinpyeong, Jukbang dan Godo yang nyaris dieksekusi akhirnya dibebaskan. Di hadapan sang ayah, Putri Cheonmyeong mengakui semua termasuk soal dirinya yang telah melahirkan seorang putra.

Atas permintaan Putri Cheonmyeong, Kim Yushin dan Deokman akhirnya dibawa kembali ke Seorabol sebagai nangdo alias calon anggota Hwarang. Tentu saja, Jukbang dan Godo, yang mengemis-ngemis pada Deokman untuk ikut diselamatkan, tidak ketinggalan.

Sudah tentu, masuknya Deokman, Jukbang, dan Godo diprotes oleh para anak buah Yushin. Namun, pemuda berhati lurus itu menyebut tidak akan main-main saat menggembleng ketiganya.

Begitu sampai di Seorabol, Putri Cheonmyeong (yang menggunakan cadar) mengambil kembali posisinya sebagai pimpinan tertinggi pasukan hwarang sekaligus menobatkan Yushin dan anak buahnya sebagai bagian dari pasukan elit kerajaan Shilla tersebut.

Dari situlah cobaan dimulai. Sepeninggal Putri Cheonmyeong, Bojong dan pasukan hwarang lain menolak kehadiran Yushin dan anak buahnya. Bahkan setelah menang, Bojong merobek separuh bendera pasukan Yushin dan mengambilnya.

Begitu tahu kalau Putri Cheonmyeong telah melahirkan seorang putra, Mishil langsung tertawa sehingga membuat para sekutunya sedikit gemetar ketakutan. Rupanya, Mishil melihat Putri Cheonmyeong bagai dirinya di masa lalu.

Penasaran dengan sosok lain yang berani menghadapinya, Mishil minta supaya Deokman dibawa kehadapannya. Lagi-lagi, Deokman berani membantah Mishil saat ditanya hubungan antara dirinya dengan Munno.

Pembicaraan keduanya terhenti oleh kemunculan mendadak Yongchun, yang sadar kalau Deokman ada dalam bahaya. Begitu sampai di luar, Deokman menanyakan soal papan nama Chilseok (Ahn Kil-kang) yang sempat dilihatnya. Rupanya, semua orang menyangka Chilseok sudah mati.

Menghilangnya Deokman membuat Yushin marah, ia menghukum sang bawahan dengan karung pasir yang harus diikat di kaki. Dalam kondisi biasa saja, Deokman belum tentu bisa mengimbangi rekan-rekannya sesama nangdo saat berlari jarak jauh, apalagi setelah kakinya diikat karung pasir.

Karena jadi orang terakhir yang sampai, Deokman kembali mendapat 'hadiah' satu karung pasir lagi. Kejadian itu lama-lama membuat gadis yang menyamar sebagai pria itu terbiasa, namun ia tetap tidak kehilangan keoptimisannya. Dan tidak terasa, tahun-tahun berlalu begitu cepat.

WATCH THE VIDEO CLIPS OF EPISODE 8


Sinopsis The Great Queen Seon Deok Episode 9

Sebagai orang terakhir, Deokman (Lee Yo-won) terus-menerus mendapat hukuman dari pimpinan klan Kembang Naga Kim Yushin (Uhm Tae-woong). Meski jengkel, gadis yang menyamar sebagai pria itu tetap menurut.

Meski dicap anggota paling lemah, Deokman punya satu hal yang tidak dimiliki rekan-rekannya : keinginan untuk menjadi lebih baik. Bahkan saat semuanya istirahat, ia tidak ragu-ragu berlatih memanah sendirian sambil mempelajari teknik yang benar.

Cobaan bagi Deokman dan rekan-rekannya tidak hanya dari Yushin yang kerap memberikan latihan ekstra keras, melainkan juga dari klan hwarang lain yang dipimpin oleh Seokpum (Hong Kyung-in).

Di istana, berita jatuhnya benteng Sokham membuat Raja Jinpyeong kuatir. Namun saat penasehat Eulje (Shin Goo) menyarankan supaya Kim Seohyeon (Jung Sung-mo) memimpin pasukan untuk melakukan serangan balasan, niat tersebut ditentang kubu Mishil (Go Hyeon-jeong).

Lagi-lagi, Raja Jinpyeong tidak berkutik dan hanya bisa mengiyakan ketika Mishil meminta supaya putranya Hajong (Kim Jung-hyun) memimpin pasukan untuk membalas serangan Baekje.

Ketegangan antar klan hwarang memuncak ketika Deokman diganggu Seokpum, yang berusaha mempermalukannya dengan mencopot baju gadis yang dikira sebagai pria itu. Adegan tersebut terlihat oleh anggota klan Kembang Naga lain, sehingga perkelahian antar klan tidak bisa dihindari.

Keributan tersebut kontan menjadi pembicaraan di rapat pimpinan hwarang. Yushin sempat menyebut bahwa keributan disebabkan oleh klan pimpinan Seokpum, namun saat diminta untuk melakukan pembuktian lewat ajang kompetisi antar klan hwarang yang dikenal dengan nama Beejae, pria itu menolak.

Sebagai gantinya, ia menghukum Deokman. Sudah tentu keputusan tersebut membuat emosi anggota klan Kembang Naga, salah satunya Shiyeol (Moon Ji-yoon) berang, mereka menganggap bahwa mundur dari kompetisi adalah tindakan pengecut. Namun, Yushin rupanya punya pertimbangan sendiri.

Sehebat-hebatnya Yushin menghindar, sebuah kejadian yang melibatkan klan Seokpum membuatnya tidak punya pilihan lagi kecuali ikut kompetisi Beejae. Siapa sangka, pertandingan antar klan bisa dihentikan oleh hal yang jauh lebih penting : serangan kerajaan Baekje ke benteng Yeongnam yang letaknya sangat vital bagi Shilla.

Sadar kalau Hajong yang memimpin pasukan Shilla bukan tandingan Baekje, Mishil meminta Raja Jinpyeong untuk mengutus Seolwon (Jun Noh-min) untuk maju ke medan perang. Di tempat lain, Yushin mempersiapkan para anggota klan Kembang Naga untuk pertandingan Beejae.

Begitu sampai di tempat pertandingan, klan Kembang Naga yang telah berpakaian lengkap dikejutkan oleh pengumuman yang disampaikan salah satu petinggi hwarang Hojae (Go Yoon-hoo) : Shilla secara resmi kembali berperang dengan kerajaan Baekje.

Setelah rapat bersama Putri Cheonmyeong (Park Ye-jin), akhirnya diputuskan untuk menyertakan para pasukan hwarang ke dalam pertempuran, diantaranya klan pimpinan Seokpum, Yushin, dan Alcheon (Lee Seung-hyo).

Di malam sebelum keberangkatan, Deokman diam-diam menyelinap keluar kamp untuk bertemu dengan biksuni yang telah dikenalnya beberapa tahun silam. Tidak sadar kalau biksuni itu adalah Putri Cheonmyeong yang menyamar, Deokman menyampaikan keluh-kesahnya tentang Yushin.

Reputasi klan Kembang Naga yang dianggap lemah membuat mereka terlibat perkelahian dengan klan pimpinan Alcheon. Sudah tentu, keributan antar pasukan satu kubu di tengah perang adalah sebuah kejahatan dan pelakunya harus dihukum.

Belum sempat diambil tindakan, tiba-tiba Seolwon muncul. Selain meminta Alcheon dan Seokpum menjaga benteng, sang jendral memberi pengumuman mengejutkan : ia menunjuk Yushin dan anggota klan Kembang Naga untuk ikut terjun ke medan pertempuran.

WATCH VIDEO CLIPS OF EPISODE 9

Sinopsis The Great Queen Seon Deok Episode 10

Yang lebih mengenaskan lagi, hwarang yang lebih senior seperti Seokpum (Hong Kyung-in) dan Alcheon (Lee Seung-hyo) diminta untuk menemani Kim Seohyeon (Jung Sung-mo) di garis belakang. Meski kesal, sebagai prajurit mereka harus menerima keputusan.

Sebelum berangkat ke medan perang, Seolwon (Jun Noh-min) menitipkan surat untuk Kim Seohyeon, yang baru boleh dibuka empat jam setelah kepergiannya. Tidak jauh dari sana, Yushin (Uhm Tae-woong) berpesan pada klan Kembang Naga untuk tidak membuat keonaran sepeninggal dirinya.

Gerakan pasukan Shilla yang berjumlah besar menarik perhatian mata-mata Baekje. Rupanya, itulah yang diharapkan Seolwon. Begitu Kim Seohyeon membaca surat, sang ipar raja baru sadar kalau Seolwon hanya mengalihkan perhatian, sementara tujuan utama adalah menyerang gerbang pertama benteng Ahmak.

Yang membuat Kim Seohyeon kuatir adalah : sebelum menyerang benteng Ahmak, mereka harus lebih dulu menundukkan garis pertahanan Baekje yang terletak di dataran tinggi dimana terdapat pasukan panah.

Begitu diberitahu strategi yang bakal dilakukan, klan Kembang Naga yang berada dibawah pimpinan Alcheon (terutama Shiyeol (Moon Ji-yoon)) langsung pucat-pasi. Kondisi makin kontras ketika mereka mulai terjun ke medan perang, Klan Kembang Naga benar-benar terlihat seperti sekelompok orang amatir.

Saat tengah mengendap-ngendap mendekati musuh, terjadi insiden : Shiyeol, yang ketakutan melihat seekor ular, berteriak sehingga penyamaran pasukan Shilla terbongkar. Untungnya, pasukan pimpinan Alcheon berhasil menaklukkan musuh sebelum jatuh lebih banyak korban.

Setelah menaklukkan gerbang pertama, Alcheon yang geram sempat hendak mengeksekusi Shiyeol yang penakut karena dianggap membahayakan keselamatan rekan-rekannya. Namun, ucapan Deokman (Lee Yo-won) ditambah kemunculan Kim Seohyeon membuatnya harus mengurungkan niat.

Perintah bagi Kim Seohyeon ternyata tidak hanya sampai disitu, Seolwon menginstruksikan supaya menyerang dan menaklukkan benteng Ahmak. Padahal, pasukan Shilla yang tersisa tidak sebanding dengan pasukan Baekje yang ada di benteng Ahmak.

Ditaklukkannya barisan pertahanan pertama benteng Ahmak membuat Jendral Boopae dari Baekje yang berkedudukan di benteng Seokham kaget setengah mati. Marah karena merasa dirinya ditipu, ia langsung memerintahkan lima ribu pasukan untuk merebut kembali garis depan benteng Ahmak.

Seolwon memang benar-benar jendral yang ahli strategi, rupanya tujuan utama sejak semula adalah mengurangi kekuatan di benteng Seokham supaya lebih mudah diserang, sementara pasukan Kim Seohyeon hanya pancingan.

Satu-satunya yang sadar akan bahaya yang bakal menimpa Kim Seohyeon adalah Yushin, namun permintaannya supaya Seolwon mengirimkan bala bantuan hanya ditertawakan oleh sang jendral. Rupanya, sejak semula Seolwon hendak mengorbankan Kim Seohyeon dan pasukannya.

Keadaan makin genting dihadapi pasukan Kim Seohyeon, satu-persatu pos pertahanan Shilla telah ditaklukkan pasukan Baekje yang datang dari benteng Seokham. Posisi mereka terjepit oleh dua tentara sekaligus : dari benteng Ahmak dan bala bantuan dari benteng Seokham.

Satu-satunya kesempatan yang diberikan Seolwon adalah mengirim Yushin sebagai kurir untuk menyuruh Kim Seohyeon dan pasukannya mundur sebelum bala tentara Baekje datang.

Di istana, strategi jitu yang dijalankan Seolwon mampu ditebak oleh Mishil (Go Hyeon-jeong), dan disambut dengan tawa lebar Misaeng (Jun Woong-in). Sang adik lebih kaget lagi saat tahu Mishil mampu mengetahui strategi Seolwon hanya dengan melihat keadaan.

Meski tahu kalau strategi perang yang dijalankan Mishil dan kelompoknya tidak cuma demi menaklukkan benteng yang dikuasai Baekje melainkan sekaligus melenyapkan Kim Seohyeon, Raja Jinpyeong (Jo Min-ki) tidak bisa berbuat apa-apa.

Dikurung oleh bala tentara Baekje, Alcheon dan pasukannya serta klan Kembang Naga kelabakan. Di saat terakhir, Alcheon memerintahkan supaya para hwarang dan nangdo (calon hwarang) berani menghadapi musuh dengan gagah-berani dan mengorbankan nyawa mereka.

Namun, Deokman yang tidak mau mati konyol mendadak teringat akan strategi lingkaran yang pernah diajarkan Yushin dan langsung memerintahkan pasukan yang tersisa untuk mengikuti perintahnya. Sayangnya karena kalah jumlah, tak lama kemudian satu-persatu prajurit Shilla gugur.

Begitu sampai, Yushin langsung menyampaikan pesan pada sang ayah supaya mundur. Wajahnya langsung pucat saat tahu hanya segelintir dari klan Kembang Naga yang selamat. Bahkan, Deokman diduga telah tewas di medan pertempuran.

WATCH VIDEO CLIPS OF EPISODE 10


Sinopsis The Great Queen Seon Deok Episode 11

Terkejut mendapat serangan mendadak, nyawa Yushin (Uhm Tae-woong) berada di ujung tanduk... sampai tiba-tiba seseorang memanah prajurit Baekje dari belakang. Orang tersebut adalah Deokman (Lee Yo-won), yang ternyata masih hidup.

Di istana, Putri Cheonmyeong kaget saat diberitahu kalau kurir yang diutus untuk menemui Kim Seohyeon (Jung Sung-mo) adalah Yushin. Berusaha meminta Raja Jinpyeong (Jo Min-ki) untuk mengirim bantuan, niat tersebut ditentang oleh Mishil (Go Hyeon-jeong) karena itu berarti Shilla, yang tengah dalam negosiasi gencatan senjata, masuk ke wilayah Baekje.

Di medan pertempuran, Kim Seohyeon menugaskan Alcheon sebagai pimpinan pasukan untuk memancing Baekje. Punya peran penting yaitu menyelamatkan ribuan pasukan yang tersisa, Alcheon (Lee Seung-hyo) tidak segan-segan menebas anggota pasukannya yang terluka parah dan tidak bisa bergerak.

Aksi tersebut sempat diprotes Deokman, yang menganggap tindakan Alcheon tidak berperikemanusiaan. Namun Alcheon punya alasan sendiri : prajurit yang tidak bisa bertempur hanya akan memperlambat gerak pasukan dan membahayakan keselamatan rekan-rekannya. Keruan saja, hal ini membuat Shiyeol (Moon Ji-yoon) yang terluka tangannya semakin ketakutan.

Pasukan Baekje akhirnya berhasil dipancing meski korban yang jatuh tidak sedikit, Deokman ditugaskan untuk memantau keadaan bersama Shiyeol, yang lagi-lagi berulah karena ketakutan. Dengan suara tinggi, Deokman menyebut bahwa bila ingin hidup, Shiyeol harus berjuang mati-matian mempertahankan nyawa.

Dari salah seorang prajurit Shilla yang sekarat, Deokman mendapat kabar penting yang harus disampaikan kepada Alcheon : seluruh tempat telah dikuasai pasukan Baekje termasuk tempat dimana pasukan pengalih perhatian berencana untuk berkumpul kembali dengan Kim Seohyeon.

Sekonyong-konyong muncul pasukan Baekje, yang salah satu panahnya berhasil melukai Alcheon. Seperti perjanjian semula, Alcheon meminta supaya dirinya dihabisi. Tidak tahan lagi melihat aksi pembantaian, Deokman menelan surat yang berisi informasi tempat pertemuan dengan Kim Seohyeon dan mengancam tidak akan memberitahu lokasinya bila Alcheon dibunuh.

Ucapan Deokman masuk akal : jauh lebih baik bila pasukan yang tersisa (termasuk yang terluka) berjuang bersama-sama untuk menghadang pasukan Shilla. Keberanian Deokman melawan perintah atasan membuat Yushin marah, namun ucapan berikutnya sang nangdo membuatnya tidak berkutik.

Dasar beruntung, Yushin mendapat ide baru untuk menghalau pasukan Baekje berkat ketidaksengajaannya mendengar pertengkaran Jukbang (Lee Moon-shik) dan Godo (Ryu Dam) : menggunakan daun tanaman beracun.

Strategi tersebut sukses menghancurkan pasukan Baekje, bahkan Shiyeol yang penakut berhasil menaklukkan salah seorang panglima musuh. Namun bayarannya sangat mahal : keberanian Shiyeol adalah untuk yang terakhir kalinya, ia tewas dengan diiringi isak tangis pasukan Kembang Naga.

Intrik berlanjut di istana, Mishil yang mengira Kim Seohyeon sudah tewas mengusulkan untuk mempersiapkan upacara penghormatan. Namun kejutan terjadi : Ratu Maya (Yoon Yoo-sun) muncul bersama Putri Manmyeong (Im Ye-jin) dengan membawa kabar kalau Ibu Suri Manho (Jung Hye-sun) sudah menerima Kim Seohyeon sebagai menantu.

Itu artinya status Kim Seohyeon sebagai seorang bangsawan sudah pulih, sejumlah daerah yang semula merupakan miliknya dikembalikan. Tidak cuma itu, Putri Cheonmyeong (Park Ye-jin) mengusulkan supaya ipar Raja Jinpyeong itu diangkat sebagai wakil menteri pertahanan dan diijinkan untuk menghadiri rapat para pentolan hwarang.

Kalah posisi, Mishil masih bisa tersenyum sambil menyebut bahwa permintaan Putri Cheonmyeong itu baru bisa terealisasi bila Kim Seohyeon bisa kembali dengan selamat. Di medan pertempuran, pasukan pimpinan Yushin akhirnya bisa bertemu dengan sisa pasukan pimpinan Seokpum (Hong Kyung-in), sayangnya keberadaan Kim Seohyeon belum diketahui.

Di tengah keadaan yang semakin genting karena tambahan pasukan Baekje sudah mengepung, Seokpum yang diserahi jabatan pimpinan malah berniat menghabisi Deokman yang dianggap punya niat memberontak karena membantah perintah atasan. Sudah tentu, Yushin dan Alcheon beserta para prajurit yang tersisa langsung membela Deokman.

Sempat berniat menghunus pedangnya, Yushin yang emosi akhirnya meminta supaya diberi kesempatan untuk menghadapi pasukan Baekje bersama klan Kembang Naga sementara Seokpum membawa prajurit yang tersisa ke perbatasan.

Sebelum turun ke medan laga, Yushin menyerahkan sobekan bendera Kembang Naga yang dipegangnya kepada Seokpum sambil meminta hwarang itu menaruhnya di Seorabol untuk mengenang klannya yang sudah berkorban demi Shilla. Setelah itu, Yushin bersama klan Kembang Naga berhadapan dengan prajurit Baekje dalam pertempuran hidup dan mati.

WATCH VIDEO CLIPS OF EPISODE 11

Sinopsis The Great Queen Seon Deok Episode 12

Di perbatasan, pasukan Shilla menanti kembalinya mereka yang bertempur dengan Baekje dengan perasaan waswas. Saat membalikkan badan untuk kembali, tiba-tiba muncul Alcheon (Lee Seung-hyo) yang dipapah oleh Seokpum (Hong Kyung-in) beserta pasukan mereka.

Tak berapa lama, kejutan berlanjut : Yushin (Uhm Tae-woong) berhasil kembali dengan selamat beserta para nangdo (calon hwarang) klan Kembang Naga. Ternyata bukan cuma Yushin, Kim Seohyeon (Jung Sung-mo) juga selamat setelah ditolong orang misterius.

Di Seorabol ibukota Shilla, semua pihak yang ikut terjun di pertempuran melawan Baekje mendapat hadiah mulai dari Seolwon yang terpilih sebagai menteri pertahanan, Kim Seohyeon sebagai wakilnya, dan Yushin yang mendapat sebidang tanah.

Kegembiraan tidak cuma dirasakan sampai disitu, jasa klan Kembang Naga yang begitu besar akhirnya membuat mereka diterima secara resmi sebagai bagian dari kelompok hwarang. Untuk merayakan keberhasilan tersebut, digelar acara jamuan besar-besaran.

Sempat terjadi insiden kecil ketika Seokpum yang mabuk mulai menyindir Yushin yang dianggap mendapat hadiah besar karena dirinya adalah anak emas Putri Cheonmyeong (Park Ye-jin). Yushin yang semula diam langsung bereaksi ketika Seokpum mulai menghina Putri Cheonmyeong, namun dengan cepat Bojong (Kwak Jung-wook) mampu menengahi.

Di kediaman Mishil (Go Hyeon-jeong), rapat berlangsung sedikit panas. Seolwon (Jun Noh-min) menyalahkan dirinya karena strategi yang sudah disusun ternyata tidak mampu melenyapkan Kim Seohyeon. Yang terjadi malah kebalikan, perang terakhir membuat posisi Kim Seohyeon semakin kuat.

Yang paling kebakaran jenggot adalah Hajong, yang langsung meminta sang ibu untuk segera bertindak. Namun Mishil ternyata punya rencana lain, ia meminta Sejong (Dok Go-young) untuk menggelar acara jamuan makan untuk menghormati mereka, termasuk Kim Seohyeon, yang kembali dengan selamat dari pertempuran melawan Baekje.

Mishil memang luar biasa. Di acara jamuan makan, ia dengan tegas menekankan bahwa selain keahlian, untuk memenangkan perang juga butuh keberuntungan. Sambil menatap tajam Kim Seohyeon, Mishil mengisyaratkan bahwa apa yang diraih sang rival hanyalah kebetulan semata. Di luar dugaan, diam-diam Bojong punya rencana sendiri.

Di acara pesta, Yushin yang mulai mabuk mulai meracau didepan Deokman (Lee Yo-won) tentang perhatian Putri Cheonmyeong yang begitu besar padanya. Sudah tentu ucapan itu membuat Deokman kebingungan, pasalnya ia merasa sama sekali tidak mengenal sang putri.

Saat tengah berpikir keras, Deokman dikejutkan oleh lemparan batu. Rupanya, yang berusaha memanggilnya adalah biksuni sahabat karibnya. Tidak sadar kalau sang biksuni adalah Putri Cheonmyeong, Deokman dengan gembira menceritakan pengalamannya di medan perang.

Apes bagi Deokman. Setelah ditinggal Putri Cheonmyeong, ia berpapasan dengan hwarang yang baru saja melakukan percobaan pembunuhan terhadap Kim Seohyeon. Dengan licik, hwarang bernama Hwajung tersebut menarik Deokman ke depan Seolwon dan Bojong serta menuduhnya sebagai pelaku.

Akibatnya fatal, Deokman ditangkap dan disiksa supaya buka mulut tentang dalang di balik semua kejadian. Mendengar apa yang terjadi, Putri Cheonmyeong terkejut dan meminta Raja Jinpyeong untuk turun tangan, namun sang raja menolak karena itu berarti tingkah sang putri yang kerap bertemu Deokman yang hanya seorang nangdo bakal mencemarkan nama baik keluarga raja.

Yang paling terpukul adalah Yushin, ia tidak percaya Deokman nekat mencoba membunuh ayahnya. Kepada Yushin, Deokman mengaku tidak bersalah dan dirinya hanya menemui biksuni yang pernah dikenalnya sebelum masuk istana. Berusaha melacak keberadaan jejak sang biksuni misterius, samar-samar Yushin teringat sesuatu.

Dari Jukbang (Lee Moon-shik), Yushin mendapat ide untuk menjebak pelaku sebenarnya. Begitu mendengar kalau Yushin berhasil menemukan biksuni yang bersama Deokman di malam Kim Seohyeon nyaris dibunuh, Bojong yang panik langsung mengutus anak buahnya untuk menghabisi sang biksuni.

Strategi tersebut berhasil, Yushin berhasil meringkus pelaku yang asli dengan menggunakan Jukbang yang menyamar sebagai biksuni. Saat Deokman tengah diinterogasi oleh Mishil dan Seolwon, Yushin muncul sambil membawa pelaku yang asli.

Siapa sangka, Hwajung mengaku kalau perbuatannya adalah karena dendam bangsa Gaya, yang ditaklukkan Shilla, terhadap keluarga Kim Seohyeon yang ingkar janji. Setelah mengakui semua perbuatannya, Hwajung bunuh diri dengan menusukkan tubuhnya ke pedang yang tengah dihunus Yushin.

Keadaan semakin heboh ketika Putri Cheonmyeong tiba-tiba muncul. Berada dalam kondisi susah-payah, Deokman samar-samar melihat sosok sang putri dan langsung terkejut.

WATCH VIDEO CLIPS OF EPISODE 12

Sinopsis The Great Queen Seon Deok Episode 13

Ketika Raja Jinpyeong (Jo Min-ki) muncul, Putri Cheonmyeong (Park Ye-jin) langsung memberitahu apa yang telah terjadi sambil menyebut bahwa sulit untuk mengungkap dalang kejadian yang sebelumnya menimpa Kim Seohyeon (Ju Sung-mo).

Begitu sadar dari pingsannya, Deokman (Lee Yo-won) ternyata telah ditunggui Yushin (Uhm Tae-woong). Tak berapa lama, Putri Cheonmyeong muncul. Deokman sempat bersikap seperti biasa, namun tatapan tajam Yushin membuatnya mau tidak mau harus mengedepankan sopan-santun karena yang dihadapannya kini bukanlah biksuni melainkan putri raja.

Bakal diserahi tugas berat untuk kembali merebut simpati para bangsawan, Putri Cheonmyeong menceritakan alasannya menyamar didepan Deokman. Sambil tersenyum, sang putri menyebut bakal memimpikan hal yang mustahil demi mewujudkan impian mendiang Raja Jinheung sekaligus mensejahterakan rakyat Shilla.

Di kediamannya, Mishil (Go Hyeon-jeong) menegur sikap gegabah Bojong (Baek Do-bin) yang berniat menghabisi Kim Seohyeon (Jung Sung-mo). Dengan dingin, Mishil menyebut bahwa seseorang hanya dibunuh bila sudah tidak berguna lagi. Ucapan itu ditanggapi Seolwon (Jun Noh-min), yang mengingatkan sang putra kalau mereka harus selalu menuruti perkataan dan perintah Mishil.

Obrolan mereka terhenti oleh kemunculan Hajong (Kim Jung-hyun), yang memberitahu kalau Mishil kedatangan tamu : Kim Seohyeon (Jung Sung-mo) dan istrinya Putri Manmyeong (Im Ye-jin). Dengan gaya yang khas, Mishil menyindir Kim Seohyeon secara halus dengan menyebut ayah Yushin itu mempunyai ambisi yang sama dengan dirinya yaitu menguasai kerajaan Shilla.

Bahkan, pernikahan Kim Seohyeon dengan Putri Manmyeong disebut sebagai cara untuk mewujudkan ambisi tersebut. Ucapan itu keruan saja membuat Putri Manmyeong marah, ia meminta Mishil yang 'hanya' mantan selir dua raja sebelumnya untuk lebih hormat pada keluarga raja. Di luar, sang putri menyebut tetap pada prinsipnya mengikuti Kim Seohyeon.

Saat tengah berbincang dengan Deokman dan Yushin, Putri Cheonmyeong kedatangan tamu : Eulje (Shin Goo), yang memberitahu kalau sang putri telah mendapat titah dari Raja Jinpyeong untuk mencari sumber kekuatan Mishil. Sebagai petunjuk, Eulje memberikan titah Raja Jinheung dan berkas-berkas yang pernah ditulis oleh Munno (Jung Ho-bin).

Terkejut mendengar cerita Eulje tentang Mishil yang dimasa mudanya mampu mendatangkan hujan di tengah kemarau panjang, Putri Cheonmyeong mulai berunding dengan dua orang kepercayaannya yaitu Yushin dan Deokman. Saat tengah membaca berkas, secara tidak sengaja Deokman melihat kata bunga Sadaham.

Rupanya, Sadaham (Park Jae-jung) adalah pria pertama yang pernah dicintai Mishil namun kisah keduanya berakhir tragis. Konon, bunga Sadaham adalah peninggalan terakhir sang jendral untuk Mishil, yang ketika itu telah menikah dengan Sejong, sebelum menghembuskan napas terakhir.

Sementara itu, Mishil mendapat kabar gembira kalau kerajaan Shilla bakal kedatangan para pedagang dari jauh yang bakal membawa bunga Sadaham. Persiapan dilakukan dengan serius, Pendeta Agung Seori (Song Ok-sook) meminta para pelayan istana untuk meracik makanan dengan menggunakan bumbu khusus yaitu kari.

Ditengah kesibukan mengatur penyambutan untuk para pedagang, Putri Cheonmyeong mengutus Yushin dan Deokman untuk menyelidiki tempat yang pernah disebut pada berkas Munno. Siapa sangka saat mencari air di biara Dancheon, mereka bertemu dengan Seori dan Misaeng (Jung Woong-in). Terkejut ketika Seori menyebut kata 'bunga Sadaham' pada salah seorang biksu, keduanya memutuskan untuk memberitahu Putri Cheonmyeong.

Malamnya sambil memandang sebuah pohon, Mishil kembali teringat akan masa lalunya. Kepada Seori yang belakangan muncul, Mishil menyebut bahwa hanya Sadaham satu-satunya pria yang mampu mencintai tanpa berniat memanfaatkan dirinya sedikitpun. Rupanya, pohon yang ditatapnya adalah pohon dimana Mishil kerap bertemu Sadaham.

Berniat untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan bunga Sadaham, Putri Cheonmyeong berhasil membujuk Raja Jinpyeong untuk menurunkan pasukan ke biara Dancheon. Dipimpin oleh Kim Seohyeon dan Kim Yongchun (Do Yi-sung), pasukan berusaha menggeledah biara dengan alasan ada mata-mata dari kerajaan Baekje yang bersembunyi disana.

Bisa dibayangkan, bagaimana kagetnya Kim Seohyeon dan Yongchun saat tahu Mishil ternyata berada di dalam biara. Meski sudah mencari kemana-mana, mereka tidak menemukan benda yang mencurigakan. Belakangan dari Misaeng baru ketahuan, apa yang berhubungan dengan bunga Sadaham bukanlah benda melainkan seorang biksu.

Kegagalan membuat kubu Putri Cheonmyeong tidak punya pilihan lain kecuali mencari tahu apa yang dimaksud dengan bunga Sadaham dari kumpulan pedagang yang bakal mengunjungi Seorabol. Masalahnya cuma satu : kepala penjaga adalah Bojong.

Di istana, masalah besar terjadi : kari yang bakal digunakan untuk makanan para pedagang musnah karena kecerobohan seorang dayang. Dasar nasib, Deokman mendapat tugas untuk mencari bahan yang digunakan untuk membuat kari.

Pengetahuannya yang luas ditambah bantuan Jukbang (Lee Moon-shik) membuat Deokman ditugaskan mengepalai persiapan makanan untuk para pedagang. Sempat kaget, Deokman sadar bahwa itulah kesempatannya menyusup demi mengetahui apa yang dimaksud dengan bunga Sadaham.

Hari kedatangan para pedagang akhirnya tiba, mereka disambut oleh Misaeng (yang fasih berbahasa asing) dan Sejong. Saat rombongan pedagang satu-persatu memasuki Seorabol, Deokman terkejut melihat satu sosok yang sudah sangat dikenalnya.

WATCH VIDEO CLIPS OF EPISODE 13

Sinopsis The Great Queen Seon Deok Episode 14

Di istana, utusan dari China disambut oleh Raja Jinpyeong (Jo Min-ki). Suasana sempat memanas ketika permintaan barter kerajaan Shilla ditolak mentah-mentah, pasalnya barang yang diincar adalah buku kalender yang ketika itu merupakan harta yang tak ternilai.

Saat tengah mengamati para pedagang yang memasuki Seorabol, Deokman (Lee Yo-won) diingatkan oleh Yushin (Uhm Tae-woong) supaya menjalankan misi rahasianya dengan sangat hati-hati supaya nama Putri Cheonmyeong (Park Ye-jin) tidak ikut terseret.

Ucapan itu membuat Deokman meradang, ia langsung membalas ucapan Yushin dengan menyebut sang atasan seolah terus mencari kesalahannya. Keduanya sempat terlibat adu mulut seru yang membuat Putri Cheonmyeong tersenyum lebar.

Kembali ke Seorabol setelah belasan tahun, Chilseok (Ahn Kil-kang) ternyata membawa seseorang : Sohwa (Seo Young-hee). Rupanya saat terjadi badai pasir, Chilseok berhasil menyelamatkan Sohwa, dan sejak itu tidak terpisahkan dari mantan dayang istana tersebut.

Ketika tengah mengendap-ngendap ke dalam kediaman para pedagang, Deokman tertangkap basah oleh Bojong (Baek Do-bin). Untungnya gadis itu cerdas, ia beralasan hendak menanyakan menu masakan yang bakal disajikan kepada para pedagang.

Begitu melihat para pedagang hendak mendiskusikan masalah penting, Deokman berinisiatif memecahkan pot bunga supaya ada alasan untuk menguping pembicaraan. Dengan kemampuannya menguasai berbagai bahasa, sudah tentu tidak sulit bagi Deokman untuk mengerti arah pembicaraan para pedagang yang dipimpin Tuan Jang.

Setelah semuanya pergi, pedagang lain bernama Hasha mengeluarkan barang yang selama ini menjadi incaran Mishil : bunga Sadaham. Di kediamannya, Mishil (Go Hyeon-jeong) sudah mewanti-wanti Misaeng (Jung Woong-in) bahwa berapapun harganya, ia harus memiliki bunga Sadaham yang selama ini sudah ditunggu-tunggu kehadirannya.

Untuk mengetahui seperti apa bunga Sadaham, Deokman berhasil membujuk Jukbang (Lee Moon-shik) untuk menggunakan keahliannya mencuri. Tanpa kesulitan, Jukbang berhasil merebut kunci kamar Tuan Jang saat sang pedagang pergi ke kamar kecil.

Rencana pertemuan rahasia antara Tuan Jang, yang membawa bunga Sadaham, dan Mishil diam-diam menarik perhatian dua kubu sekutunya : Sejong (Dok Go-young) dan Seolwon (Jun Noh-min). Diam-diam, keduanya mengutus putra masing-masing untuk membuntuti Tuan Jang. Dasar apes, keduanya malah tertangkap basah oleh Mishil sendiri.

Ketika Mishil tengah melakukan negosiasi pembelian bunga Sadaham, yang ternyata adalah sebuah buku, Deokman diam-diam menyelinap masuk ke kamar Tuan Jang. Saat membuka sebuah kotak, Deokman sangat kaget melihat barang-barang miliknya saat tinggal di gurun termasuk plakat bertuliskan nama Sohwa ada disitu.

Dengan tubuh menggigil, ingatan Deokman langsung melayang ke masa silam. Keluar dari ruangan secara terburu-buru, sehingga Jukbang dan Godo (Ryu Dam) bingung, Deokman langsung mengurung diri dikamarnya.

Setelah menuntaskan traksaksi bunga Sadaham, Mishil melakukan tugas berikutnya : menegur langsung Sejong dan Seolwon. Dengan suara tinggi, Mishil menyebut bahwa yang dilakukan dua pria itu sama saja berusaha untuk menjadi Mishil kedua. Dan bila itu terjadi, mereka hanya perlu membunuh Mishil yang asli.

Ucapan itu sukses membuat kedua kubu langsung buru-buru meminta maaf. Sikap dingin Mishil tersebut ternyata diikuti oleh sikap mesranya pada Sejong, sang suami, dan Seolwon, sang kekasih gelap, di malam harinya.

Paginya, Mishil terkejut saat diberikan kotak berisi bungkus bayi kembar Raja Jinpyeong dan plakat bertuliskan nama Sohwa. Mulutnya langsung ternganga begitu mendengar bahwa kotak itu diberikan oleh seseorang bernama Chilseok, ia langsung memerintahkan supaya Chilseok bisa dibawa kehadapannya.

WATCH VIDEO CLIPS OF EPISODE 14

Sinopsis The Great Queen Seon Deok Episode 15

Ditemani Misaeng (Jung Woong-in), Mishil (Go Hyeon-jeong) dan pengiringnya berjalan terburu-buru ke suatu tempat. Diam-diam, Deokman (Lee Yo-won) mengikuti dari belakang. Malang bagi sang nangdo, aksinya ketahuan oleh putra Misaeng sekaligus pengawal Mishil yaitu Daenambo (Ryu Sang-wook).

Ditarik paksa untuk masuk, Deokman sudah dibuat menggigil oleh tebakan Mishil yang sudah bisa menebak kalau sang nangdo tengah melacak keberadaan bunga Sadaham. Namun dugaan Mishil sedikit meleset : Deokman bukan ketakutan akibat mengira buku yang dipegang Mishil adalah bunga Sadaham, melainkan karena sadar kalau buku tersebut adalah miliknya.

Mulai sadar kalau Chilseok (Ahn Kil-kang) dikirim oleh Mishil, Deokman hanya terdiam saat wanita itu menyindir kesetiaannya pada Putri Cheonmyeong (Park Ye-jin). Dengan suara penuh keyakinan, Mishil menyebut pada dasarnya manusia adalah jahat. Keberhasilan Deokman dalam menjawab membuat Mishil terkesan, ia sempat meminta sang nangdo untuk bekerja untuknya.

Begitu Deokman menolak, Mishil dengan santai menyuruhnya keluar. Ucapan itu membuat Misaeng terperangah, namun Mishil menyebut potensi Deokman yang begitu besar membuatnya tidak tega membunuh 'pemuda' itu terlalu cepat. Rupanya, diam-diam Mishil punya strategi untuk menarik Deokman.

Paginya saat bangun, Deokman dikejutkan oleh kemunculan Seokpum (Hong Kyung-in) di markas klan Kembang Naga yang menyerahkan surat dari Mishil. Keruan saja semuanya terkejut, Deokman yang tidak sadar kalau dirinya dijebak masuk ke dalam kamar untuk membaca pesan yang disebut-sebut Seokpum sebagai jawaban Mishil dari pertanyaan sang nangdo di malam sebelumnya.

Tak lama kemudian, Yushin (Uhm Tae-woong) muncul dan meminta Deokman menunjukkan surat dari Mishil. Dengan wajah bingung, Deokman menyerahkan surat sambil menyebut ada sejumlah kejanggalan. Sikap polos nangdo itu malah disalahartikan oleh Yushin, ia mengira Deokman sengaja mengaburkan sejumlah huruf di surat.

Dalam waktu singkat, kecurigaan kalau Deokman telah berpindah ke pihak Mishil menyebar dengan cepat. Tidak cuma di kalangan hwarang, gosip meresahkan tersebut juga tengah jadi pembicaraan di kalangan bangsawan istana. Dengan susah-payah, Putri Cheonmyeong berusaha membela Deokman.

Dengan usaha keras, Bojong dan Seokpum berhasil menemukan Chilseok, yang sudah berniat meninggalkan Seorabol untuk hidup tenang bersama Sohwa (Seo Young-hee). Sempat terjadi pertempuran sengit, Chilseok yang begitu hebat ternyata punya kelemahan : pandangan matanya sudah kabur.

Disinilah keistimewaan Mishil yang membuatnya disegani para anak buah terlihat : ia benar-benar meneteskan air mata melihat penderitaan Chilseok. Tanpa ragu-ragu, Mishil membawa Chilseok kembali ke Seorabol dan setelah mendengar cerita sang mantan pengawal, bertekad untuk bisa kembali membuat Chilseok melihat secara normal seperti sebelumnya.

Kebingungan oleh sikap rekan-rekannya yang terlihat agak menjauh, Deokman melakukan kesalahan ketika tengah mengamati Tuan Jang dan para pedagang : ia langsung mematuhi perintah Tuan Jang yang berbicara dalam bahasa Latin. Keruan saja, rahasianya yang selama ini bisa berbicara tidak hanya dalam bahasa Gyerim terbongkar.

Keadaan Deokman makin tersudut ketika dirinya diminta menemui Misaeng dikediaman sang pejabat istana, nangdo itu kebingungan ketika dirinya hanya diminta duduk diam tanpa bicara apa-apa. Yushin yang tidak tahan lagi langsung menuduhnya telah tergiur oleh uang Misaeng, dan adu mulut sengit terjadi antara keduanya.

Tidak ada pilihan lain bagi Deokman kecuali datang ke tempat Mishil, dengan cepat ia menyatakan siap melayani wanita penuh tipu-daya itu. Permintaan awal Mishil hanya satu : Deokman diminta untuk datang pada malam hari untuk menerjemahkan buku berbahasa Latin yang diberikan oleh Chilseok.

Baru saja keluar, tiba-tiba Deokman ditarik oleh dua orang misterius yang ternyata adalah bawahan Putri Cheonmyeong. Dihadapkan dengan sang putri yang didampingi Yushin, akhirnya baru ketahuan bahwa Deokman ternyata sudah bisa membaca strategi Mishil dan hanya pura-pura menyeberang ke kubu musuh bebuyutan Putri Cheonmyeong itu.

Setelah diberitahu tentang apa yang harus dilakukan, Deokman berjalan ke kediaman Mishil untuk menjalankan tugasnya. Siapa sangka ditengah jalan, ia bertabrakan dengan seseorang berperawakan tinggi besar. Mata Deokman langsung terbelalak ngeri saat sadar siapa orang itu : Chilseok.

WATCH VIDEO CLIPS OF EPISODE 15

Sinopsis The Great Queen Seon Deok Episode 16

Sempat menanyakan apakah Deokman (Lee Yo-won) tidak apa-apa, Chilseok (Ahn Kil-kang) langsung pergi terburu-buru begitu mendengar suara-suara orang mencarinya. Rupanya, kehebohan disebabkan oleh menghilangnya Sohwa (Seo Young-hee), yang belakangan bisa ditemukan kembali.

Belum tahu kalau ibunya masih hidup, Deokman cuma bisa termenung sambil meneteskan air mata, ia sadar kalau Mishil-lah yang mengirim Chilseok untuk memburunya saat di padang gurun. Semakin penasaran tentang jati dirinya, Deokman mendatangi Putri Cheonmyeong (Park Ye-jin) untuk menceritakan apa yang terjadi. Secara tidak sengaja, sang putri melihat belati kecil Deokman.

Pagi harinya, Pendeta Seori (Song Ok-sook) meminta Raja Jinpyeong (Jo Min-ki) untuk upacara ritual untuk menghindari bencana dari Langit. Seperti yang sudah diduga, Mishil-lah yang diminta sebagai penanggung jawab. Setelah sekian tahun hidup damai, keruan saja berita tentang bakal diadakannya upacara ritual menjadi bahan pembicaraan yang meresahkan rakyat.

Pasalnya, upacara kerap diiringi sejumlah kejadian yang tidak bisa dijelaskan. Kubu Raja Jinyeong sendiri sadar upacara ritual kerap digunakan oleh pihak Mishil untuk mengajukan permintaan yang tidak masuk akal. Repotnya lagi, apa yang diramalkan Mishil tidak pernah meleset.

Setelah mendapat petunjuk dari Pendeta Wolcheon, Misaeng (Jung Woong-in) telah menyiapkan rancangan strategi untuk membuat rakyat tunduk dengan menggunakan patung Buddha dan kacang kedelai mentah. Dibalik gayanya yang santai dan ketidakmampuan di bidang bela diri, Misaeng rupanya memiliki otak brilian dan mampu memikirkan hal yang belum bisa dipikirkan oleh dimasanya.

Begitu mendapat kesempatan bersama Mishil, Deokman tanpa henti bertanya pada sang pemegang segel kerajaan tentang banyak hal, yang dijawab Mishil dengan sabar. Yang menarik, Mishil punya konsep menarik tentang penguasa : sampai kapanpun, seorang raja tidak akan mampu memenuhi keinginan rakyatnya yang begitu beragam.

Di tengah rapat para hwarang, Putri Cheonmyeong mengajukan diri untuk mendampingi Mishil dalam mempersiapkan upacara ritual dan menunjuk Yushin (Uhm Tae-woong) sebagai pembantu utamanya. Setelah rapat selesai, Yushin dipanggil untuk menghadap Mishil.

Dengan gayanya yang khas, Mishil mengingatkan akan nasib bangsa Gaya sambil mengingatkan Yushin untuk tidak menjadikan dirinya sebagai musuh. Siapa sangka, Yushin dengan tegas menyebut hanya akan tunduk bila nyawanya telah tiada dan malah balik mengancam supaya Mishil juga tidak menjadikannya sebagai musuh.

Kebersamaan dengan Mishil membuat Deokman mulai mendapat banyak hal dari wanita yang disebut-sebut sebagai harta sekaligus racun kerajaan Shilla tersebut, namun ia langsung terbelalak saat Mishil menyebut tidak percaya dengan apa yang dinamakan 'kehendak dari Langit.'

Strategi Mishil memang luar biasa, ia mampu membuat para anggota keluarga kerajaan, terutama Putri Cheonmyeong, dan rakyat bertekuk-lutut dengan meramalkan munculnya patung Buddha dari dalam tanah di wilayah Nahjong.

Mengaku mendapat perintah dari Langit, Mishil meminta Raja Jinpyeong untuk mengusir bangsa Gaya dari pinggiran kota Seorabol. Tidak main-main, bila kehendak dari Langit itu tidak dituruti, maka dalam waktu tiga hari bakal terjadi gerhana bulan.

Deokman dan Yushin tidak percaya begitu saja, namun keduanya terkejut saat di tempat terpisah, mereka sama-sama melihat bulan menghilang untuk sesaat, yang sekaligus menjadi bukti kalau ramalan Mishil telah menjadi kenyataan. Dengan lemas, Deokman melangkah ke kediaman Mishil untuk meneruskan tugasnya menerjemahkan buku berbahasa Latin.

Siapa sangka, Mishil malah menyampaikan hal mengejutkan : ia sudah tahu kalau Deokman adalah mata-mata Putri Cheonmyeong. Tidak ragu menyebut kalau bunga Sadaham adalah buku penanggalan tentang kejadian alam yang bakal terjadi, Mishil menantang Deokman dan kubu Putri Cheonmyeong untuk melawannya.

Di tempat terpisah, Putri Cheonmyeong berlutut di kuil sambil menangis, ia mengira kalau Mishil benar-benar utusan dari Langit sehingga tidak bisa dikalahkan. Ditengah kesedihannya, tiba-tiba tangan Putri Cheonmyeong dibelai dengan lembut oleh seorang wanita.

WATCH VIDEO CLIPS OF EPISODE 16

Sinopsis The Great Queen Seon Deok Episode 17

Di tempat lain, tangan Deokman (Lee Yo-won) juga dipegang oleh Mishil (Go Hyeon-jeong). Berbeda dengan Sohwa (Seo Young-hee) yang lembut, Mishil menebar ancaman bahwa bila Putri Cheonmyeong tetap nekat, maka ia akan kehilangan semua yang disayanginya.

Ancaman tidak hanya sampai disitu, Mishil juga meminta Deokman menyampaikan pesannya pada Yushin (Uhm Tae-woong) supaya tidak terus menentangnya bila tidak ingin nasib bangsa Gaya berakhir tragis. Keputusan Raja Jinpyeong (Jo Min-ki) akhirnya dijatuhkan, rakyat Gaya diminta pindah ke daerah Samyang yang terkenal tandus.

Mishil bergerak cepat, ia berusaha menarik Kim Seohyeon (Ju Sung-mo) untuk berpihak padanya dengan mengatur pernikahan antara kedua kubu. Tidak tanggung-tanggung, Mishil sendiri yang mendatangi Kim Seohyeon untuk meminta supaya Yushin dinikahkan dengan salah satu cucunya. Sudah tentu Yushin menolak, ia tetap ngotot ingin memerangi Mishil dengan caranya sendiri.

Memacu kudanya ke tempat Putri Cheonmyeong, yang baru saja mendengar cerita Deokman, Yushin meminta sang putri tidak menyerah begitu saja terhadap intimidasi Mishil. Menyaksikan dengan pilu saat rakyat Gaya diusir dari tempat tinggalnya untuk dipindahkan, Putri Cheonmyeong memutuskan untuk balik melawan Mishil dengan bantuan Yushin dan Deokman.

Saat hendak menyampaikan pesan pada Mishil kalau kubu Putri Cheonmyeong siap bertarung sampai akhir, Deokman baru sadar kalau lukisan Mishil memuat gambar pisau belati miliknya. Wajahnya semakin kaget saat mendengar cerita Mishil tentang karyanya yang ternyata merupakan sosok mendiang Raja Jinheung.

Kisah tentang Raja Jinheung dan belati legendarisnya diceritakan pada Putri Cheonmyeong, yang akhirnya menanyakan kebenarannya pada Ratu Maya (Yoon Yoo-sun). Oleh sang ibu, Putri Cheonmyeong dikisahkan tentang bagaimana belati Raja Jinheung menyelamatkannya belasan tahun silam saat Ratu Maya nyaris tewas oleh siasat Mishil.

Namun, Ratu Maya langsung gugup saat ditanya keberadaan belati tersebut dan akhirnya memutuskan berbohong dengan menyebut kalau belati Raja Jinheung telah hilang. Untuk memastikan, Putri Cheonmyeong menanyakan hal yang sama ke Raja Jinpyeong, yang tidak bisa menyembunyikan keterkejutannya, yang menjawab kalau belati telah diberikan pada Munno (Jung Ho-bin).

Cerita dari Putri Cheonmyeong tentang belati Raja Jinheung membuat Deokman semakin bingung, ia memutuskan untuk mengambil tindakan sendiri demi memperjelas semuanya. Penyelidikan ternyata tidak cuma dilakukan oleh Putri Cheonmyeong, melainkan juga oleh penasehat raja Eulje (Shin Goo).

Saat tengah membuka-buka arsip istana, Putri Cheonmyeong terkejut saat membaca ramalan yang menyebut bahwa bila seorang Raja Shilla mempunyai anak kembar, maka ia tidak akan pernah punya keturunan laki-laki. Putri Cheonmyeong teringat dengan tanda lahir Deokman, dan matanya langsung membelalak.

WATCH VIDEO CLIPS OF EPISODE 17

Sinopsis The Great Queen Seon Deok Episode 18

Niat Deokman (Lee Yo-won) untuk mengetahui asal-usulnya dengan menyelundupkan dokumen kerajaan membuatnya jadi incaran, penasehat Eulje (Shin Goo) mengumpulkan para hwarang terbaik untuk sebuah misi : meringkus Deokman.

Padahal, disaat yang sama Deokman telah berada ditengah para hwarang yang mengenakan masker tersebut. Saat tengah merenung karena baik Mishil maupun Eulje, yang diduga sebagai suruhan Raja Jinpyeong (Jo Min-ki), menginginkan kematiannya, Deokman ditegur salah seorang hwarang karena gerak-geriknya yang mencurigakan.

Deokman langsung lari dan bersembunyi di sebuah semak, namun tempat persemunyiannya diketahui oleh salah seorang hwarang bertopeng. Sempat terlibat pertempuran, identitas Deokman terbongkar ketika topengnya disibak. Siapa sangka, hwarang bertopeng yang meringkusnya adalah Alcheon (Lee Seung-hyo).

Keributan diantara keduanya memancing kehadiran hwarang lain, Deokman langsung meminta Alcheon melepaskannya sambil mengingatkan sang hwarang kalau dirinya berhutang budi. Dengan wajah kesal, Alcheon terpaksa melepas Deokman dengan berbohong pada hwarang lain.

Di istana, Putri Cheonmyeong (Park Ye-jin) akhirnya mengetahui dari Ratu Maya (Yoon Yoo-sun) kalau dirinya memiliki saudara kembar. Mendengar begitu pilunya kisah sang ibu, Putri Cheonmyeong langsung memeluk Ratu Maya dan keduanya menangis tersedu-sedu. Namun, keraguan sang putri kembali merebak saat mendengar saudara kembarnya bukanlah laki-laki melainkan perempuan.

Saat tengah termenung, tiba-tiba Mishil (Go Hyeon-jeong) datang berkunjung untuk menyerahkan lukisan Raja Jinheung. Kembali terkejut saat melihat gambar belati yang sebelumnya pernah dilihat sebagai milik Deokman, Putri Cheonmyeong kembali curiga. Keesokan harinya saat mengunjungi Yushin (Uhm Tae-woong), sang putri secara kebetulan bertemu Deokman. Saat ditanya apakah dirinya menyembunyikan sesuatu, Deokman menggeleng.

Hilangnya sebuah barang di balai pertemuan istana membuat kehebohan tersendiri, bahkan kubu Mishil mulai sadar kalau ada sesuatu yang terjadi. Begitu Yushin selesai latihan, ia didatangi Alcheon yang memberitahu soal Deokman yang diduga telah membuat masalah besar.

Kecurigaan terhadap para hwarang membuat pihak penasehat Eulje, yang dipimpin oleh Hojae (Go Yoon-hoo), langsung menggeledah tenda. Tidak cuma itu, para hwarang juga diminta untuk menanggalkan pakaiannya supaya bisa diperiksa. Bisa dibayangkan, bagaimana pucatnya Deokman mendengar perintah tersebut.

Di hadapan Eulje, Deokman dengan ragu-ragu menanggalkan pakaiannya. Namun disaat genting, tiba-tiba muncul utusan yang menyebut kalau Raja Jinpyeong telah mendengar semuanya sehingga pemeriksaan ditunda. Di ruang pertemuan, wajah Raja Jinpyeong langsung pucat begitu langkahnya dicegat sosok yang sudah tidak asing lagi memanggil namanya : Sohwa (Seo Young-hee).

Munculnya Seori (Song Ok-sook) membuat Raja Jinpyeong tidak bisa berbuat apa-apa selain pura-pura tidak mengenal Sohwa. Namun mata Eulje, yang memutuskan untuk menyusul raja, tidak bisa dibohongi. Dalam waktu singkat, berita soal Sohwa langsung terdengar oleh Ratu Maya dan Putri Cheonmyeong.

Curiga terhadap Sohwa yang meski seperti orang kehilangan ingatan namun begitu fasih dengan jalan-jalan di kuil kerajaan, Seori melaporkan semuanya pada Mishil. Curiga kalau Sohwa ada hubungannya dengan istana di masa lalu, Mishil meminta Misaeng (Jung Woong-in), yang dikenal memiliki ingatan tajam dan hapal dengan wajah para dayang, untuk mengecek.

Saat kembali ke barak, para hwarang klan Kembang Naga dikejutkan oleh penemuan benda yang seharusnya tidak ada disana : pembalut wanita. Dari semuanya, hanya Jukbang (Lee Moon-shik) yang sadar kalau dirinya selama ini dikelabuhi : Deokman ternyata adalah seorang wanita.

Begitu dikonfrontir, Deokman sempat berusaha mengelak namun akhirnya memohon-mohon supaya Jukbang tidak menceritakan semuanya pada Yushin. Dengan wajah serius, Jukbang menyebut kalau Yushin sudah tahu semuanya.

Di tempat lain, Putri Cheonmyeong menceritakan tentang pertemuannya dengan Deokman pada Yushin dan mengenai saudara kembarnya. Wajah Yushin langsung pucat, ia langsung memberitahu kalau Deokman sesungguhnya adalah wanita. Wajah Putri Cheonmyeong langsung pucat mendengarnya.

WATCH VIDOE CLIPS OF EPISODE 18

Sinopsis The Great Queen Seon Deok Episode 19

Ingatan Deokman (Lee Yo-won) melayang ke masa lalu saat dirinya tengah mandi dan saat keluar, secara tidak sengaja mendapati Yushin (Uhm Tae-woong) berada didepan pintu. Oleh Jukbang (Lee Moon-shik), Deokman diberitahu kalau selama ini Yushin ternyata berusaha melindunginya.

Di tempat lain, mata Putri Cheonmyeong (Park Ye-jin) langsung terbelalak saat tahu kalau Deokman ternyata adalah seorang perempuan. Dengan wajah tegang, Putri Cheonmyeong meminta Yushin untuk membantunya merahasiakan identitas Deokman karena kalau sampai terbongkar, jiwa sang nangdo berada dalam bahaya.

Saat berpapasan dengan Deokman, Yushin berusaha menghindar namun sang anak buah langsung menariknya untuk bicara empat mata. Sikap tidak perduli Yushin membuat Deokman marah, namun ucapan pimpinan klan Kembang Naga itu membuatnya terdiam.

Dimintai untuk mengkonfirmasi identitas seseorang, dengan jumawa Misaeng menyebut bahwa ingatannya yang sangat tajam-lah yang membuatnya bisa mempunyai 100 anak lebih dari perempuan yang berbeda. Begitu diajak ke tempat Chilseok (Ahn Kil-kang), mata Misaeng terbelalak ngeri saat melihat siapa wanita yang ada disana : Sohwa (Seo Young-hee).

Sejak tahu kalau Deokman adalah perempuan, sikap Jukbang terhadap sang yunior langsung berubah. Perhatiannya yang berlebihan keruan saja membuat Deokman kesal. Baru saja selesai latihan, tiba-tiba Deokman dipanggil Putri Cheonmyeong, yang memintanya pergi ke sebuah wilayah bernama Joongak dan tinggal disana sambil menunggu perintah selanjutnya.

Di kediamannya, Mishil yang mampu memahami dalamnya perasaan Chilseok terhadap Sohwa memerintahkan supaya keduanya dipisahkan. Caranya sangat jitu, ia meminta Bojong (Baek Do-bin) putranya untuk menyergap rombongan Chilseok dan Sohwa.

Strategi tersebut nyaris saja berhasil, Bojong berhasil memancing Chilseok yang penglihatannya terganggu sementara anak buahnya langsung melarikan Sohwa yang berada didalam tandu. Siapa sangka, rombongan tersebut disergap oleh pasukan bertopeng suruhan penasehat Eulje (Shin Goo).

Begitu selesai latihan, Deokman langsung didatangi Yushin. Dengan cepat, Deokman mampu menebak kalau Yushin juga merahasiakan sesuatu darinya. Ucapan Yushin yang seolah meremehkan masa lalu Deokman membuat gadis itu marah. Sambil menepuk dadanya dengan keras, Deokman menyebut bahwa ia tidak akan pernah lupa dengan pengorbanan ibunya.

Berjalan keluar dengan marah, Deokman menatap kosong kedepan. Tak jauh dari sana, Sohwa yang disamarkan dengan pakaian hwarang melihat sosok sang putri dan langsung mengenalinya, ia berusaha menarik perhatian Deokman namun sayangnya Sohwa tidak bisa bersuara.

Begitu tahu kalau Sohwa diculik dan tidak bisa ditemukan, Chilseok ngotot untuk mencari keberadaan sang mantan dayang istana. Namun dengan cepat, Mishil menghunus pedang sambil menyebut bahwa untuk bisa pergi, Chilseok harus lebih dulu membunuhnya. Ucapan Mishil yang begitu tegas namun penuh pengertian membuat Chilseok meneteskan air mata, dan akhirnya memutuskan untuk menurut.

Setelah diungsikan ketempat yang aman, Sohwa mendapat kunjungan bergilir dari Raja Jinpyeong dan Ratu Maya (Yoon Yoo-sun). Bertangis-tangisan saking terharunya, Ratu Maya sangat terkejut saat Sohwa mengisyaratkan kalau putri bungsunya ternyata sudah ada di Seorabol.

Memutuskan untuk menuruti permintaan Putri Cheongmyeong, Deokman mendatangi kediaman sang putri. Sayangnya saat hendak memberi penjelasan, ucapannya dipotong oleh Putri Cheonmyeong dengan marah. Obrolan keduanya terhenti oleh kemunculan Ratu Maya.

Rupanya begitu tahu kalau putri bungsunya ada di Seorabol, Ratu Maya langsung berusaha mengkonfirmasi berita itu ke Putri Cheonmyeong. Dengan wajah sedih, sang putri mengangguk sambil meminta ibunya bersabar. Sudah tentu, permintaan itu tidak dituruti.

Sebelum pergi, Deokman menitipkan belati kecil Raja Jinheung pada seorang dayang untuk diberikan pada Ratu Maya. Begitu melihat benda yang sudah sangat dikenalnya, Ratu Maya sangat terkejut. Ia akhirnya bisa bertemu dengan Deokman, yang berjanji bakal membeberkan siapa pemilik asli belati itu saat keduanya kembali bertemu di balai pertemuan pada malam hari.

Malamnya, istana dibuat gempar ketika rombongan Ratu Maya dengan tandunya keluar dari kediaman. Mishil yang curiga langsung meminta Bojong untuk menyelidiki. Di saat yang sama, Deokman juga menghilang dari barak klan Kembang Naga.

Rupanya, rombongan dan tandu digunakan Ratu Maya untuk mengecoh orang-orang yang mengikutinya. Dengan samaran, ia berhasil sampai ke balai pertemuan untuk bertemu Deokman. Belum sempat buka mulut, Deokman terbelalak melihat siapa yang muncul belakangan.

WATCH VIDEO CLIPS OF EPISODE 19

Sinopsis The Great Queen Seon Deok Episode 20

Meski sudah dicegah, Deokman (Lee Yo-won) tetap nekat membeberkan siapa pemilik belati Raja Jinheung. Sebelum Deokman sempat bicara, Putri Cheonmyeong (Park Ye-jin) dengan air mata berlinang mendahului dengan memberitahu Ratu Maya siapa sang nangdo sebenarnya.

Begitu mendengar kalau Deokman adalah saudara kembar Putri Cheonmyeong, mata Ratu Maya (Yoon Yoo-sun) langsung membelalak. Dengan gugup, Deokman terus meminta maaf karena semula menganggap semuanya adalah lelucon Putri Cheonmyeong untuk menghukumnya. Namun demi melihat ekspresi sang putri dan ratu, Deokman sangat terpukul.

Deokman langsung menepis tangan Ratu Maya yang memegangnya, dan buru-buru pergi dari tempat itu. Dibelakangnya, Ratu Maya menangis meraung-raung sambil ditenangkan Putri Cheonmyeong. Sementara itu, Yushin (Uhm Tae-woong) berusaha menenangkan Deokman yang masih tidak bisa menerima kenyataan kalau dirinya adalah putri raja.

Setelah keadaan mulai tenang, Putri Cheonmyeong mendekati Deokman dan menceritakan tentang ramalan kuno kerajaan Shilla dan rencana Mishil menggunakan ramalan tersebut untuk menguasai tahta. Penuturan tersebut membuat Deokman semakin sedih, ia memutuskan untuk pergi sejauh mungkin namun Yushin mencegahnya.

Melihat Deokman histeris, Yushin buru-buru memeluk sambil menghiburnya. Setelah Deokman sedikit tenang, Yushin mengajaknya ke tebing dimana ia biasa menenangkan diri. Begitu Yushin pergi menjauh, Deokman melampiaskan beban dihatinya dengan menangis sekencang-kencangnya.

Di istana, Putri Cheonmyeong dan Ratu Maya menyembunyikan apa yang terjadi dari Raja Jinpyeong (Jo Min-ki). Pelan-pelan keduanya mulai bisa mereka-reka apa yang terjadi mulai dari munculnya Sohwa (Seo Young-hee) di istana hingga keterlibatan Chilseok (Ahn Kil-kang).

Satu-persatu tabir rahasia mulai terungkap, Seolwon (Jun Noh-min) mengutus Seokpum (Hong Kyung-in) untuk menyelidiki siapa yang berhasil menyusup masuk ke balai pertemuan istana. Begitu ketahuan kalau pelakunya adalah Jukbang (Lee Moon-shik), anggota klan Kembang Naga itu langsung diciduk dan diinterogasi sambil disiksa.

Tidak tahan disiksa, Jukbang akhirnya menyebut nama Deokman. Sebelum dirinya sempat bicara lebih banyak, muncul pasukan pimpinan penasehat Eulje (Shin Goo) dan Kim Seohyeon (Ju Sung-mo) yang langsung mengambil-alih penyelidikan.

Di puncak tebing air terjun, Putri Cheonmyeong berusaha menghibur Deokman. Namun, sang nangdo memutuskan untuk kembali ke padang pasir karena kehadirannya hanya membuat masalah di Seorabol. Ucapan itu keruan saja membuat Putri Cheonmyeong terpukul, karena ia menganggap Deokman adalah salah satu pilar kekuatannya.

Sikap Deokman yang sembrono membuat Yushin marah, ia meminta Deokman untuk bertahan dan menghadapi jalan hidupnya yang baru dengan gagah-berani sesuai dengan semangat klan Kembang Naga. Dengan wajah serius Yushin menyebut bahwa selama Deokman tidak pergi, pria itu berjanji bakal membantu Deokman sekuat tenaga.

Fakta kalau Deokman berada dibelakang kasus penyusupan di balai pertemuan istana membuat Putri Cheonmyeong dipanggil ke hadapan Raja Jinpyeong dan penasehat Eulje. Meski wajahnya pucat, Putri Cheonmyeong mengaku tidak tahu apa-apa.

Saat berada dikediamannya, Putri Cheonmyeong dikejutkan oleh kemunculan mendadak Deokman. Rupanya, Deokman memutuskan untuk menuruti permintaan Putri Cheonmyeong untuk tinggal sementara di Gunung Joongak sambil menunggu keadaan tenang.

Setelah memanggil Yushin, Eulje memerintahkan Alcheon (Lee Seun-hyo) dan Imjong (Kang Ji-hoo) untuk meringkus Deokman. Baru saja keduanya bergerak, tiba-tiba mereka melihat Yushin menarik Deokman ke atas kuda. Saat dicegat, Yushin malah memacu kudanya sekencang mungkin.

Bisa ditebak, akhirnya terjadi kejar-kejaran antara Yushin-Deokman dan Alcheon-Imjong. Di saat yang sama, penglihatan Chilseok, yang membuka perban matanya, sudah pulih. Secara tidak sengaja, ia melihat Yushin dan Deokman, dan sangat terkejut begitu melihat wajah Deokman yang tidak asing lagi baginya.

WATCH VIDEO CLIPS OF EPISODE 20


Sinopsis The Great Queen Seon Deok Episode 21

Memacu kuda sekencang-kencangnya, Yushin (Uhm Tae-woong) berhasil lolos dari kejaran Alcheon (Lee Seung-hyo) dan Imjong (Kang Ji-hoo). Pulang dengan tangan hampa, Alcheon memberanikan diri bertanya pada Eulje (Shin Goo), namun sang penasehat raja hanya bungkam.

Sadar kalau apa yang dilihatnya sangat penting, Chilseok (Ahn Kil-kang) langsung melaporkan ke Mishil (Go Hyeon-jeong) kalau putri bungsu Raja Jinpyeong (Jo Min-ki) ada di Seorabol. Ucapan itu keruan saja membuat Mishil kaget, namun Sejong (Dok Go-young) menyangka bahwa apa yang dilihat Chilseok hanyalah halusinasi.

Barulah ketika Chilseok menyebut putri tersebut bernama Deokman, semua langsung terkejut terutama Mishil, yang langsung meminta semua yang hadir : Sejong, Seolwon (Jun Noh-min), Misaeng (Jung Woong-in), dan Hajong (Kim Jung-hyun) untuk tidak bicara sepatah katapun karena dirinya perlu konsentrasi untuk memikirkan langkah selanjutnya.

Gagal mendapat penjelasan yang memuaskan, Eulje (Shin Goo) berusaha mencari tahu tentang apa yang terjadi dengan menginterogasi Jukbang (Lee Moon-shik) dan Godo (Ryu Dam). Begitu melihat Sohwa, yang meski masih belum bisa bicara namun ekspresinya sangat kentara begitu nama Deokman disebut, Eulje langsung bisa menebak apa yang terjadi.

Berhasil menghentikan kurir yang dikirim oleh Yushin, Eulje harus berhadapan dengan Putri Cheonmyeong (Park Ye-jin), yang marah besar saat tahu sang penasehat berusaha mencelakai Deokman.

Dengan wajah serius, Eulje menyebut bahwa apa yang dilakukannya adalah demi mempertahankan kekuasaan Raja Jinpyeong. Siapa sangka, ucapannya soal identitas Deokman yang sebenarnya terdengar oleh sang raja, yang kebetulan datang ke kediaman Putri Cheonmyeong. Bisa dibayangkan, bagaimana marah dan kagetnya Raja Jinpyeong.

Begitu mendengar kalau Sohwa ditahan di bagian interogasi yang dikuasai Eulje, Mishil memerintahkan Seolwon untuk mengambil paksa sang dayang istana dengan cara apapun. Tidak cuma itu, ia juga meminta seluruh jajarannya untuk mengawasi tindak-tanduk pihak yang dekat dengan Deokman untuk mengetahui keberadaan sang nangdo.

Sadar kalau pihak yang mengincar Deokman adalah suruhan Eulje, yang bertindak tanpa persetujuan Raja Jinpyeong, Yushin mengutus anak buahnya Daepung (Park Young-seo) untuk meminta bantuan Kim Seohyeon (Ju Sung-mo).

Siapa sangka, tak lama kemudian Kim Seohyeon dikunjungi oleh Eulje yang meminta dua hal pada sang ipar raja : membawa pulang kepala Deokman. Sebagai imbalannya, Yushin bakal dinikahkan dengan Putri Cheonmyeong yang memang memerlukan pendamping.

Perseteruan antara kubu Seolwon dan Eulje tidak bisa dihindari ketika balai interogasi diserbu dan Sohwa bersama Jukbang-Godo diambil paksa. Dengan santai, Seolwon menyebut Sohwa sebagai wanita yang dicurigai sebagai mata-mata kerajaan Baekje sehingga Eulje tidak bisa berbuat apa-apa.

Dalam pelarian, Yushin dan Deokman (Lee Yo-won) yang tengah bersembunyi di sebuah gua bertemu dengan seorang pria eksentrik. Pria tersebut, yang bernama Bidam (Kim Nam-gil), ternyata mendapat tugas dari gurunya untuk mencari tanaman jahe liar untuk mengobati penduduk dari wabah yang tengah melanda.

Perkenalan Yushin dan Bidam dimulai ketika sang hwarang yang kelaparan meminta sepotong ayam bagi dirinya dan Deokman. Sebagai imbalannya, Bidam meminta ikat kepala Yushin yang berfungsi sebagai tanda pengenal klan Kembang Naga.

Setelah membawa Deokman ke tempat yang aman, Yushin menemui ayahnya Kim Seohyeon. Siapa sangka, sang ayah tengah bersiap untuk menuruti perintah Eulje untuk membunuh Deokman. Sadar kalau nyawa Deokman dalam bahaya, Yushin langsung pergi.

Dugaannya benar, gubuk Deokman telah dikepung oleh segerombolan pria berpakaian sipil. Siapa sangka saat keadaan semakin genting, muncul Bidam yang ternyata lebih dari sekedar pria biasa.

WATCH VIDEO CLIPS OF EPISODE 21


Sinopsis The Great Queen Seon Deok Episode 22

Dengan wajah penuh darah, Bidam (Kim Nam-gil) tersenyum sinis melihat musuhnya lari terbirit-birit. Sikapnya yang tidak bisa ditebak membuat Yushin (Uhm Tae-woong) yang baru tiba salah sangka, keduanya nyaris terlibat pertarungan kalau saja Deokman (Lee Yo-won) tidak melerai.

Setelah menyerahkan baju tempurnya, sebagai ganti ikat kepala yang digunakan untuk membayar makanan, Yushin bergegas mengajak Deokman meninggalkan gubuk persembunyian. Namun, keduanya tidak sadar kalau mata-mata Kim Seohyeon (Ju Sung-mo) terus menguntit dan mengabarkan perkembangan yang terjadi pada sang majikan.

Begitu sampai di desa, Yushin melihat sekelompok hwarang tengah sibuk dan sadar bahwa Mishil juga tengah mengincar Deokman. Karena hampir semua jalan keluar diblokir, satu-satunya kesempatan bagi mereka adalah pergi ke desa Yangji yang tengah dilanda wabah misterius.

Kedatangan Yushin dan Deokman di desa Yangji bertepatan dengan saat Bidam (Kim Nam-gil) tengah dimarahi oleh gurunya, yang rupanya sudah hapal dengan watak muridnya yang tidak pernah melakukan segala sesuatu tanpa pamrih.

Penuturan Deokman dan Yushin yang membenarkan penjelasan Bidam membuat pria setengah baya yang ternyata adalah Munno (Jung Ho-bin) tersebut akhirnya mengalah, namun ia tetap memerintahkan sang murid untuk mencari bahan obat-obatan sebelum semuanya terlambat. Tidak cuma itu, Munno juga meminta Yushin dan Deokman untuk meninggalkan desa Yangji.

Saat tengah mencari akar jahe liar, sosok Bidam terlihat oleh Seolwon (Jun Noh-min). Dengan iming-iming memberi apa yang dicari Bidam, Seolwon mengajukan satu syarat : pria berpenampilan seperti gelandangan itu harus menyerahkan Deokman sebagai imbalannya.

Memutuskan untuk tinggal membantu Munno, tanpa tahu siapa pria itu sebenarnya, Yushin dijebak oleh Bidam hingga terkurung di kandang yang sempit. Tidak memperdulikan teriakan penuh amarah dari pria itu, Bidam mengikat Deokman yang rencananya bakal diserahkan ke Seolwon.

Dengan wajah dingin, Bidam menyebut bahwa Deokman bakal menyelamatkan ratusan orang yang tengah terjangkit penyakit. Ucapan itu membuat mental Deokman semakin ambruk, ia sadar bahwa bila dirinya sudah tidak ada, keadaan akan lebih baik bagi semua orang.

Di Seorabol, kabar ditangkapnya Deokman membuat kubu Mishil (Go Hyeon-jeong) begitu gembira. Saat tinggal sendiri, Mishil diingatkan oleh Pendeta Seori (Song Ok-sook) tentang ramalan bintang biduk. Dengan senyum sinis, Mishil menyebut tidak percaya akan segala bentuk ramalan.

Pergolakan politik istana makin panas setelah Sejong menggelar rapat kabinet darurat. Seperti yang bisa ditebak, rapat tersebut membahas soal putri kembar Raja Jinpyeong (Jo Min-ki). Tidak sekedar asal bicara, Sejong menghadirkan bukti hidup berupa Chilseok (Ahn Kil-kang). Setelah pengambilan suara yang dimenangi kubu Sejong, Chilseok akhirnya menuturkan semua yang dialaminya selama 20 tahun.

Setelah hari berganti, Bidam menggiring Deokman ke tempat dimana ia berjanji bakal bertemu Seolwon. Di perjalanan, Bidam baru sadar kalau sang tawanan selama diikat menggenggam belati Raja Jinheung. Sudah tentu ia heran, pasalnya dengan belati tersebut Deokman bisa meloloskan diri namun hal itu tidak dilakukan.

Rupanya Deokman punya rencana lain, ia berhasil meyakinkan Bidam untuk membiarkan dirinya memegang belati Raja Jinheung. Sesuai perjanjian, Bidam akhirnya menyerahkan Deokman ke tangan Seolwon dengan imbalan beberapa peti akar jahe liar. Namun sepanjang perjalanan pulang, pikiran Bidam melayang pada sikap aneh Deokman yang seolah pasrah.

Begitu menceritakan apa yang terjadi pada sang guru, Munno langsung marah besar dan membentak Bidam sambil menyebut kalau nyawa manusia terlalu berharga untuk ditukar dengan apapun termasuk nyawa manusia lain. Ketika sibuk membantah, Bidam tiba-tiba teringat sesuatu dan langsung berpamitan untuk mengejar rombongan yang menahan Deokman.

Usaha Deokman untuk bunuh diri dengan menggunakan pisau Raja Jinheung gagal, namun tiba-tiba muncul Bidam. Menyebut telah berubah pikiran dan bakal membebaskan Deokman, ucapan Bidam langsung ditertawakan oleh Bojong (Baek Do-bin) dan Seokpum (Hong Kyung-in).

Hanya meringis karena diremehkan, Bidam langsung menghunus pedangnya dengan satu gerakan cepat. Dikeroyok oleh belasan orang berkemampuan tinggi, tiba-tiba dari belakang muncul Yushin yang berhasil membebaskan diri. Kini, semuanya tergantung Yushin dan Bidam untuk menolong Deokman.

WATCH VIDEO CLIPS OF EPISODE 22

Sinopsis The Great Queen Seon Deok Episode 23

Berbeda dengan Yushin (Uhm Tae-woong) yang hanya bersenjatakan tongkat kayu, Bidam (Kim Nam-gil) dengan pedangnya tidak segan-segan membunuh lawan-lawannya. Namun yang paling membuat Seolwon (Jun Noh-min) kaget, Bidam memiliki jurus yang sama persis dengan Munno (Jung Ho-bin).

Meremehkan Yushin yang saat remaja sering dikalahkan, Seokpum (Hong Kyung-in) dan belakangan Bojong (Baek Do-bin) ternyata mampu dikalahkan oleh sang yunior. Begitu ada kesempaan, Bidam langsung mengajak Yushin dan Deokman (Lee Yo-won) untuk melarikan diri.

Berhasil lolos setelah melompat ke dalam air terjun, Yushin sangat kecewa saat Bidam memberitahunya kalau Deokman berniat bunuh diri. Namun saat ditegur, Deokman dengan marah menyebut sudah tidak ada lagi jalan keluar dari masalah yang dihadapinya. Siapa sangka, Yushin menyebut bahwa ia siap pergi sejauh mungkin dari Shilla dan meninggalkan semuanya demi Deokman.

Ditemani oleh Alcheon (Lee Seung-hyo), Putri Cheonmyeong (Park Ye-jin) menyusul Kim Seohyeon (Ju Sung-mo) ke desa Gunmak. Begitu bertemu muka, ia langsung bisa menebak kalau ayah Yushin itu sudah bekerja sama dengan Eule (Shin Goo). Dengan marah, ia meminta Kim Seohyeon mengubah perintahnya supaya Deokman bisa ditemukan dengan selamat.

Gagalnya penangkapan Deokman membuat kubu Mishil (Go Hyeon-jeong) berang, namun wanita itu tetap ngotot supaya putri bungsu Raja Jinpyeong (Jo Min-ki) itu ditangkap dalam keadaan hidup. Oleh Pendeta Seori (Song Ok-sook), Mishil kembali diingatkan bahwa ramalan bintang menunjukkan bahwa kehadiran dua putri kembar hanya akan membuatnya berada dalam kesulitan.

Untuk kesekian kalinya peringatan itu diabaikan oleh Mishil, sehingga Seori memutuskan untuk bicara dengan Misaeng (Jung Wong-in). Begitu mendengar kalau kehadiran putri kembar bakal mengancam Mishil, Misaeng mengutus salah seorang putranya Daenambo (Ryu Sang-wook) untuk menghabisi Deokman.

Saat tengah melacak keberadaan Deokman, secara tidak sengaja Alcheon melihat gerak-gerik seorang wanita yang mencurigakan. Saat diikuti, wanita tersebut secara tidak sengaja mempertemukannya dengan Bidam dan salah seorang penduduk desa.

Begitu ditodong pedang, Bidam langsung teringat oleh peringatan Yushin tentang warna ikat kepala hwarang yang harus dihindari. Mendengar Alcheon menyebut dirinya rekan Yushin, ditambah kemunculan Goksaheun (Jun Young-bin) dan Daepung (Park Young-seo) yang memakai kostum klan Kembang Naga, ia memutuskan membawa mereka ke tempat persembunyian.

Siapa sangka di tengah jalan Bidam berubah pikiran, dengan satu gerakan cepat ia merebut dan menghunuskan pedang ke arah Goksaheun dan Daepung. Suara adu mulut antara Bidam dan Putri Cheonmyeong terdengar oleh Deokman dan Yushin, yang langsung keluar dari persembunyiannya.

Di gubuk terpencil, Putri Cheonmyeong dengan sedih meminta Deokman untuk pergi sejauh mungkin dari Seorabol sambil minta maaf karena dirinya dan keluarga raja tidak mampu melindungi gadis malang itu. Sebelum pergi, Deokman diminta untuk mengganti pakaiannya dengan gaun yang sama persis dengan yang dikenakan Putri Cheonmyeong.

Begitu Deokman muncul, Putri Cheonmyeong langsung meneteskan air mata terharu. Sambil menyisir rambut Deokman, sang putri berpesan supaya adiknya bisa hidup bahagia bersama Yushin. Deokman hanya tersenyum tipis saat Putri Cheonmyeong meminta dirinya memanggil kakak, dan menyebut bakal menggunakan panggilan itu bila keduanya bertemu lagi.

Sementara itu, Goksaheun dan Daepung terus mengamati gerak-gerik pasukan Seolwon dan melaporkannya pada Alcheon. Keduanya tidak sadar kalau mereka diikuti oleh Daenambo, yang tanpa sepengetahuan atasannya mengemban misi rahasia dari Misaeng. Tidak ada yang sadar bahwa aksinya bakal mengubah sejarah.

WATCH VIDEO CLIPS OF EPISODE 23

Sinopsis The Great Queen Seon Deok Episode 24

Saat tengah mengendap-ngendap, Daenambo (Ryu Sang-wook) dikejutkan oleh Alcheon (Lee Seung-hyo) dan Putri Cheonmyeong (Park Ye-jin) yang mendadak keluar dari gubuk. Sempat gelagapan, Daenambo beralasan kemunculannya di tempat itu adalah karena kebetulan belaka.

Diam-diam, Daenambo terus mengikuti Putri Cheonmyeong meski muncul isyarat asap. Isyarat tersebut, yang ternyata dibuat oleh Bidam (Kim Nam-gil) dan Imjong (Kang Ji-hoo), mampu mengelabuhi pasukan pimpinan Bojong (Baek Do-bin) dan Seokpum (Hong Kyung-in). Sayang, siasat Putri Cheonmyeong yang bertukar identitas dengan Deokman (Lee Yo-won) terbongkar.

Dengan geram, Daenambo mengarahkan anak panahnya ke arah Deokman. Untungnya, Yushin (Uhm Tae-woong) bergerak cepat. Daenambo sendiri sempat terlibat perkelahian seru dengan Alcheon, namun ia bisa meloloskan diri untuk meneruskan misinya.

Sebelum Deokman berangkat dengan rakit, Putri Cheonmyeon sempat kembali bertemu dengannya untuk melepas sang adik. Tidak ada yang menyangka bahwa dari belakang, Daenambo mengarahkan anak panahnya ke sang putri karena mengira wanita itu adalah Deokman. Akibatnya fatal, Putri Cheonmyeong langsung ambruk terkena anak panah beracun.

Sebelum mengungsi, Bidam sempat melepas sejumlah anak panah yang salah satunya mengenai Daenambo. Apes bagi Daenambo, saat berusaha menghilangkan barang bukti, ia malah bertemu rombongan Bojong dan Seokpum yang dipimpin langsung oleh Seolwon (Jung Noh-min).

Di gua tersembunyi, Putri Cheonmyeong meregang nyawa sambil ditemani oleh Yushin, sementara Deokman menarik Bidam untuk mencari penawar racun. Dengan napas tersengal-sengal, sang putri akhirnya mengakui perasaannya pada Yushin. Setelah itu, ia meminta Yushin untuk terus menjaga Deokman dan melupakan soal Shilla maupun Mishil.

Memacu kudanya secepat mungkin, Bidam dan Deokman berpacu dengan waktu. Sayangnya usaha mereka terlambat. Saat sampai di gua, mereka disambut oleh wajah Alcheon yang penuh duka. Sempat histeris, saat masuk gua Deokman melihat Yushin menemani jasad Putri Cheonmyeong.

Tidak percaya apa yang terjadi, Deokman langsung menangis sejadi-jadinya saat membuka tudung yang menutupi wajah Putri Cheonmyeong. Dengan penuh duka, Alcheon membawa jenazah sang putri kembali ke Seorabol, sementara Yushin meneruskan tugasnya menjaga Deokman untuk pergi sejauh mungkin.

Begitu tiba sambil mendorong kereta, Alcheon disambut oleh rombongan prajurit pimpinan Seolwon. Mengira kalau yang bakal muncul adalah jenazah Deokman, Seolwon langsung berlutut dengan penuh rasa terkejut saat mendapati yang meninggal adalah Putri Cheonmyeong.

Berita meninggalnya Putri Cheonmyeong langsung membuat semua orang terpukul terlebih Raja Jinpyeong (Jo Min-ki) dan Ratu Maya (Yoon Yoo-sun). Pukulan juga dirasakan oleh kubu Mishil (Go Hyeon-jeong), yang langsung memerintahkan untuk menghentikan pencarian Deokman dan tidak bergerak sebelum mendapat perintah.

Di saat para pejabat Shilla sibuk mempersiapkan pemakaman Putri Cheonmyeong, Deokman yang masih belum bisa lepas dari syok langsung demam. Yushin yang merawatnya selama tiga hari tiga malam terkejut karena saat pagi, gadis itu sudah tidak ada di tempat tidurnya.

Rupanya, Deokman tengah duduk merenung sambil menatap air terjun. Paham atas kesedihan yang dialami gadis itu, Yushin berusaha menghiburnya. Ia menyerahkan sisir pemberian Putri Cheonmyeong sambil menyebut pesan terakhir yang disampaikan : Deokman harus hidup bahagia sebagai seorang wanita dan melupakan Shilla maupun Mishil.

Apa yang dilakukan Deokman selanjutnya sangat mengejutkan, ia menyebut tidak akan menuruti keinginan mendiang Putri Cheonmyeong sambil mematahkan sisir pemberian sang kakak.

WATCH VIDEO CLIPS OF EPISODE 24

Sinopsis The Great Queen Seon Deok Episode 25

Baik Deokman (Lee Yo-won) maupun Yushin (Uhm Tae-woong) tidak melepaskan diri dari perasaan bersalah atas kejadian yang menimpa Putri Cheonmyeong (Park Ye-jin). Begitu Deokman mengucapkan isi hatinya, Yushin cuma bisa berlutut sambil menangis.

Yushin mengira waktu bisa mendinginkan Deokman, namun dirinya keliru. Tekad Deokman untuk kembali ke Seorabol demi membalas dendam justru semakin kuat, kepergiannya sempat dilihat oleh Bidam (Kim Nam-gil). Mengira Deokman hanya bercanda, Bidam cuma bisa terbengong-bengong melihat gadis itu dengan mantap melangkah pergi.

Saat tengah melihat-lihat suasana desa, dimana penduduk mulai bergosip seputar penyebab kematian Putri Cheonmyeong, tiba-tiba Bidam ditegur oleh Munno (Jung Ho-bin). Rupanya, sang guru hendak mengajaknya meneruskan perjalanan mereka berkelana.

Namun begitu Bidam menyebut berniat menolong nangdo yang pernah diselamatkannya, Munno melihat ketulusan di mata muridnya. Sempat teringat dengan kejadian di masa lalu saat baru saja menyelamatkan Sohwa (Seo Young-hee), Munno akhirnya mengijinkan Bidam menjalankan niatnya dan menyusul setelah semuanya selesai.

Setelah pemakaman Putri Cheonmyeong selesai, Alcheon (Lee Seung-hyo) mendadak muncul di istana dengan pakaian lengkap hwarang dan riasan wajah. Dengan lantang, ia berlutut didepan istana sambil menyerukan supaya Raja Jinpyeong mengusut tuntas penyebab kematian sang putri.

Mishil tidak kalah cerdik, ia menggelar rapat kabinet bersama para petinggi istana mulai dari Sejong (Dok Go-young), Eulje (Shin Goo), Kim Seohyeon (Jung Sung-mo), Yongchun (Do Yi-sung), Hojae (Go Yoon-hoo), Hajong (Kim Jung-hyun), hingga Seolwon (Jun Noh-min). Dalam rapat tersebut, Mishil membelokkan kecurigaan pada kubu Eulje, yang dianggap bertanggung jawab atas kematian Putri Cheonmyeong.

Masih dalam keadaan berduka, Raja Jinpyeong yang lemah akhirnya menyebut kematian putrinya adalah karena kecelakaan. Dengan senyum penuh kemenangan, Seolwon memberitahu kabar tersebut pada Alcheon sambil mengancam bahwa semua tuduhan tak berdasar bakal berujung hukuman mati. Keruan saja, Alcheon sangat kecewa mendengar keputusan Raja Jinpyeong.

Begitu kembali ke kediamannya, Mishil berniat menghabisi Misaeng (Jung Woong-in) yang dianggap telah mengacaukan semua rencananya. Dengan nyawa berada di ujung tanduk, Misaeng ternyata mampu menyelamatkan dirinya dengan menjanjikan Mishil akan datangnya gerhana matahari dengan bantuan Wolcheon.

Setelah menyelesaikan masalah dengan adiknya, hal terakhir yang harus dibereskan Mishil adalah Seori (Song Ok-sook). Tidak memperdulikan nasehat sang pendeta agung, Mishil meninggalkan botol berisi racun sebelum pergi.

Merasa gagal dalam menjaga keselamatan Putri Cheonmyeong, Alcheon berniat bunuh diri. Namun sebelum sempat menghujamkan pisaunya, ia dihentikan oleh Deokman. Sempat meminta nangdo itu tidak ikut campur, Alcheon sangat terkejut mendengar Deokman memintanya untuk membantu membalas dendam dan langsung berlutut sambil menyatakan kesetiaannya.

Misi pertama Alcheon adalah mengantarkan surat ke Raja Jinpyeong dan menemui Ratu Maya (Yoon Yoo-sun) yang tengah terbaring sakit. Di istana, ia bertemu dengan Yushin yang baru kembali dan mengkuatirkan keadaan Deokman. Oleh Alcheon, Yushin diberitahu tempat dimana Deokman, yang tengah berusaha meyakinkan Bidam, bersembunyi.

Kecewa karena merasa tidak dilibatkan, Yushin cuma bisa terdiam ketika Deokman menyatakan alasannya : ia kuatir kalau kehadiran Yushin akan melemahkan tekadnya membalas semua perbuatan Mishil. Apalagi bila statusnya sebagai putri raja sudah pulih, hubungannya dengan Yushin bakal berubah drastis.

Berhasil menyusup masuk sebagai pelayan kuil untuk menemui Ratu Maya, langkah Deokman berikutnya adalah mengkonfrontir Seori. Saat ditodong pisau, mata Seori terbelalak saat samar-samar melihat bayangan Deokman sebagai seorang ratu. Belum selesai keterkejutannya, tiba-tiba Seori dikagetkan oleh kedatangan seseorang.

Meminta Deokman untuk bersembunyi supaya nyawanya selamat, Seori menyambut sang tamu yang tidak lain adalah Mishil. Setelah mengatakan bahwa Mishil tidak akan pernah menjadi seorang ratu, Seori meminum racun sambil menyampaikan pesan terakhir : satu-satunya orang yang bisa menyelamatkan Mishil adalah Guru Wolcheon dari kuil Hwadeok.

Rupanya sebelum meninggal, Seori sengaja bicara keras supaya Deokman yang tengah bersembunyi bisa mendengar semuanya. Setelah kembali ke persembunyiannya, Deokman berniat untuk menemukan orang yang disebut Seori. Tidak cuma itu, ia juga menyebut niat utamanya : menjadi penguasa Shilla.


WATCH VIDEO CLIPS OF EPISODE 25


Sinopsis The Great Queen Seon Deok Episode 26

Deokman (Lee Yo-won) memaparkan rencananya : satu-satunya cara untuk mengalahkan Mishil (Go Hyeon-jeong), yang di saat yang sama tengah menanyakan perihal gerhana matahari ke Guru Wolcheon, adalah dengan mematahkan pengaruhnya yang begitu besar di tengah kalangan rakyat.

Di luar gua, Deokman kembali meminta Yushin untuk tidak menyertainya karena setiap melihat pimpinan klan Kembang Naga itu, hati Deokman untuk pergi sejauh mungkin dan hidup bahagia bersama Yushin menguat. Ucapan itu membuat mata Yushin berkaca-kaca, apalagi Deokman menyebut bakal menggunakannya bagai bidak catur apabila pria itu tetap nekat.

Rencana pertama adalah berusaha membujuk Guru Wolcheon untuk bergabung. Sayangnya Deokman bersama Alcheon (Lee Seung-hyo) dan Bidam (Kim Nam-gil) datang terlambat. Sesampainya di kuil Hwadoek, Guru Wolcheon telah diculik organisasi misterius yang berniat memerdekakan bangsa Gaya yang dikenal dengan nama Bokyahwei.

Begitu melihat kesempatan, Jukbang (Lee Moon-shik) dan Godo (Ryu Dam) berhasil melarikan diri sambil membawa Sohwa (Seo Young-hee) yang seperti orang linglung. Namun saat pelarian, Sohwa ambruk terkena panah anak buah Mishil dan langsung dibawa pulang ke Seorabol.

Berita soal organisasi rahasia Bokyahwei tidak cuma membuat heboh kubu Mishil, yang langsung memerintahkan supaya Guru Wolcheon bisa ditemukan, namun juga Raja Jinpyeong (Jo Min-ki). Bahkan, target berikutnya Bokyahwei adalah keluarga Kim Seohyeon (Ju Sung-mo) yang dianggap bertanggung jawab membuat rakyat Shilla terusir dari Seorabol.

Tidak mampu membujuk sang ayah membuat Yushin frustrasi, ia mengalihkan kekesalannya dengan menghantamkan pedang kayunya berulang-ulang ke karang tempatnya berlatih. Mulai frustrasi karena merasa nasib Deokman sulit ditolong lagi, pikiran Yushin seolah terbuka setelah karang yang dihantamnya mendadak terbelah menjadi dua.

Merasa telah mendapat jalan keluar, Yushin kembali kerumah untuk memberitahu Kim Seohyeon supaya keluarga mereka berani mempertaruhkan segalanya. Mendadak sebuah panah melesat, pertanda bahwa anggota Bokyahwei bersiap mengincar keluarga Kim Seohyeon.

Yushin tidak tinggal diam, ia mengejar dan berhasil menundukkan beberapa anggota Bokyahwei yang mengepungnya. Di luar dugaan, Yushin menyerahkan diri dan meminta salah seorang diantaranya mengikat dan membawanya ke markas besar Bokyahwei.

Saat melarikan diri, Jukbang dan Godo bertabrakan dengan seorang pria yang tengah menempelkan pengumuman di tengah kota. Keesokan harinya, pengumuman yang membeberkan tentang anak kembar Raja Jinpyeong, ramalan kuno bangsa Shilla, hingga keberadaan putri bungsu raja kontan membuat penduduk gempar.

Desas-desus tersebut membuat Raja Jinpyeong murka, ia mengira pelakunya adalah Deokman. Padahal, dalangnya adalah Sejong (Dok Go-young) dan Hajong (Kim Jung-hyun), yang sudah tidak sabar mendongkel Raja Jinpyeong dari tahtanya. Meski tahu, Mishil hanya diam saja karena menganggap cara tersebut adalah cara pengecut. Satu-satunya yang bisa menebak jalan pikiran Mishil adalah Seolwon (Jun Noh-min).

Kubu Bokyahwei sangat terkejut saat tahu Yushin menyerahkan diri dengan suka rela, ia disambut oleh Seolji (Jung Ho-geun). Sempat adu mulut, Wolya nyaris saja menebas Yushin kalau saja tidak dihentikan oleh Wolya (Joo Sang-wook), yang langsung memperkenalkan diri sebagai pimpinan Bokyahwei karena terkesan dengan kenekatan Yushin.

Yushin ternyata datang dengan penuh perhitungan, ia membawa sertifikat tanah yang merupakan aset keluarganya untuk diberikan pada para pengungsi Gaya yang tengah menderita. Rupanya, Yushin berniat menukar semua miliknya dengan kesetiaan para personil Bokyahwei.

Di persembunyiannya, Deokman dengan tepat mampu menebak langkah kubu Mishil selanjutnya : membantai satu-persatu penduduk suku Gaya sampai ada yang mau buka mulut soal markas Bokyahwei. Diam-diam, salah seorang penduduk berniat melaporkan apa yang terjadi. Apes baginya, ia dicegat oleh Bidam (Kim Nam-gil) dan Imjong (Kang Ji-hoo).

Mata penduduk itu langsung membelalak kaget saat tahu Bidam bisa membaca bahasa isyarat yang biasa digunakan suku Gaya. Cuma ditemani oleh Bidam dan Alcheon (Lee Seung-hyo), Deokman nekat mendatangi desa Nobang dimana kelompok Bokyahwei bermarkas.

Baru saja mengendap-ngendap masuk, mereka langsung dikepung. Pertempuran nyaris saja terjadi, namun tiba-tiba terdengar suara Yushin. Sudah tentu, kehadiran Yushin membuat Deokman, Alcheon, dan Bidam kaget. Melihat Yushin begitu mengenal rombongan penyusup yang datang, Wolya sempat keheranan.

Dengan suara lantang, Yushin menyebut bahwa Deokman-lah orang yang bakal memimpin persekutuan antara Bokyahwei dengan dirinya. Tidak cuma itu, Yushin juga mengatakan kalau dirinya telah menobatkan Deokman sebagai majikannya.

Ucapan itu membuat Deokman kaget, apalagi setelah Yushin dan disusul Wolya, Seolji, anggota Bokyahwei, hingga Alcheon dan Bidam berlutut dihadapannya sambil menyatakan kesetiaan mereka mengikuti sang putri hingga ajal.

WATCH VIDEO CLIPS OF EPISODE 26

Sinopsis The Great Queen Seon Deok Episode 27

Yushin (Uhm Tae-woong) benar-benar serius, ia menyatakan siap mendampingi Deokman (Lee Yo-won) sebagai seorang bawahan dan tidak akan bersikap kurang ajar lagi atau memperlakukan Deokman bagai seorang pria memperlakukan wanita yang dicintainya.

Ucapan Yushin membuat hati Deokman seperti ditusuk-tusuk, ia langsung membalikkan badan untuk meninggalkan tempat itu. Tiba-tiba Yushin menarik tangan Deokman, dan langsung memeluknya sambil mencucurkan air mata. Deokman sadar bahwa itulah saat terakhir dirinya bisa berdekatan dengan Yushin sebagai seorang pribadi.

Mampu menduga kalau pasukan Mishil (Go Hyeon-jeong) bakal menekan rakyat Gaya setelah mereka kedapatan berbohong soal lokasi Bokyahwei, Deokman memerintahkan Yushin untuk mengorganisir pengungsian besar-besaran dari wilayah Samyang menuju Amyang, tanah yang telah diberikan Yushin sekaligus tempat tinggal rakyat Gaya yang baru.

Langkah berikut Deokman adalah meyakinkan Guru Wolcheon untuk membantunya, tugas tersebut tidaklah mudah. Saat hendak mulai menginterogasi, Deokman mendadak teringat dengan sosok Seolji (Jung Ho-geun), yang pernah dikenalnya saat baru datang ke Seorabol. Seolji juga tidak kalah kaget, ia tidak menyangka gadis remaja yang pernah mendatangkan hujan kini ada dihadapannya.

Meski menjadi tahanan, Guru Wolcheon bergeming dan malah membalikkan pertanyaan Deokman soal apa yang membedakan gadis itu dengan Mishil dan apa yang membuat pria tua itu tergerak hatinya. Sempat menuturkan apa yang menjadi idealismenya, Deokman menyodorkan buku almanak bangsa Wei dan meminta Guru Wolcheon menentukan sendiri apa yang harus dilakukan.

Rupanya, Deokman bisa menebak bahwa sebagai seorang ilmuwan, satu-satunya kelemahan Guru Wolcheon adalah rasa ingin tahu. Begitu pria itu mulai membaca almanak, maka hal berikut yang bakal dilakukannya adalah memperhitungkan kapan terjadi gerhana matahari.

Di kediamannya, Mishil marah besar saat diberitahu bangsa Gaya tidak ada di tempat pengasingan mereka. Yang membuatnya kaget, ternyata Deokman bisa tahu soal Guru Wolcheon yang ternyata berada tangan gadis itu.

Rencana Deokman mulai mendapat hambatan ketika Guru Wolcheon menolak membantunya. Saat bincang-bincang, baru ketahuan kalau alasan pria itu kerap membantu Mishil adalah karena ia berhutang budi dengan mendiang Sadaham.

Dipusingkan oleh penolakan Guru Wolcheon, Deokman dibuat gembira oleh kemunculan Jukbang (Lee Moon-shik), Godo (Ryu Dam), dan dua rekannya di klan Kembang Naga. Kejutan didapatkan oleh keempatnya ketika Yushin memberitahu kalau Deokman adalah seorang putri, sehingga otomatis mereka harus memberi hormat.

Keesokan harinya di istana, Raja Jinpyeong (Jo Min-ki) dihebohkan oleh banyaknya burung yang mati di halaman istana dan patahnya papan nama balai pertemuan. Rupanya, kehebohan tersebut adalah bagian dari rencana Deokman. Rencana berikutnya kembali melibatkan burung, dan kali ini yang banyak berperan adalah Bidam (Kim Nam-gil).

Rencana Deokman tersusun rapi, ia telah berpikir beberapa langkah kedepan dengan mengutus Yushin ke istana demi meminta bantuan Ratu Maya (Yoon Yoo-sun) seputar masalah prasasti berisi ramalan tentang anak kembar yang bakal membawa bencana.

Rakyat kembali dihebohkan ketika sumur Najung yang dianggap keramat memuntahkan darah, mereka meminta Mishil untuk melakukan upacara persembahan demi menghilangkan kemarahan dari langit. Waktu terus berjalan, Deokman masih terus berusaha meyakinkan Guru Wolcheon untuk membantunya.

Dengan berat hati, Raja Jinpyeong memohon Mishil untuk menuruti kehendak rakyat. Di saat pemegang segel kerajaan itu menggelar upacara persembahan, Yushin berhasil mendapat salinan prasasti peninggalan leluhur Shilla (berisi tentang ramalan bayi kembar) yang hanya tinggal separuh bagian.

Usaha Deokman menemui hasil, ia berhasil mendapatkan kepastian kapan gerhana matahari bakal terjadi. Namun ketika ditanya, ia mengaku hanya akan memberitahunya ke Bidam, yang tengah bersiap untuk menjalankan rencana terbaru sang putri.

Setelah sempat dihebohkan oleh banyaknya burung yang beterbangan di atas istana mendiang Putri Cheonmyeong, paginya seorang pria bertopeng berada didepan sumur Najung. Dengan kemampuannya, ia berhasil memunculkan bagian terakhir dari prasasti leluhur Shilla.

Kejadian tersebut sontak membuat rencana Mishil berantakan, para prajurit langsung diperintahkan untuk mengepung sumur Najung. Mata Mishil langsung membelalak kaget saat membaca apa isinya, yang meramalkan gerhana matahari bakal menandakan kemunculan putri kedua Raja Jinpyeong yang bakal membawa kemakmuran bagi Shilla.

Hanya dengan sekali lihat, Mishil dapat menebak bahwa prasasti tersebut adalah palsu. Ia langsung memerintahkan Bojong (Baek Do-bin) untuk meringkus pria bertopeng yang tidak lain adalah Bidam yang menyamar.

Di istana, raja Jinpyeong sangat kaget saat diberitahu bahwa bagian kedua dari prasasti peninggalan leluhur Shilla telah muncul. Sempat nyaris percaya, akhirnya Ratu Maya memberitahu bahwa kemungkinan besar prasasti tersebut adalah buatan Deokman.

Rupanya Bidam mengemban misi khusus dari Deokman, ia harus menyakinkan Mishil kalau gerhana matahari bakal terjadi meski sesungguhnya hal itu tidak akan menjadi kenyataan. Misi tersebut tentunya tidak mudah, karena taruhannya adalah nyawa Bidam sendiri. Akhirnya, Bidam dan Mishil saling berhadapan.


WATCH VIDEO CLIPS OF EPISODE 27

Sinopsis The Great Queen Seon Deok Episode 28

Saat diinterogasi, Mishil (Go Hyeon-jeong) terkejut mendengar Bidam (Kim Nam-gil) mengatakan kalimat yang pernah diucapkannya. Semakin yakin kalau semua adalah tipuan, Mishil mengajukan pertanyaan yang sempat membuat Bidam terdiam : kapan pria itu bakal mati.

Langsung memutar otak, Bidam menjawab kalau waktu kematiannya akan diikuti oleh Raja Jinpyeong (Jo Min-ki) tiga hari kemudian. Ucapan tersebut langsung membuat Mishil mengurungkan niatnya, ia tidak berani gegabah. Kejadian itu membuatnya sadar, pria yang dihadapinya sangat cerdas dan tidak bisa dianggap remeh.

Di persembunyiannya, Deokman (Lee Yo-won) membuat Yushin (Uhm Tae-woong) dan Alcheon (Lee Seung-hyo) kaget saat mengatakan gerhana matahari tidak akan terjadi dan apa yang dilakukan Bidam adalah untuk membuat Mishil bingung.

Adu strategi antara Bidam dan Mishil dimulai. Di hadapan wanita itu dan Misaeng (Jung Woong-in), dengan sengaja Bidam mengucapkan kalimat-kalimat yang pernah dikatakan Mishil pada Yushin dan Deokman. Dengan cepat, Mishil bisa menebak siapa dalang dibalik kemunculan Bidam.

Tiba-tiba teringat dengan nasehat Deokman ketika merias wajahnya, Bidam dengan sengaja melepas bekas luka palsunya supaya Mishil bisa langsung melihat ekspresinya tanpa ditutup-tutupi. Sementara itu di daerah sumur Najung, Jukbang (Lee Moon-shik) dan Godo (Ryu Dam) sengaja membuat kehebohan di tengah rakyat supaya Mishil cepat mengambil keputusan soal ramalan gerhana matahari.

Berada dalam tekanan, Mishil mendapatkan surat dari Deokman yang memberitahu kalau Guru Wolcheon telah meramalkan bakal terjadi gerhana matahari. Dugaan Deokman sangat tepat, Mishil mulai kebingungan untuk menebak apakah sang putri benar-benar berkata jujur atau bohong belaka.

Tapi membohongi Mishil tidak semudah membalik telapak tangan, diam-diam wanita itu punya rencana sendiri untuk membongkar apa yang terjadi sebenarnya. Berdasarkan masukan dari Seolwon (Jun Noh-min), Mishil sengaja mengulur waktu, ia bahkan menolak kedatangan Yushin. Sebelum pergi, Yushin menitipkan sebuah surat.

Mishil terpengaruh, ia sempat meminta surat tersebut dibakar sebelum kemudian dibatalkan. Matanya langsung terbelalak saat tahu surat tersebut tak lain adalah bagian dari buku almanak Wei yang bisa digunakan untuk meramal gerhana matahari, keraguannya kembali muncul. Lagi-lagi, masukan dari Seolwon mampu menguatkan Mishil.

Saat tengah berjalan kembali ke kediamannya, Yushin dipanggil oleh Bojong (Baek Do-bin), yang mengajaknya menemui Mishil. Terus teringat akan nasehat Deokman untuk tidak mengalihkan tatapannya dari Mishil, Yushin berusaha sebisa mungkin untuk mengelabuhi wanita penuh akal itu namun gagal. Dengan tepat, Mishil bisa menebak kalau apa yang dilakukan Deokman adalah gertakan belaka.

Keyakinan Mishil makin menebal lewat salah satu bagian dari surat Guru Wolcheon, ia ingat betul sang pendeta sempat mengatakan kalau margin kegagalan ramalannya mencapai sekitar 28 jam. Hal terakhir yang dilakukannya adalah dengan memancing reaksi Bidam, yang begitu mendengar kalau gerhana matahari tidak akan terjadi langsung berusaha melarikan diri.

Sambil tersenyum penuh kemenangan, Mishil menemui Bidam yang telah diringkus sambil mengatakan kalau dirinya sudah bisa menebak semua strategi Deokman. Dengan percaya diri, Mishil menghadap Raja Jinpyeong dan Ratu Maya (Yoon Yoo-sun) dan mengatakan akan mengumumkan pada rakyat kalau gerhana matahari tidak bakal terjadi sambil menghukum mati Bidam yang telah menyebarkan berita palsu.

Diikat dan bakal dibakar hidup-hidup, hal yang tidak disangka-sangka terjadi : gerhana matahari. Efeknya sangat dahsyat, rakyat langsung ketakutan sementara Bidam hanya bisa melongo karena sadar dirinya telah dibohongi mentah-mentah oleh Deokman.

Meneruskan rencananya, Bidam berteriak dengan kencang tentang ramalan kedua dari prasasti yang muncul di sumur Najung. Begitu gerhana matahari mulai menghilang, dari sisi kanan tempat raja duduk, muncul satu sosok yang membuat semuanya terkejut.

WATCH VIDEO CLIPS OF EPISODE 28

Sinopsis The Great Queen Seon Deok Episode 29

Kemunculan Deokman (Lee Yo-won) yang disusul oleh Yushin (Uhm Tae-woong) dan Alcheon (Lee Seung-hyo) langsung membuat rakyat bersorak gembira, sementara wajah Mishil (Go Hyeon-jeong) berubah menjadi pucat-pasi.

Bisa dibayangkan bagaimana geramnya Mishil saat sadar dirinya telah ditipu Deokman, ia benar-benar terpukul. Apalagi dari tengah rakyat yang hadir, terdengar suara-suara yang menanyakan benar-tidaknya Raja Jinpyeong (Jo Min-ki) mempunyai anak kembar. Ucapan tersebut langsung disikapi Ratu Maya (Yoon Yoo-sun) dengan mendatangi Deokman di menara, kemudian menarik tangan sang putri untuk mengikutinya.

Di hadapan semua orang, dengan bercucuran air mata Ratu Maya akhirnya mengaku telah melahirkan bayi kembar. Aksi tersebut sukses membuat rakyat bersimpati dengan penderitaan sang ratu, apalagi ditambah pengakuan Raja Jinpyeong yang mengaku telah bersalah membuang Deokman.

Sambil mengangkat tangan sang putri, Raja Jinpyeong mengakui Deokman sebagai putri. Sorak-sorai langsung bergemuruh, termasuk Bidam (Kim Nam-gil) yang meski diikat tidak bisa menyembunyikan kegembiraannya, namun mata Deokman hanya tertuju ke satu arah : Mishil, yang balik menatapnya dengan senyum sinis.

Rasa haru dirasakan Ratu Maya saat tengah mendandani Deokman, namun ingatan gadis itu melayang ke saat terakhir dirinya berbincang-bincang dengan Putri Cheonmyeong dan tiba-tiba hatinya terasa hampa. Kepada sang ibu, Putri Deokman mengaku kalau dirinya kembali ke istana bukanlah untuk hidup bahagia atau hanya sekedar menjadi putri.

Dipanggil menghadap Raja Jinpyeong, Deokman dengan getir mengatakan bisa mengerti sikap sang ayah yang rela membuang putrinya hanya untuk menjaga tahta. Hanya terdiam, Raja Jinpyeong terkejut saat tahu niat Putri Deokman adalah untuk berhadapan langsung dengan Mishil.

Di kediaman Mishil, Sejong (Dok Go-young) dan putranya Hajong (Kim Jung-hyun) memaksa untuk menggerakkan pasukan demi mendongkel Deokman. Namun, langkah tersebut ditentang oleh Seolwon (Jun Noh-min). Dengan cermat, Mishil memerintahkan mereka untuk memastikan tidak ada satu pun bangsawan yang beralih ke kubu Putri Deokman.

Saat tengah rapat bersama Kim Seohyeon (Jung Sung-mo) dan Kim Yongchun (Do Yi-sung), Raja Jinpyeong mengira kalau kubu Mishil bakal menentang pengangkatan Deokman sebagai putri. Dugaannya meleset. Sejong yang muncul bersama Misaeng (Jung Woong-in) dan Hajong belakangan menyebut bahwa meski para bangsawan kecewa) karena Raja dan Ratu menutupi soal bayi kembar, mereka tetap mendukung pengangkatan Deokman.

Meskipun terlihat tenang, Mishil ternyata tetap seperti manusia biasa. Menjelang pelantikan Deokman sebagai putri, ia melampiaskan kekesalannya dengan memecahkan gelas-gelas yang biasa digunakan untuk bermain musik. Setelah itu, ia kembali merias diri untuk menyambut acara pelantikan.

Saat berjalan menuju lokasi, Mishil berpapasan dengan Deokman. Setelah sama-sama saling memberi hormat, perang urat syarat mulai terjadi, namun Mishil melihat satu hal : bibir dan tangan Deokman bergetar hebat. Mengira dirinya diatas angin dan langsung meraih tangan Deokman, teguran kalau dirinya telah lancang membuat Mishil kaget.

Di rapat pertama para hwarang yang dipimpinnya, Putri Deokman langsung membuat gebrakan : ia menunjuk Alcheon dan anak buahnya sebagai pengawal pribadi. Mishil tidak bisa menahan emosinya lagi, di kediamannya ia memerintahkan Seolwon untuk mengambil paksa Guru Wolcheon dengan segala cara. Bila gagal, Guru Wolcheon harus dibunuh.

Namun Putri Deokman tidak kalah gesit. Kepada Raja Jinpyeong, ia menyampaikan rencananya untuk membuka hal yang selama ini hanya diketahui kalangan tertentu kepada rakyat banyak. Tujuannya cuma satu : Putri Deokman tidak ingin rakyat dikelabuhi oleh hal-hal berbau takhyul yang sebenarnya bisa dijelaskan secara ilmiah.

Dengan cara licik, Bojong (Baek Do-bin) dan Seokpum (Hong Kyung-in) berhasil menculik Guru Wolcheon. Namun ditengah jalan keduanya bertemu Yushin dan pasukannya, sempat terjadi pertempuran seru dan Seokpum mengancam bakal membunuh Guru Wolcheon. Kemunculan Alcheon, yang mengaku diperintahkan Putri Deokman untuk membawa Guru Wolcheon, membuat Bojong dan Seokpum gigit jari.

Saat rapat dengan para pejabat istana, Putri Deokman menyampaikan perintahnya untuk tidak lagi menggunakan jabatan pendeta agung melainkan bakal membuka semua hal berbau ramalan untuk bisa diketahui rakyat banyak. Mata Mishil kembali membelalak saat Guru Wolcheon muncul dan membeberkan rencananya membuat menara observasi yang dinamakan chumsongdae.

Di ruang tertutup, Mishil bicara empat mata dengan Putri Deokman soal rencana sang putri. Dengan terperinci, Mishil menguraikan soal negara, tingkat jabatan, sampai kedudukan masing-masing kubu secara vertikal dan horisontal. Argumen yang disampaikan sangat masuk akal : Putri Deokman akan kehilangan kekuasaannya bila jabatan Gadis yang Dipilih oleh Langit dilepas begitu saja.

Mendengar penuturan Mishil yang telah berpengalaman dalam pemerintahan, Putri Deokman mulai ragu-ragu. Debat diantara keduanya tidak bisa dihindari, Putri Deokman mewakili hal-hal ideal yang harus dilakukan sementara Mishil menyebut fakta yang terjadi dalam kehidupan nyata.

Putri Deokman semakin percaya diri dengan apa yang ingin dilakukan, ia menyebut bakal menjadikan Shilla seperti harapannya. Ucapan sang putri sempat membuat Mishil sedikit tergetar, dan di saat yang sama Putri Deokman juga mulai ragu dengan kebenaran pendapatnya.


WATCH VIDEO CLIPS OF EPISODE 29

Sinopsis The Great Queen Seon Deok Episode 30

Setelah menyampaikan isi pikiran masing-masing, Putri Deokman (Lee Yo-won) dan Mishil (Go Hyeon-jeong) berpisah dengan pikiran masing-masing. Diam-diam, Mishil merasa kalau kedewasaan Putri Deokman bertambah dengan cepat dalam waktu yang singkat.

Niat Putri Deokman tidak hanya ditentang oleh kubu Mishil melainkan juga oleh orang-orang yang mendukungnya, Alcheon (Lee Seung-hyo) bahkan mendesaknya untuk mempertahankan status sebagai Gadis yang Dipilih Langit. Namun, Putri Deokman punya pikiran sendiri : ia menganggap status tersebut kelak hanya akan digunakan untuk kepentingan politik salah satu pihak.

Saat bicara berdua dengan Yushin (Uhm Tae-woong), Putri Deokman menceritakan pertemuan dengan Mishil yang telah membuka wawasan baru bagi dirinya. Sementara itu di kediamannya, Mishil terus menyalahkan keputusan Deokman didepan Seolwon (Jun Noh-min).

Namun, sang jendral bisa melihat ada hal lain yang membuat resah sang pemegang segel kerajaan. Rupanya meski bermusuhan, Mishil sangat iri dengan sejumlah kelebihan Deokman yang tidak dimilikinya mulai dari ideologi, usia yang masih muda, hingga darah songgeol (keturunan raja).

Untuk hal terakhir, Mishil mengucapkannya sambil menahan air mata yang nyaris jatuh. Bahkan, Mishil mengakui bahwa ucapan Putri Deokman membuatnya sangat terharu dan seandainya sang putri bukan putri kembar raja, bukan tidak mungkin ia sendiri yang bakal membesarkan gadis itu.

Di sejumlah penjuru kota, pengumuman soal pengangkatan Putri Deokman membuat rakyat bersuka cita dan secara tidak sengaja dilihat oleh Munno (Jung Ho-bin). Ingatannya langsung melayang ke 20 tahun silam, dan belakangan Munno sangat kaget saat Bidam (Kim Nam-gil) memberitahu kalau putri yang dimaksud adalah Deokman, nangdo yang pernah diselamatkan sang murid beberapa waktu sebelumnya.

Tanpa banyak pertentangan, rapat menteri kabinet alias hwabaek memutuskan setuju untuk pembangunan menara observasi alias chomseongdae. Rupanya Mishil punya rencana sendiri, ia ingin Putri Deokman menghadapi konsekuensi dari tindakannya yang dianggap gegabah.

Ketika malam tiba, Putri Deokman didatangi Bidam. Setelah berbincang-bincang soal perseteruan dengan Mishil, Bidam menyampaikan niatnya untuk bisa melayani sang putri. Sambil berlutut, Bidam menyatakan kesetiaannya. Gembira karena berhasil menjalankan niatnya, pemuda itu mendadak diserang oleh seseorang yang tidak dikenal.

Rupanya orang tersebut adalah Chilseok (Ahn Kil-kang), yang mendapat tugas khusus dari Seolwon. Kecurigaan sang jendral terbukti : Bidam memiliki hubungan dengan Munno karena sejumlah jurus khas yang tidak bisa dipungkiri lagi kehebatannya.

Putri Deokman benar-benar serius menjalankan tugasnya dan tak henti belajar, dengan cermat ia meminta Yushin untuk menempatkan Wolya (Joo Sang-wook) dan Seolji (Jung Ho-geun) di Seorabol sebagai bagian dari usaha pengintegrasian bangsa Gaya dengan kerajaan Shilla.

Di kediamannya, Mishil memutuskan kalau dirinya tidak lagi membutuhkan sosok Sohwa (Seo Young-hee), yang tengah terbaring tidak sadarkan diri di sebuah tempat terpencil. Perintah tersebut, yang tengah dibicarakan oleh Bakui (Jang Hee-woong) dan Deokchung (Suh Dong-won), secara tidak sengaja terdengar oleh Sohwa yang ingatannya telah pulih.

Berhasil melarikan diri, Sohwa melihat pengumuman tentang Putri Deokman yang bakal meresmikan pembangunan chomseongdae dan memutuskan untuk datang ke tempat itu. Di saat yang sama, para hwarang bawahan Mishil sudah mengetahui kalau mantan dayang istana tersebut sudah kabur, dan langsung melakukan pengejaran.

Dengan suara keras, Sohwa memanggil-manggil nama Deokman. Namun sebelum sempat terlihat, ia langsung kabur begitu melihat kemunculan Chilseok. Di tengah hutan, Sohwa diciduk oleh Bakui dan Deokchung yang berniat membunuh sang dayang.

Sebelum niat tersebut terjadi, seorang pria bertopi menghentikan aksi keduanya. Hanya dengan menggunakan ranting, pria tersebut mampu menaklukkan Bakui dan Deokchung. Sohwa sangat kaget saat tahu siapa yang menolongnya, namun belakangan terjadi pertempuran kedua antara pria tersebut dengan Chilseok, yang sangat kaget saat tahu pria tersebut adalah Munno.

Kesempatan itu digunakan Sohwa untuk melarikan diri. Di saat yang sama, Putri Deokman menghentikan rombongan karena samar-samar mendengar suara yang sangat dikenalnya. Tak berapa lama, suara tersebut kembali terdengar dari arah belakang.


WATCH VIDEO CLIPS OF EPISODE 30

Sinopsis The Great Queen Seon Deok Episode 31

Mata Putri Deokman (Lee Yo-won) membelalak begitu melihat sosok yang sudah begitu dikenalnya, ia langsung berlari mendekati Sohwa (Seo Young-hee) kemudian memeluknya sambil menangis seperti anak kecil.

Setelah saling bercerita tentang pengalaman masing-masing setelah kejadian di padang pasir, Putri Deokman dan Sohwa melepas kerinduan. Namun sayang, kali ini mereka tidak bisa seperti ibu dan anak karena status Deokman sebagai putri raja.

Di kediamannya, Mishil sangat kaget saat tahu Sohwa akhirnya berhasil bertemu dengan Putri Deokman. Pukulan semakin dalam saat ia diberitahu Chilseok (Ahn Kil-kang) kalau orang yang telah membantu Sohwa meloloskan diri adalah Munno (Jung Ho-bin). Oleh Seolwon (Jun Noh-min), diusulkan supaya Chilseok menjadi ketua hwarang alias wonsanghwa yang baru. Tujuannya cuma satu : menggalang kekuatan kubu Mishil.

Sementara itu, orang yang bakal ditawari tengah termenung dikamar membayangkan ekspresi Sohwa yang begitu ketakutan saat melihat dirinya. Saat ditawari Mishil, Chilseok menyebut perlu waktu untuk berpikir. Pertemuan dengan Sohwa membuat Chilseok yakin tidak ada tempat bagi dirinya di sisi wanita itu, ia memutuskan untuk menyetujui permintaan Mishil.

Hati Chilseok teriris saat menyadari kalau di sisi Mishil adalah satu-satunya tempat dimana dirinya harus berada. Ketika berjalan keluar, pria itu terkejut oleh kehadiran Sohwa yang tiba-tiba memanggilnya. Di pinggir kolam, keduanya sadar bahwa setelah hari itu, posisi keduanya ada di kubu yang berseberangan.

Ketika persiapan acara pelantikan ketua hwarang alias pungwolju tengah dilangsungkan, terjadi keributan di pintu masuk ketika seorang pria setengah baya berusaha memaksa masuk. Saat berusaha mencegah, keributan malah terjadi setelah Jukbang (Lee Moon-shik) dan Godo (Ryu Dam) terpental.

Di dalam balai pertemuan pertempuran tidak bisa dihindari, tanpa kesulitan pria tersebut mampu menaklukkan para hwarang termasuk para pentolannya. Bahkan, para petarung seperti Alcheon (Lee Seung-hyo) dan Seokpum (Hong Kyung-in) bukan tandingan. Begitu masuk ke lokasi, rombongan Putri Deokman terkejut melihat para hwarang andalan istana terkapar sementara seorang pria berdiri dengan gagahnya.

Begitu melihat, Deokman sadar kalau pria itu adalah guru Bidam. Yang wajahnya pucat adalah Mishil, sementara para hwarang langsung terkejut saat mengetahui pria yang baru saja menaklukkan mereka adalah Munno. Sambil menunjuk kursinya yang kosong, Munno menyebut kalau kehadirannya adalah untuk menghadiri pelantikan wonsanghwa.

Namun, Mishil sadar kalau kehadiran Munno tidak semata-mata demi acara rutin para hwarang. Saat bicara empat mata di kediamannya, Mishil mengingatkan kalau berkat dirinyalah Munno, yang merupakan anak putri bangsa Gaya, bisa masuk ke jajaran bangsawan Shilla.

Dengan wajah tenang, Munno kembali membeberkan sejumlah kejadian yang membuatnya memutuskan kembali ke istana. Ucapan Munno, yang mengaku bakal mengawasi turnamen hwarang, membuat Mishil bagai tersambar petir. Sementara itu di tempat lain, Putri Deokman terkejut saat mendapat kabar Munno tengah berdiskusi dengan Mishil.

Ingatan Sohwa kembali ke 20 tahun sebelumnya, ia ingat betul kalau Munno pernah berniat menjodohkan Deokman yang masih bayi dengan Bidam muridnya. Dari situ terungkap, Bidam ternyata adalah anak Mishil dari Raja Jinji. Dengan hati-hati, Sohwa berusaha mencari tahu tentang karakter Bidam dari Putri Deokman.

Berkat saran Seolwon, Mishil akhirnya setuju kalau kompetisi untuk menentukan siapa pungwolju alias kepala para hwarang diawasi oleh Munno. Apalagi, Seolwon menyebut yakin bahwa putranya Bojong (Baek Do-bin) tidak akan menemui kesulitan untuk merebut posisi itu.

Di pertemuan pertamanya dengan Munno, Putri Deokman sudah dikejutkan oleh ketidaksetujuan sang penasehat (gukseon) akan niatnya untuk menggantikan sang ayah. Selain menyebut Putri Deokman tidak akan bisa meraih semuanya sendirian, Munno juga memintanya untuk membuktikan diri kalau sang putri lebih baik dari Mishil.

Dari kediaman Putri Deokman, Munno secara tidak sengaja bertemu dengan Sohwa. Keduanya terlibat pembicaraan serius, Sohwa menyebut tidak setuju dengan rencana Munno untuk menjodohkan Putri Deokman dengan Bidam. Obrolan tersebut terdengar oleh Bidam, yang langsung teringat dengan kejadian di masa silam saat dirinya yang masih kecil membantai sekelompok orang dan langsung membuat sang guru berubah sikap.

Di hari kompetisi penentuan pungwolju, masing-masing pimpinan klan hwarang menghadiri rapat yang dihadiri oleh Putri Deokman, Mishil, Munno, dan Chilseok. Berbeda dengan biasa, kali ini pertarungan untuk menentukan siapa yang terbaik menjadi bagian terakhir dari kompetisi.

Pada ronde pertama, Munno ternyata mengetes kejelian para pimpinan klan hwarang. Saat ditanya, tidak ada satupun yang menjawab kecuali Bojong, yang dengan rinci mampu menjelaskan sejumlah atribut yang tidak biasa dikenakan hwarang yang menjaga di pintu masuk. Wajah Putri Deokman langsung berubah, ia sadar kubu Mishil telah memenangkan ronde pertama kompetisi.

WATCH VIDEO CLIPS OF EPISODE 31


Sinopsis The Great Queen Seon Deok Episode 32

Moon Noh menambahkan, sebagai Hwarang apa perbedaan medan perang dan kehidupan sehari-hari. Bo Jong menjawab dia diajarkan untuk tidak membedakannya. Moon Noh kemudian bertanya di medan perang, apa yang diperhatikan oleh Komandan. Bo Jong menjawab dia tidak pernah diajarkan untuk hanya fokus pada satu sisi tapi beberapa pilihan dan melihat situasi secara menyeluruh. Moon Noh bertanya lagi apa alasannya mengapa mereka harus melihat secara menyeluruh. Bo Jong menjawab prajurit lapangan yang tidak mampu melihat sekelilingnya adalah prajurit yang mati. Tapi pemimpin pasukan yang tidak mampu melihat sekelilingnya akan membawa pasukannya ke dalam pembantaian. Moon Noh berkata bahwa jawaban Bo Jong benar2 akurat dan mengumumkan bahwa pemenang dari Bi Jae tahap I adalah Bo Jong.

Semua nangdo mulai mengolok-olok Resimen Yonghwa karena Bo Jong yang memenangkan tahap I. Joo Bang berkata mereka tidak mengapa kalah di babak pertama, tapi akan menjadi pemenang 2 babak berikutnya. nangdo lain berkata mereka tahu bahwa babak 3 adalah pertandingan bela diri. Tapi apa kalian tahu seperti apa babak ke 2. Semua belum pernah melihat Bo Jong gagal dalam pertandingan Bi Jae. Mereka juga berkata Kim yu shin sudah pernah kalah dengan Seok Bum. Tapi Joo Bang berkata itu dulu.

Joo Bang kesal dengan Moon Noh yang sepertinya memberi angin pada Mi shil. Bo Jong berkata masih terlalu dini untuk memberinya selamat. Seok Bum meminta Im Jong mengaku bahwa tidak ada kapten Hwarang di sini yang menandingi kemampuan militer Bo Jong tapi Im Jong ingat bahwa Bo jong pernah mengalami kesulitan saat menghadapi Kim yu shin di distrik Iseo.

Seok Bum berkata waktu itu Bo Jong terluka tangannya. Bo Jong tidak setuju, ia tahu Kim Yu Shin mengalami kemajuan pesat dengan ilmu pedangnya. Jika ia nanti bertemu Yu Shin di final ia akan bertarung habis-habisan. Seok Bum setuju Yu shin sudah maju pesat tapi waktu itu dia terdesak sedangkan sekarang ini pertandingan Bi Jae dan Bo Jong tidak pernah kalah sebelumnya. Im Jong berkata bagaimanapun nanti pemenangnya akan ketahuan.

Seol Won tersenyum, ia tahu ini benar2 karakter Moon Noh. Seol Won bertanya pada Mi Shil apa ia ingat. Ha Jong bertanya ingat apa? Mi Shil berkata ini adalah pelajaran yang diberikan mendiang Raja Jinheung pada mereka. Tidak membiarkan perhatian hanya pada satu fokus tapi melihat situasi secara keseluruhan dan kemudian fokus pada detail. Se Jong yakin Guk seon bersikap adil dalam Bi Jae ini. Ha Jong berkata mereka tahu babak ke 3 adalah bela diri, tapi apa ujian babak ke 2? Mi shil tidak menjawabnya.

Bi Dam terus memikirkan kata-kata So Hwa bahwa ia tidak mengijinkannya dan tidak mungkin Bi Dam menikah dengan Deok Man karena mereka tahu Bi Dam itu anak siapa. Bi Dam pergi menemui Moon Noh. Moon Noh bertanya apa ada yang ingin ia katakan. Bi Dam mengubah pertanyaannya apa pertanyaan babak ke 2. Moon Noh bertanya apa Kim yu Shin mengirimnya. Tidak, ia hanya ingin tahu. Moon Noh memperingatkan Bi Dam agar tidak mencoba membantu Kim Yu Shin. Bi Dam setuju dan ia tidak akan melakukan itu. Bi Dam berkata dalam hati ia tidak pernah bertanya siapa orang tuanya. Moon Noh melihat Bi Dam yang masih berdiri saja. Bi Dam ingin sekali bertanya anak siapa ia ini. Moon Noh bertanya apa ada lagi yang ingin dikatakan. Bi Dam berkata tidak ada apa-apa.

Paginya, Moon Noh mengumumkan Ujian Babak 2 untuk memilih Pungwolju ke-15 . Moon Noh berkata mereka semua tahu bahwa Silla didirikan oleh Raja Jijeung sebagai Kerajaan yamg bersifat surgawi atau Heavenly Kingdom. (Raja Jijeung, Raja ke-22 Silla, 503 M)

Moon Noh : Raja Jinheung kita yang mulia berkata ...tiga hal yang mewakili nama Silla adalah membentuk jiwa Hwarang sekarang...
Mi Shil heran dengan pertanyaan itu.

Moon Noh : Ini adalah pertanyaan untuk ujian babak ke 2 Bi Jae. Moon Noh meminta mereka mencari 3 kata yang mewakili Silla. Moon Noh memberikan waktu 3 hari untuk berpikir.

Mi Shil tidak begitu tenang dan Deok Man bingung. Deok Man melihat Mi Shil dan ia heran karena Mi Shil tidak terlihat percaya diri.

Al Cheon menebak itu pasti ada hubungannya dengan besi. Deok Man heran, mengapa besi. Kim Yu Shin menjelaskan bahwa Seorabeol berasal dari kata ladang besi (Swebeol). Hubungannya dengan besi, Al Cheon menjelaskan bahwa Silla didirikan pada Zaman Besi sekitar th 57 SM di utara Manchuria dan juga pasir besi Gameunpo dan pig iron Dalcheon sangat terkenal dari Tiga Kerajaan Korea.

Kim Yu Shin berkata itulah alasan mengapa hasil pandai besi Silla tidak dapat ditandingi oleh kerajaan manapun saat itu. Deok Man memikirkan tentang ladang besi yang membuat kemajuan teknologi.

Deok Man memberikan jawaban pasti senjata militer yang akan menjadi jawaban kata pertama dari pendirian Hwa Rang.

Bo Jong and the gank juga memikirkan jawabannya. Mereka melihat goresan huruf yang membentuk kata Silla. Sil berarti memotong pohon dengan kapak. Dan itu mengindikasikan penemuan baru. La berarti membentuk kesatuan atau jaringan. Deok Man juga menemukan hal yang sama dengan mereka. Kim Yu shin berkata itu jelas ada hubungannya dengan sejarah penemuan. Al Cheon berkata kepala 6 suku yang membentuk Silla telah memilih pemimpin yaitu Hyeokgeose, seorang asing yang membawa perubahan baru. Deok Man menambahkan bahwa tidak saja mereka menerima seseorang yang bukan anggotanya tapi juga membuat orang itu menjadi penguasa.

Kepala 6 suku : Lee Yangsan, Jung Goheo, Son Daesu, Choi Jinji, Bae Gari, Seol Gaya.

Kim Yu Shin berkata pemimpin Silla tidak hanya baik pada orang asing, bahkan menghargai orang2 pelarian atau pengungsi, negeri Silla tidak pernah melawan mereka. Mereka menerima semua yang baru dan yang baik untuk mereka. Deok Man menyimpulkan Silla mencoba menyerap semua pengetahuan dan mengembangkan kekuatan dengan pengetahuan barunya itu. Sehingga Silla semakin kuat. Lalu dengan bantuan para aristokrat adalah arti ke 2 dalam Hwa Rang. Al Cheon berkata saat Raja Jinheung mendirikan Hwa Rang dia memilih orang seperti Guk Seon Moon Noh, Mi shil, dan Seol Won Rang. Seol Won Rang adalah orang biasa, Moon Noh tidak memiliki kasta, dan Mi Shil adalah seorang wanita. Kim Yu Shin menambahkan dengan melakukan itu, Raja Jinheung mengangkat kekuatan baru dan membuat mereka menjadi orang2nya. Al Cheon berkata Raja Jinheung tidak melihat latar belakang mereka tapi melihat pada skill dan kepandaian dan talenta yang mereka miliki. Raja melakukan hal itu bahkan juga untuk Hwa Rang dimana Raja sering mempercayakan istana pada mereka. Deok Man menyimpulkan bahwa Raja Jinheung ingin memperkuat militernya dengan mengangkat orang2 ini dan mengasah talenta mereka.

Bo Jong bertanya apa jawaban yang ke 3. Bojong dkk benar2 tidak tahu.

Deok Man berkata jika militer dan mengembangkan talenta baru adalah 2 jawabannya lalu apa yang ke 3. Kim Yu shin dan Al Cheon juga memikirkan jawabannya. Deok Man mengingat percakapannya dengan Moon Noh. Deok Man berpikir apa mungkin jawaban ke 3 ada hubungannya dengan pertanyaan Moon Noh padanya waktu itu.

Mi Shil kesal karena merasa ditipu Moon Noh. Sekarang ia merasa jatuh dalam jebakan Moon Noh. Seol Won dll bertanya mengapa Mi Shil kelihatan kesal. Ha Jong berkata ibunya pasti tidak tahu jawaban yang ke3, ia tahu ke 2 hal pembentuk Silla dan Hwarang tapi ragu apa ada yang ke tiga. Mi Shil berkata tidak seorang pun yang boleh menjawab hal yang ke-3. Seol Won heran apa maksud Mi Shil, jika Bo Jong tidak menjawab babak ke 2, maka ia akan kalah dalam Bi Jae. Mi Shil bekata, Bo Jong sudah menang babak I, jd babak II abstein saja, ia akan langsung masuk babak III yang berupa bela diri, sudah pasti Bo jong akan menang. Mereka harus meyakinkan tak seorang pun yang akan memenangkan babak II sehingga Bo jong pasti akan menang.

Seol Won bertanya mengapa Se Jong diam saja. Se Jong berkata dia setuju dengan keputusan Mi Shil. Se Jong terlihat gelisah. Malamnya, Se Jong menemui Mi Shil yang juga kelihatan gelisah. Mi Shil meyakinkan suaminya agar tidak gelisah karena hanya mereka berdua yang tahu apa arti yang ke-3. Moon Noh tidak mengetahuinya jadi ia melakukan ini hanya dengan berspekulasi dengan jawaban sebenarnya. Mi Shil juga berpikir Deok Man itu pintar dan berbakat, ia mungkin akan menemukan jawabannya tapi jika ia tahu, kemungkinan besar ia juga tidak akan mengungkapkannya karena ia pasti menyadari keseriusan masalah ini.

Se Jong mengangguk karena ini sudah disebut oleh ayah Se Jong, yaitu Jenderal Yi Sabu.

Yi Sabu adalah jenderal besar yang pintar strategi dari jaman Raja Jinheung. Dia membantu Raja Jinheung menguasai sebagian besar Persemakmuran Gaya menjadi bagian Silla, Yi sabu adalah saksinya waktu itu. Mi Shil mengetahuinya dari Raja Jinheung saat Raja hampir mangkat. Kejadian itu sudah terkubur lama dan tidak tercatat. Se Jong merasa tidak enak dengan masalah ini.

Mi shil ingat saat Raja Jinheung masih muda, dia berkata pada menteri Yi Sabu dan NoRibu bahwa wasiat dan kesaksian dari Raja Beopheung yang diberikan kepadanya adalah ambisi yang tidak akan terjangkau. Raja bertanya pada Yi Sabu apa ia tahu ambisi apa itu. Yi Sabu menjawab itu adalah nama Silla. Raja mengerti bahwa ambisi itu adalah nama Silla itu sendiri yang memiliki ambisi besar. Raja setuju bahwa ambisi itu bisa saja dicapai tapi memerlukan banyak orang untuk merealisasikannya. Itu adalah tugas Raja Jinheung dan keturunannya di masa yang akan datang.

Yi Sabu minta bahwa sejarah nasional (Guksa) harus disusun. Yi Sabu mengatakan bahwa Geochilbu dapat dipercaya untuk melakukan penyusunan sehingga generasi berikutnya akan mengerti apa ambisi Raja dan akan meneruskannya. Raja Jinheung mengangguk setuju.

Raja berkata pada bangsawan Geochilbu bahwa leluhur sudah mendirikan Silla selama lebih 500 tahun dan minta untuk membuat suatu sejarah nasional sehingga dapat diceritakan ke generasi penerus. Raja Jinheung memberi nama sejarah itu : Guksa

Lalu terjadi insiden saat Raja Jinji yang menjadi Raja karena Mi Shil penguasa ke-25 Silla, merusak Guksa. Bangsawan Noribu dan Geochilbu menemukan bahwa beberapa lembaran Guksa disobek dan dibakar. Mi shil menemui Noribu dan bertanya apa yang akan mereka lakukan. Noribu berkata ini adalah ambisi Raja Jinheung tapi penguasa yang sekarang tidak mau mengikutinya. Geochilbu berkata masalah ini serius dan harus segera diambil tindakan. Mi Shil senang dengan dukungan ke 2 menteri yang membuatnya menyiapkan batalion kudan dan pasukan. Mi Shil berkata ia akan menemui Raja Jinji besok pagi.

Lalu Mi Shil pergi dengan membawa Pangeran Hyeongjong (Bi Dam) menemui Raja dan bertanya apa ia benar2 akan membuangnya dan anak mereka. Kejadian di episode 2. Sampai terakhir Mi Shil meninggalkan Bi Dam di lantai dan meninggalkannya.

Seol Won menemui Moon Noh untuk jawabannya. Moon Noh berkata Mi shil dapat melakukan apa yang ia lihat baik, dia tidak akan ikut campur masalah ini. Seol Won minta Moon Noh bergabung. Moon Noh berkata ia tidak akan melakukan apapun. Se Jong melapor pada Mi Shil dan para menteri tentang pendapat Yi Sabu. Se Jong berkata ayahnya sakit jadi ia hanya akan mendukung secara moril saja. Seol Won berkata, Moon Noh menolak bergabung dengan mereka tapi ia berkata Mi shil boleh melakukan apa yang perlu untuk dilakukan.

Lalu Mi Shil dan Hwarang memaksa Raja Jinji turun takhta seperti di episode 2.

Yi sabu yang sakit berkata pada Geochilbu tujuan semua ini adalah membuat Mi Shil menjadi Ratu. Tapi Geochilbu berkata ini situasi yang sulit. Yi Sabu berkata apa yang diinginkan Mi Shil adalah menjadi Ratu jadi jika ia diangkat ia akan melayani Raja dengan semua kekuatannya. Semua mengakuinya. Yi Sabu minta Geochilbu mendukung Mi Shil. Geochilbu ragu2.

Lalu episode saat Moon Noh membawa Ratu Maya kembali.

Geochilbu dengan Mi Shil. Geochilbu bertanya apa yang akan dilakukan Mi Shil dengan kembalinya Ratu Maya. Geochilbu berkata sudah takdir Mi Shil, ia tidak akan pernah menjadi Ratu. Mi Shil bertanya apa sekarang mereka harus melupakan masalah ini dan melaksanakan tujuan mereka apa itu yang dimaksud Geochilbu. Geochilbu mengiyakan. Geochilbu minta mereka merahasiakan Guksa yang menurunkan Raja Jinji dan mengakui wasiat Raja Jinheung kepada semua orang.

Mi Shil berkata keinginan Raja Jinheung hanya akan memperkuat Keluarga Raja, untuk apa ia melakukannya. Mi Shil berkata perang hanya akan memperkuat penguasa di takhta dan memperlemah bangsawan dan mengapa mereka harus melakukan itu. Lalu mengapa waktu itu Mi Shil menurunkan Raja Jinji? Mi Shil berkata waktu itu ia berusaha menjadi Ratu, jika ia menjadi Ratu ia akan melakukan apa yang diperintahkan Raja Jinheung tapi, ia bukan Sang Ratu.

Mi shil mengingatkan Geochilbu, jika Keluarga Raja kuat, maka dewan istana akan lenyap. kekuasaan mutlak ada di tangan Raja. Apa Geochilbu menginginkan seperti itu. Geochilbu berkata tanpa dukungan Mi Shil, ia akan tetap melaksanakan amanat Raja Jinheung. Mi Shil ingin 3 hal yang ada dalam Silla. Hanya 2 yang diketahui orang. Geochilbu meyakinkan bahwa ia tidak akan membiarkannya karena sejarah harus diberitakan tanpa mengurangi fakta sejarah. Mi shil pergi kemudian Geochilbu bertanya pada hari Raja Jinheung meninggal apa yang dilakukan Mi Shil saat itu. Geochilbu berkata bahwa tidak ada bukti untuk mendukung pernyataan tabib istana, tapi faktanya pada saat Raja Jinheung mangkat, tanaman hias disamping Raja mati.

Mi Shil ingat saat Raja Jinheung meninggal dan ia membawa racun untuk Raja kemudian ia membuangnya di tanaman di samping Raja. Geochilbu bertanya mengenai orang yang ada waktu itu yang kemudian tiba2 menghilang tanpa jejak dan juga pergerakan militer yang terjadi. Apa Mi Shil bisa menjelaskan apa yang terjadi saat malam itu. Mi Shil mengingatkan Geochilbu agar menghilangkan kecurigaannya, kalau ia mau selamat.

Mi Shil menemui Moon Noh mengenai soal Babak II untuk Bi Jae. Apa maksud Moon Noh. Moon Noh berkata bahwa Raja Jijeung adalah yang pertama mengumumkan ke 3 arti yang terkandung dari Silla untuk memberitahukan pada semua orang. Tapi Mi Shil berkata cukup 2 saja yang dibagikan pada semua orang. Dan yang ke-3 tetap menjadi pertanyaan orang. Moon Noh menambahkan dibawah perintah Raja Jinheung, Geochilbu harus melengkapi Guksa. Moon Noh bertanya bukankah arti yang ke-3 ada dalam Guksa. Mi shil berkata itu pasti tertinggal. Moon Noh berkata diantara 48 bab dalam Guksa, hanya bab pertama dari sejarah Raja Jijeung yang ditulis ulang oleh Se Jong, dan naskah aslinya dibakar selama pemerintahan Raja Jinji. Mi Shil bertanya apa Moon Noh ingin berkata ia terlibat dalam menentukan pencatatan sejarah negara. Moon Noh berkata bahwa Geochilbu saat itu juga menemui ajalnya.

Mi Shil ingat Se Jong berkata padanya jangan kecewa karena selalu ada cara untuk menjadi Ratu. Semua kacau dengan kemunculan tiba-tiba Ratu Maya. Lalu Mi shil berkata Se Jong harus menjadi Sangdaedeung Orrishin (Pemimpin dewan istana).

Se Jong heran, Mi Shil berkata Se Jong adalah suaminya, jadi yang terbaik adalah Se Jong harus bertindak. Orang seperti Geochilbu dengan kecurigaan besar dan sensitif. Kemudian saat Ratu Maya melahirkan, Geochilbu mondar-mandir dan dia memanggil Moon Noh. Moon Noh datang menemui ayah mertuanya. Geochilbu memberikan surat pada Moon Noh dan memintanya memberikan pada Raja Jinpyeong darinya. Moon Noh mematuhinya.

Moon Noh datang menghadap Raja Jinpyeong dan pelayan berkata Raja ada di ruang bersalin. Moon Noh heran Ratu sudah akan melahirkan. Moon Noh memberikan surat dari ayah mertuanya dan minta pelayan memberikan pada Raja.

Moon Noh kembali menemui ayah mertuanya tapi ia menemukan ayah mertuanya terbaring diam di tempat tidur. Moon Noh memeriksa ayah mertuanya dan kaget. Ayah mertuanya meninggal. Mi shil tertawa dan bertanya apa Moon Noh mencurigainya. Mi shil berkata Geochilbu membantunya. Mi shil berkata Raja Jijeung yang pertama kali menyebutkan ambisinya dan ini sebabnya Raja Jinheung ingin memenuhi impiannya. Mi shil bertanya apa ia tahu isi ambisi besar itu. Moon Noh tidak tahu. Moon Noh hanya bertanya karena hal ketiga yang disebut Raja Jijeung tidak terdapat dalam Guksa, jadi ia berharap menggunakan kepandaian orang2 muda generasi sekarang untuk mengungkap apa dibalik itu semua. Mi Shil berkata itu hanya pemikiran Moon noh. Apa Mi Shil tahu jawabannya. Mi shil tidak menyangkal tapi juga tidak menjawabnya.

Resimen Yonghwa memeras otak untuk mengetahui jawaban pertanyaan Moon Noh. Joo Bang mencoba mencari jawabannya dan anggota yang lain merasa mereka sudah tahu jawabannya.

Bo Jong dan Seok Bum mencari jawaban ke perpustakaan dan Al Cheon bersama Kim Yu Shin datang terlambat. Mereka seperti mahasiswa yang mau ujian mid semester :) Saat mereka sedang membaca dokumen2, Seol won Rang datang dan meminta Bo Jong dan Seok Bum mengikutinya. Bo Jong berkata ia harus mempelajari catatan2 dan Seol won melihat bab I dari Guksa yang ditulis Se Jong. Ia berkata agar Bo Jong melepaskan saja dan memberikan pada Al Cheon dan Yu Shin. Bo Jong heran dan akhirnya mereka mengikuti Seol Won. Seol Won berkata pada Bo Jong tidak perlu mencari jawabannya. Keduanya heran. Seol Won berkata ini perintah Seju Mi shil. Jawabannya tidak akan ditemukan di dalam Guksa.

Kim Yu Shin dan Al Cheon membaca Guksa, Al Cheon berkata seperti yang ia duga, ia tidak menemukan apapun. Saat menyusun kembali Guksa, Kim Yu Shin melihat bahwa cap di dalam Guksa berbeda dengan covernya. Al Cheon juga melihatnya. Al Cheon berkata Guksa bab I akan distempel oleh Menteri Agama tapi stempel dari catatan Raja Jijeung berbeda. Sepertinya Kementerian memiliki 2 menteri dan bab I hanya memiliki satu stempel.

Deok Man masuk dan bertanya apa mereka menemukan sesuatu. Kim Yu Shin tidak menemukan sesuatu dalam isinya tapi ada yang aneh dengan cover buku itu. Deok Man tanya apa yang aneh.

Deok Man menemui Raja Jinpyeong untuk bertanya. Raja menjelaskan kalau Bab I dihancurkan api dan kemudian dikompilasi dan ditulis ulang, itu alasan mengapa stempelnya berbeda. Deok Man curiga dengan api. Raja Jinpyeong menjelaskan bahwa setelah Ratu melahirkan Cheon Myeong dan dirinya, Raja menerima surat dari Geochilbu kemudian setelah itu Geochilbu menemui ajalnya dan Se Jong mengambil posisi Geochilbu dalam dewan istana.

Deok Man bertanya mengenai Se Jong dan Raja menjawab ia tidak tahu detilnya, tapi itu adalah waktu yang sama saat Guksa Raja Jijeung terbakar. Se Jong berpartisipasi menulis ulang Bab I Guksa. Deok Man bertanya mengenai arti Silla. Raja berkata keluarga istana tahu bahwa Raja Jijeung memberikan 3 hal mengenai arti Silla tapi arti ke 3 tidak tertulis dalam Guksa saat Guksa itu diturunkan. Deok Man berkata tidak ada catatan tertulis mengenai itu. Raja berkata Guksa yang ditulis Geochilbu hanya mengandung 2 arti tapi kemudian Moon Noh mempertanyakannya. Apa Moon Noh menyadari sesuatu.

Deok Man bertanya apa ia boleh melihat surat dari bangsawan Geochilbu. Raja minta surat itu dibawa. Raja memberikan surat itu pada Deok Man.

Geochilbu : Yang Mulia, Hamba yang tidak berguna ini sangat prihatin mengenai takdir yang berat dan kesulitan akan menimpa keluarga Raja dan ancaman yang membuat negeri Silla kita lenyap. Harap Baginda menjaga negri yang tidak terbagi ini dan mendukung takhta Anda.

Raja berkata Geochilbu hanya menyebutkan rasa prihatin mengenai keluarga raja dan masa depan negri kita. Tidak ada yang lain dalam suratnya.

(Dalam teks aslinya, pada kalimat terakhir jika dibaca dari kanan ke kiri akan menyebut nama belati Raja Jinheung. Karakter Cina dibaca dari kiri ke kanan dan dari atas ke bawah. Saat kamera bergerak, terlihat kalau mrk ingin pemirsa menangkap maksudnya.)

Kim yu Shin heran ternyata Se Jong yang menulis ulang Guksa. Deok Man berkata mereka harus menemukan naskah aslinya. Deok man minta Al Cheon dan Kim Yu Shin mencari jawabannya dan ia akan melakukan bagiannya dengan arsip Istana.

Al Cheon menemui Kim Yong chu tentang Geochilbu. Geochilbu melayani Raja Jinheung dan menyebarkan agama Budha sebagai agama negara. Im Jong berkata Geochilbu sangat terkenal dengan kemampuan militernya. Dia ikut bertempur dalam perang Maunryeong dengan Raja Jinheung. (Maunryeong sekarang Propinsi Hamgyeong di Korea Utara)

Kim Yu Shin menemui ayahnya untuk mencari informasi mengenai Geochilbu. Kim Seo Hyeon berkata Geochilbu adalah jenderal besar dengan banyak talenta terutama talenta penyusunan hukum dan sejarah. Saat Geochilbu menyusun Guksa ia memimpin 20 sarjana dan mengambil alih Kuil Heungnyunsa untuk bekerja.

Deok Man menemui Putri Man Myeong dan Putri Man Myeong berkata bahwa Geochilbu hampir sama dengan Mi Saeng yang mengurus peraturan dan tata tertib. Mi Saeng memiliki banyak bakat dan benar2 jenius dengan kepandaian seni, musik,dan bahkan melatih Uruk (Uruk adalah pencipta musik dari Gaya yang menciptakan Gayatgo atau Gayageum ).

Ratu Maya berkata semua orang tahu Geochilbu itu sarjana yang sangat jenius. Putri Man Myeong berkata kebalikan dari penampilan luarnya, Geochilbu juga menemukan dadu Juryeonggu (dadu dengan 14 sisi, biasa digunakan dalam permainan minum dinasti Silla)

Putri Man Myeong berkata Geochilbu juga sangat pandai mengukir.Dia mengukir kayu dan juga batu. Putri Man Myeong berkata, saat ia masih muda, Geochilbu memberikan boneka kayu padanya dengan tulisan diatasnya. Tapi tulisannya sangat rumit sehingga tidak mungkin terbaca. Waktu itu Putri Man Myeong masih muda dan penglihatannya masih baik tapi sekarang ia meragukan apa ia dapat membacanya.

Deok Man kembali menemui Al Cheon dan Kim yu Shin. Mereka melaporkan pada Deok man keanehan yang terjadi saat di perpustakaan. Seol Won masuk dan minta agar Bo Jong memberikan buku ini pada mereka. Deok man merasa aneh. Al Cheon juga berkata sejak saat itu, Bo Jong tidak pernah kembali ke perpustakaan. Kemudian Deok Man ingat ekspresi Mi Shil yang gelisah saat Moon Noh mengumumkan soal babak II. Deok Man berkata, apa ada kemungkinan Mi shil mengetahui jawabannya. Kim Yu Shin berkata jika Mi shil tahu, ia akan memberitahukan pada Bo Jong. Deok Man bertanya lalu untuk apa Moon Noh repot2 menanyakannya.

Kim Yu shin berkata meskipun Mi shil tahu jawabannya tapi ia tidak dapat mengungkapkan jawabannya. Deok Man berkata itu mungkin karena jawabannya melibatkan Mi Shil di dalamnya. Deok Man berkata mereka harus ke kuil Heungnyunsa.

Bi Dam bertanya pada Moon Noh siapa orang tuanya. Moon Noh heran dengan pertanyaan Bi Dam. Bi Dam merasa mereka pasti punya alasan membuangnya. Moon Noh bertanya mengapa sekarang. (Tirza: kayanya semua anak hilang tanya Moon Noh deh...dulu Deok Man, skr Bi Dam..) Moon Noh bertanya mengapa tiba2 ingin tahu. Bi Dam ingat perkataan So Hwa bahwa ia tidak mungkin menikah dengan Deok Man. Tapi kemudian Bi Dam mengalihkan perhatian dan berkata ia ingin menjadi Hwa Rang. Moon Noh semakin heran. Bi Dam berkata jika ia ingin melayani Putri Deok Man jadi lebih baik ia melayani Putri sebagai Hwa Rang seperti Kim Yu Shin tapi ia ingin tahu apakah keturunan dan latar belakangnya akan dapat diterima dan membuatnya menjadi Hwa Rang. Bi Dam bertanya orang seperti apa ayahnya itu.

Deok Man dan rombongannya tiba di kuil Heungnyunsa. (Kuil Heungnyunsa ada di Gyeongju dan sekarang tinggal reruntuhannya saja. Hanya ada tanda lokasi kuilnya)

Deok Man memberi salam pada bhiksu dan diantar menuju ruang belajar kuil dimana Geochilbu menyusun Guksa. Pendeta berkata bahwa mereka tidak melakukan perubahan apapun dan membiarkan seperti semula. Deok Man memperhatikan pembatas dan bertanya apa itu. Al cheon menjelaskan jika dibaca dengan cara apapun karakter itu tetap membuat arti yang mendalam.

Kim yu Shin membaca Myeong Il Gwang berarti sinar matahari memberkati hari kemudian il Cheon Myeong yaitu sinar matahari menyinari langit. Lalu Gwang Myeong In sinar matahari menyinari rakyat. Artinya tidak akan berubah biarpun dibaca dengan cara apapun. Pendeta menyebutnya Mu Cha Ma Bang Jin. Dibaca dari arah manapun sama. Geochilbu menciptakan permainan kata2 ini untuk melemaskan urat syaraf. Deok Man bertanya apa bahan yang dipakai untuk menyusun Guksa masih ada. Pendeta berkata bahwa semua dokumen penting disimpan di perpustakaan istana. Sisanya yang ada di ruang belajarnya hanya untuk referensi saja. Deok Man minta melihat bahan2 itu dan pendeta mengantar mereka. Deok Man, Al Cheon, dan Kim yu shin membaca semua literatur.

Raja bertanya apa maksud Moon Noh dengan pertanyaannya. Apa Moon Noh bermaksud mengatakan Mi Shil tahu artinya dan apa Mi Shil mengubah Guksa untuk kepentingannya sendiri. Mi shil berkata mereka tidak akan tahu, karena hanya ia dan Se Jong yang tahu. Kebenarannya akan dibawa sampai mati. Mi Shil berkata hanya jika mereka membuka mulut mereka. Deok Man boleh saja pergi ke kuil Heungnyunsa dan mencari semua buku dan dokumen. Tidak akan mengubah apapun, demi kepentingan negara ini, biar itu tetap jadi rahasia.

Deok Man dan Kim yu Shin membaca semua buku di kuil Heungnyunsa dan tidak menemukan apa2. Kim Yu Shin minta Deok Man istirahat, dia akan meneruskan mencari. Kim Yu shin berkata ini Bi Jae untuk pemilihan Pungwolju, ini bukan untuk Deok Man tapi ia yang harus mencari jawabannya. Deok Man berkeras ia juga harus tahu jawabannya. Ini karena Moon Noh berpikir ia menjadi Putri Raja Silla dengan niat mencapai takhta tanpa kemampuan dan pengetahuan apapun mengenai Silla. Deok Man mengaku bahwa Moon Noh benar dan ia tidak tahu apapun mengenai Silla. Jadi ia harus tahu alasannya. Deok Man berkata sendiri, Mi shil sudah menghancurkan semua bukti dan menghabisi semua orang untuk menyembunyikan jawabannya. Kim Yu Shin pulang. Deok Man membaca surat Geochilbu untuk Raja sekali lagi.

Putri Man Myeong memberikan boneka kayu yang diukir Geochilbu untuknya sebagai hadiah. Ia memberikannya pada yu Shin siapa tahu dapat membantu. Kim Yu Shin membaca kaligrafi di belakang boneka itu dan Putri berkata Yu Shin masih bagus penglihatannya jadi ia masih bisa membaca tulisan kecil itu. Yu Shin menyadari sesuatu dan pergi. Putri Man Myeong bingung melihat Yu Shin pergi terburu-buru.

Deok Man sadar bahwa huruf di surat Geochilbu dapat dibaca secara Mu cha Ma Bang Jin yaitu dari segala penjuru. Deok Man meninggalkan kamarnya dan Kim yu Shin berlari ke tempat Deok Man. Dia melihat Deok Man tidak dikamarnya dan melihat surat dan menyadari kemana Deok Man pergi. Deok Man kembali ke ruang belajar di kuil dan melihat ke seluruh catatan. Deok Man bertemu Yu Shin yang berkata teknik kaligrafi di patung kayu ini juga menggunakan Mu Cha Ma Bang Jin.

Deok Man berkata Geochilbu sungguh jenius dengan tekniknya itu. Surat yang diberikan Geochilbu menjelang kematiannya bukan surat sederhana. Deok Man memperlihatkan kalimat terakhir dari kanan ke kiri yang tertulis : So Yeop Do Seong. Deok Man sadar ini berhubungan dengan belati Raja Jinheung yang menjadi miliknya. Deok Man mengeluarkannya. Kim Yu Shin merasa pasti ada kaligrafi mini yang tersembunyi di belati itu.

So Yeop Do Seong adalah belati Raja Jinheung

Deok Man mengeluarkan kaca pembesarnya dan membaca ukiran kecil di atas belati.

Ada 4 karakter yang membuat Deok Man heran.(Courtesy of kadorama-recaps.blogspot.com)

WATCH VIDEO CLIPS OF EPISODE 32


Sinopsis The Great Queen Seon Deok Episode 33

Kemudian Deok Man melihat 4 kaligrafi :

Deok (kebajikan/berbudi tinggi), Eop (enterprise/perusahaan/negri), Il Shin (Era baru), Mang Ra (mengembangkan), Sa Bang (4 penjuru mata angin/ujung dunia).
Deok Man menyimpulkan membawa era baru untuk negara yang berbudi tinggi agar berkembang ke 4 penjuru mata angin di seluruh dunia.

Kemudian mereka tahu bahwa kata Silla diambil dari kalimat Shin (baru) dalam Deok Eop Il Shin, sedang la (jaringan) dari Mang Ra Sa Bang. Kim Yu Shin berkata jadi ini pasti maksud dari arti ke 3 Silla. Deok Man berpikir apa kalimat ini benar berarti Silla. Kemudian Kim Yu Shin menemukan kaligrafi di belati: Sam Han Il artinya 3 negara.

Deok Man kaget dengan pewahyuan ini, berarti menyatukan 3 negara Silla, Baekje, dan Goguryeo dibawah Silla. Itulah arti Silla yang ke-3.
Tiba saatnya mereka menjawab pertanyaan Moon Noh. Seok Bum berkata mereka hanya menemukan 2 arti yang sudah diketahui semua orang. Im Jong juga menjawab sama. Moon Noh membuka kesempatan untuk semua orang. Apa ada yang tahu arti yang ke-3. Deok Man melihat ekspresi Mi Shil.

Mi Shil melihat tidak ada jawaban lagi dan berkata bahwa untuk babak ini tidak ada pemenangnya. Saat Moon Noh akan mengumumkan, Kim Yu shin membaca kalimat Deok Eop Il Shin, Mang Ra Sa Bang. Deok Man melihat ekspresi Mi Shil saat Yu Shin menyatakan kalimat itu dan terlihat Mi Shil tercekat dan itu membuktikan bahwa mereka benar. Itu arti ke-3 dan Mi shil tahu. Kim yu Shin berkata Shin dan la dalam kalimat itu yang membentuk Silla.

Moon Noh berkata itu adalah jawaban yang benar, lalu apa artinya. Kim Yu Shin berkata untuk membawa era baru dari negara kesatuan yang besar yang berkembang dari 4 penjuru bumi di dunia. Lalu Moon Noh bertanya pada Yu Shin arti lebih dalamnya. Kim Yu Shin terlihat ragu2. Moon Noh mendesak agar Kim Yu Shin memberikan jawaban. Kim Yu Shin menahan kebenarannya mengenai rencana penyatuan dan berkata bahwa kalimat itu benar berarti seperti yang tertulis. Tidak ada maksud lainnya. Moon Noh terlihat kecewa dan Deok Man melihat Mi shil yang pucat.

Moon Noh biarpun sedikit kecewa dapat menerima penjelasan Yu Shin dan berkata bahwa dalam Bi Jae yang lalu2, para Hwa Rang melakukan duel dan pertempuran untuk menghormati dan mengingat rencana Raja Jinheung yang sebenarnya dibalik pendirian Hwa Rang, dan itu sudah dilupakan, jadi Moon Noh memutuskan untuk mengajukan pertanyaan itu dalam Bi Jae kali ini. Sudah takdir dan keberuntungan kalau Kim Yu shin menemukan arti yang sebenarnya dari Silla. Moon Noh mengumumkan bahwa babak ke III akan diadakan 10 hari lagi, biarlah arti Hwa Rang tersimpan dalam hati dan jiwa mereka. Moon Noh menyatakan Kim Yu Shin sebagai pemenangnya.

Joo Bang dkk resimen Yonghwa punya kesempatan untuk membalas nangdo lain. Dia bahkan minta salah satu nangdo yang bernama San Tan untuk mengubah namanya menjadi Chon Dak (orang desa yg bodoh) karena mereka tidak mengerti arti ke-3. Bagaimanapun mereka berdebat, Kim Yu Shin yang memenangkan babak II.

Sekarang posisi satu sama. Para nangdo saling mengejek dan ada yang berkata Yu Shin tidak tahu apa2 tentang pertempuran, ia hanya tahu memukuli batu dsb. Go Do bertanya pada Sam Tak apa ia kelebihan sensor yang rasanya asam. Sam Tak tdk mengerti dan Joo Bang mengoloknya. Mereka saling mengolok. Sampai Deok Man muncul.

Joo Bang melihatnya dan menemui Deok Man. Joo Bang berkata ia senang sekali Kim yu Shin menang babak ini. Deok Man tidak menggunakan kalimat resmi saat berbicara dengan Joo Bang. So Hwa berpikir tidak pantas berbicara seperti itu. Joo Bang berkata tidak apa2 karena mereka sudah dekat. Lalu Joo Bang mengalihkan perhatian pada So Hwa dan senang melihat So Hwa sudah dapat berbicara dan ternyata So Hwa sangat cantik. Deok Man tersenyum saat Joo Bang membuat So Hwa tersipu-sipu. So Hwa melihat Joo Bang dan Joo Bang berdebar mendengar suara So Hwa dan resimen Yonghwa yang lain menjadi heran melihat Joo Bang karena bertingkah aneh.

Ha jong kecewa dengan hasil babak II. Mi Saeng heran melihat ekspresi Moon Noh sepertinya ia benar2 tidak tahu arti ke-3. Mi Saeng berkata, Moon Noh itu orang jujur dan tidak mungkin langsung mengarahkan niatnya jika ia ingin Kim Yu Shin menang dalam Bi Jae ini. Bukan karakter Moon Noh. Se Jong berkata apa Moon noh benar2 berniat menemukan arti ketiga dari Silla. Mi Shil berpendapat sebaliknya, Kim Yu Shin dan Putri Deok Man sekarang sudah tahu artinya. Mi Saeng bertanya jika mereka tahu mengapa mereka tidak mengatakannya. Mi Shil mengingatkan mereka bahkan jika keduanya tahu artinya, mereka tidak akan mampu mengatakan jawabannya. Ha jong berkata Bi Jae benar2 kompleks.

Mi Shil berpikir, apa Moon Noh mencoba mengatakan sesuatu pada Deok Man atau dia mencoba berkata bahwa Deok Man tidak memenuhi syarat untuk ambisi itu dan apa maksud Moon Noh dengan pertanyaannya itu.

Deok Man menemui Moon Noh. Moon Noh menanyakan maksud kedatangannya. Deok Man datang dan berkonsultasi masalah kalimat itu. Moon Noh terdiam. Kim Seo Hyeon heran saat Yu Shin tahu kalimat itu. Mengapa Yu Shin tidak mengatakan artinya. Yu Shin berkata ia tidak berhak mengatakannya.

Deok Man menghadapi keberatan Moon Noh atas pengangkatannya sebagai Ratu Silla mungkin saja ia mampu melaksanakan ambisi besar itu sebagai Penguasa. Moon Noh berkata ini bukan masalah gender, Moon Noh minta maaf ia percaya wanita juga mampu memegang kekuasaan dengan baik, Mi Shil contohnya. (Tirza: woman power..rocks!). Kemudian Deok Man bertanya lalu apa alasannya.

Moon Noh berkata mereka sekarang mendiskusikan mengenai ambisi besar dan mengapa Deok Man mengacu pada keuntungan pribadinya.

Deok Man berkata saat Raja Jinheung menemui ajalnya, ambisi ini telah membuat Raja Jinheung sangat prihatin atas masa depan dari negrinya, sehingga ia berkeringat dingin dan gemetar karena negrinya akan musnah dan lenyap karena lemah dan tidak berdaya dan ia takut negri ini akan lenyap dari sejarah. Itu yang dirasakan Raja Jinheung sebelum kematiannya. Deok Man berkata Mi Shil tidak akan mengorbankan keuntungan pribadinya dan mempertaruhkan semuanya untuk ambisi besar ini demi kemajuan Silla karena ambisi ini sangat mustahil. Ini karena ia tidak memiliki darah Seonggol yang akan memaksanya untuk mengambil tantangan itu. Deok Man berkata ia benar2 Seonggol dan jika itu tidak ada artinya untuk Moon Noh, paling tidak ini adalah batu loncatan untuknya agar dapat mencapai visi yang Moon Noh maksudkan.

Deok Man berkata bahwa Moon Noh perlu mempertimbangkan apa yang akan ia lakukan untuk masa depan bangsanya. Apakah Moon Noh ingin otoritas kerajaan yang besar atau diserahkan pada para bangsawan yang akan menentukan masa depan negri ini. Moon Noh mengiyakan tentu saja di tangan Otoritas kerajaan tapi bukan Ratu. Sementara itu, Kim Yu Shin berkata pada orang tuanya bahwa mereka harus menjadi cakar naga. Kim Seo Hyeon bertanya apa mereka harus ditentukan jalannya, seperti yang dilakukan Raja Guhae (penguasa terakhir Geumgwan Gaya, Raja ke-10 Daegaya. Raja Guhae adalah kakek buyut Kim Yu Shin).

Kim yu Shin berkata mereka harus mengerti mengenai bangsawan Silla dan semua keluarga Silla yang lain sehingga mereka dapat mengalahkan mereka dengan kesabaran dan ketahanan. Mereka harus berhasil mencapai takhta Silla dan menurunkan ambisi mereka, sebagai hasilnya mereka akan mendapat banyak. Putri Man Myeong mengingatkan Yu Shin, bahwa sementara Yu Shin melayani Putri Deok Man ia memiliki kesempatan untuk menjadi menantu Raja, dia akan memiliki akses menduduki takhta. Kim Yu Shin berkata itu tidak akan terjadi. Bagaimana seseorang keturunan Gaya akan dapat duduk di takhta Silla. Kemudian semua bangsawan Silla akan mendukung Mi Shil dan akan memberontak dan mereka dapat memicu perang antara Gaya dan Silla. Kim Yu Shin berkata pada ayahnya, mereka harus mempertaruhkan hidupnya, dia akan bersedia menerima segalanya dengan semua resikonya tapi ia tidak memiliki alasan untuk menggunakan rakyat Gaya sebagai taruhannya. satu2nya solusi adalah mereka berdiri disisi Putri Deok Man dan mendukungnya untuk menduduki takhta. Ini satu-satunya cara agar rakyat Gaya dapat bertahan di Silla.

Kim Yu Shin berkata bahwa takhta Silla tidak akan pernah menjadi miliknya, tapi mereka dapat menjadi tokoh penyatuan Silla. Kim Yu Shin ingin mengambil peran penting dalam penyatuan Silla biarpun ia tidak akan hidup untuk melihat apa yang telah ia capai.

Debat antara Deok Man dan Moon Noh masih berlanjut.
Moon Noh bertanya mengapa Deok Man percaya bahwa wanita bisa menjadi penguasa tapi mengapa belum ada wanita yang berkuasa sebelumnya.(Tirza: ada loh..Ratu Izebel dari Babel, terus Cleopatra, Ratu Sheba dari Selatan...haha, Moon Noh blom lahir sih..). Moon Noh bertanya mengapa Deok Man percaya bahwa Raja Nulji (Raja ke-19 Silla) membuat perintah bahwa takhta hanya untuk keturunan pria. Ini untuk menghindari lebih banyak konflik politik. Karena jika wanita yang menjadi Ratu, maka akan ada perebutan diantara bangsawan untuk menjadi Pangeran Pendamping Ratu.

Moon Noh memberi contoh, saat Deok Man membangun Cheomseongdae dengan tujuan untuk meneliti bintang, rakyat datang untuk meminta berkat, mereka berharap keinginannya terkabul. Seperti meminta anak lelaki. Moon Noh bertanya apa Deok Man berharap orang2 ini mau menerima penguasa wanita. Deok Man berharap dapat mencapai ambisi besar tapi akan memecah sentimen publik dan memecah mereka apa ia merasa ambisi ini dapat tercapai.

Moon Noh berkata saat ini, mereka sudah memiliki ahli strategi wanita yang belum pernah ada, yaitu Mi Shil, ia adalah kandidat untuk mencapai ambisi itu. Deok Man berkata Mi Shil tidak akan pernah dapat mencapainya, Moon Noh bertanya mengapa, apa karena ia bukan Seonggol. Bukan itu, karena Mi shil tidak memiliki ambisi itu. Mi Shil mungkin berkualitas sebagai penguasa tapi ia tidak pernah terinspirasi atas takhta dan itulah mengapa ia tidak akan pernah bisa menjadi penguasa. Mereka yang memiliki ambisi akan mencoba untuk melakukan segalanya demi tercapainya ambisi itu tidak peduli apa yang akan terjadi dan akan mencari cara untuk melakukannya.

Deok Man berkata ia akan membuat kemarahan yang ada dalam dirinya menjadi kekuatan untuknya. Kemarahannya akan dapat menenangkan orang2 yang ditekan Mi Shil. Kedua, dengan darah Seonggolnya, ia akan dapat mengendalikan bangsawan. Moon Noh bertanya yang ketiga apa? Yang ketiga adalah Moon Noh sendiri. Deok Man berterima kasih pada 2 pertanyaan Moon Noh dan berkata ia sudah menemukan jalannya dan akan meneruskan perjalanannya. Moon Noh bertanya apa itu mungkin.

Deok Man berkata meskipun itu adalah ambisi yang tidak masuk akal tapi dia akan membuat ambisi itu sebagai mimpi Silla untuk dicapai. Ia akan mengubah semua mitos dan legenda yang tidak bisa dibandingkan dengan ambisi ini. Moon Noh bertanya dengan apa. Deok Man menjawab dengan harapan. Moon noh kaget dengan jawabannya. Deok Man berkata, apa kau orang Silla, pejuang atau bahkan Hwa Rang, pasti ada sesuatu yang membakar hatimu untuk suatu resolusi bahwa tidak ada yang dapat memusnahkannya.

Deok Man berkata biarpun Moon Noh berkata dia tidak mungkin bisa mencapainya, Deok Man akan membuat ambisi besar Silla menjadi sebuah harapan. Kim Yu shin berkata mereka harus percaya bahwa nantinya mereka akan menyatukan 3 kerajaan menjadi satu, ini satu-satunya cara untuk membawa keselamatan bagi rakyatnya Gaya, untuk Deok Man dan negeri Silla. Kim Seo Hyeon mengangguk setuju.

Deok Man berkata pada Moon Noh, bahwa penyatuan tiga kerajaan adalah harapan untuknya, para bangsawan, dan rakyat. Harapan atas tanah yang luas yang akan membuat kehidupan menjadi lebih baik dan cerah dan kelimpahan atas tanah yang bersatu. Deok Man bertanya apakah itu benar arti dari Deok Eop Il Shin, Mang Ra Sa Bang. Kim Yu Shin berkata pada dirinya, dia harus menjadi Pungwolju dengan cara apapun.

Joo Bang sedang bercanda dengan Go Do saat ia melihat So Hwa diluar kediaman Moon Noh. Go Do bertanya mengapa Joo Bang tidak menemuinya, Joo Bang hanya bergumam, So Hwa terlihat lebih cantik sekarang. Dae Pung mengingatkan, So Hwa adalah pengasuh Putri Deok Man. Go Do aneh melihat reaksi Joo Bang, ia tidak pernah melihat Joo Bang spt ini. (Tirza: that's call: love struck..). Joo Bang memberanikan diri dan mendekati So Hwa dan ragu2 berbicara. So Hwa berpikir Joo bang ingin bertemu Deok Man. Saat Joo Bang mencoba berbicara dengan So Hwa, Chil Sook datang dan mendekati So Hwa, tiba2 terlihat seperti cinta segitiga.

So Hwa bertanya apa maksud kedatangan Chil Sook. Chil Sook berkata ia akan mendiskusikan masalah Bi Jae dengan Moon Noh. So Hwa berkata saat ini Moon Noh sedang bersama Deok Man. Moon noh mengerti dan Deok Man meninggalkan kediamannya. Deok Man melihat Chil Sook. So Hwa dapat merasa bahwa situasinya menjadi tegang dan berkata apa Deok Man ingin kembali ke kediamannya. Deok Man berkata ia akan ke kuil Putri Cheon Myeong. Deok Man hanya melirik sedikit pada Chil Sook saat melewatinya. So Hwa berbalik dan menatap seseorang. Joo Bang berpikir So Hwa melihatnya, tapi sebenarnya ia melihat Chil Sook. Joo bang heran dengan pandangan Chil Sook pada So Hwa.

Deok Man menghadap lukisan Putri Cheon Myeong, berdoa untuk kakaknya yang benar dirindukannya dan meminta dukungan kakaknya apa ia dapat menyelesaikan tugasnya dan akan membuatnya terjadi dan akhirnya dapat menyatukan ketiga negara. Sementara itu Bi Dam memikirkan pertanyaan mengenai penyatuan 3 negara dan sadar ini adalah yang sudah dipersiapkan Moon Noh selama ini.

Bi Dam ingat saat ia masih muda dan bertanya apa yang sedang mereka persiapkan dengan pergi ke wilayah beresiko seperti Goguryeo dan bahkan ke Baekje. Moon Noh berkata sekarang belum saatnya untuk menyatakan diri dan ia melakukan ini semua sebagai persiapan untuk Bi Dam dan dia hanya perlu menunggu saat itu tiba. Bi Dam muda tidak dapat mengerti maksud gurunya. Moon Noh berkata Bi Dam harus terus berlatih dengan pelajaran bela dirinya dan Moon Noh tidak akan membuatnya menjadi sia-sia. Bi Dam berkata ini semua untuknya, Moon Noh mengiyakan. Bi Dam bertanya apa buku itu miliknya juga, Moon Noh mengiyakan. Moon Noh minta Bi Dam mempelajari buku Wi Ryeong Gong Pyeon (15 kata2 bijak Kong Hu Cu pada Raja Gao Yun atau wei Ling Gong, Raja yang jahat)

Bi Dam mempelajari buku itu dan Moon Noh bertanya apa artinya. Kemudian Bi Dam kecil menunggu Moon Noh di tempat minum. Wanita penjaga disana berkata Moon Noh belum datang. Kemudian Bi Dam akan kebelakang. Wanita itu bertanya jika Bi Dam mau kebelakang mengapa membawa bungkusan, Bi Dam berkata bungkusan ini berisi barang yang sangat berharga untuknya. Beberapa orang mendengarnya dan ingin mencuri bungkusan Bi Dam. Bi Dam kecil berusaha mempertahankan barangnya tapi kalah.

Saat Moon Noh datang, pemilik kedai minum menceritakan kejadian itu dan ia berkata Bi Dam mencari orang2 yang sudah mengambil barangnya. Moon Noh berkata bagaimana wanita itu dapat memberikan tempat orang2 itu pada Bi Dam. Wanita itu berkata Bi Dam akan menukarnya dengan makanan jadi ia berpikir mereka tidak akan melukai Bi Dam. Moon noh berkata apa orang2 itu akan menerimanya begitu saja, hanya dengan makanan. Moon Noh bertanya dimana persembunyian mereka.

Moon Noh mencari Bi Dam dan sampai ke sebuah gua. Ia melihat orang2 terbaring dan meraung sekarat. Ia melihat Bi Dam kecil terbaring pingsan. Moon Noh membawa Bi Dam keluar dan bertanya apa ia baik2 saja. Bi Dam kecil mulai sadar dan berkata ia sudah membunuh mereka semua. Moon Noh kaget apalagi saat Bi Dam berkata ia menaruh racun Chu Do dalam makanan mereka dan meracuni mereka semua.

Bi Dam kecil berkata bahwa Moon Noh berkata tidak seorangpun boleh melihat barang ini. Moon Noh benar2 shock dan bertanya apa Bi Dam meracuni mereka dengan racun. Bi Dam berkata mereka menyerangnya dan memukulinya lalu mencuri barangnya dan mereka tidak boleh melihat isinya jadi mereka harus dibunuh. Bi Dam berkata saat ia memberikan makanan dan mereka menyantapnya dengan cepat tanpa curiga dan tidak tahu makanan itu beracun. Moon Noh melihat ke dalam gua dan pemandangannya seperti pembantaian besar2an. Isi bungkusan itu adalah peta dan topografi wilayah 3 kerajaan. Bi Dam kecil melihat buku itu dan tertawa.

Kembali ke masa kini, Bi Dam pergi ke kuil Deok Il Sa dan menemui bhiksu. Bi Dam berkata gurunya memintanya mengambil buku dari kuil ini. Bhiksu ragu2 karena Moon Noh tidak akan mengijinkan orang masuk ke kamar itu. Bi Dam beralasan gurunya sibuk dengan urusan negara di istana dan tidak bebas keluar. Bi Dam menambahkan bahwa gurunya ingin memberikan buku itu pada Raja Jinpyeong dan Bi Dam dikirim untuk mengambilnya. Bhiksu itu memikirkan sejenak, kemudian mengijinkan Bi Dam masuk.

Bi Dam masuk ke kamar, dan tahu apa yang ia cari. Bi Dam membuka buku dan mengeluarkan petanya dan topografi 3 negara, bab I dan Bi Dam membaca keseluruhan halaman. Bi Dam menyadari bahwa inilah yang dipersiapkan Moon Noh untuk menyatukan 3 kerajaan dan ia berkata gurunya melakukannya untuk kepentingan dirinya? Kemudian saat melihat lagi, ia menemukan 2 amplop dan membukanya dengan judul In Myeong atau tanggal kelahiran.

In Myeong adalah nama yang diberikan untuk Deok Man saat lahir, dan tanggal lahirnya adalah pada tahun Anjing air 602 M, bulan Shimmyo atau Februari tanggal 14 kalender bulan (atau 15 Masehi) pada jam 9-11 malam.

Bi Dam membacanya dan bertanya-tanya siapa In Myeong, kemudian membuka amplop satunya dengan nama Hyeongjong.

HyeongJong adalah nama Bi Dam sebagai Pangeran. Lahir pada tahun 584 M, tahun pertama Geon Bok, tanggal 7 bulan 7 kalender bulan (Chil Seok), jam 23.00 - 01.00. (Tirza : ada discrepancy di sini, kalo benar berarti Bi Dam ama deokman selisih 18 th, knp ada adegan Bidam yang balita mengelus deokman yg masih bayi? hrsnya Bidam 18th, baru deokman lahir...confuse mode on..)

Bi Dam membaca tanggal lahirnya dan bertanya siapa Hyeongjong dan ia ingat So Hwa pernah berkata tidak mungkin mengijinkan Bi Dam menikah dengan Deok Man karena mereka tahu anak siapa Bi Dam itu.

Bo Jong sedang berlatih dan beristirahat saat Seok Bum masuk dan bertanya apa yang ia pikirkan. Kim Yu Shin heran dengan kunjungan Mi Shil dan ia memberi salam pada Mi Shil. Mi Shil berkata besok adalah final Bi Jae. Seok Bum bertanya apa insiden di distrik Iseo masih mengganggu Bo Jong. Seok Bum berkata tidak perlu cemas karena saat itu ia terluka. Bo Jong mengamati tangannya dan berpikir apa mungkin kekalahannya waktu itu karena tangannya.

Kim Yu Shin heran karena Mi Shil menasihatinya. Mi Shil minta Yu Shin bersungguh-sungguh, karena 10 orang akan menghadapi 1 orang sebagai rival mereka. Mereka tidak mempertaruhkan hidupnya hanya untuk seorang pria dan pertempuran hidup mati. Tapi jika seorang pria menghadapi 10 orang lawan situasinya akan berbeda, ini merupakan panggilan bagi pria itu untuk mempertahankan hidupnya agar dapat bertahan dengan alasan tidak ada seorangpun kecuali pria itu untuk menghadapi lawan yang banyak dan itu akan memberikan perbedaan besar bagi orang itu. Bagi yang menang akan memberikan kepercayaan diri besar dan kepastian untuk menang menghadapi lawan lagi.

Bo Jong berkata pada Seok Bum tentang kejadian di ditrik Iseo bahwa tidak penting ia kalah atau menang tapi Bo Jong dikalahkan karena dia tidak memiliki tujuan dan keinginan untuk mempertahankan hidupnya seperti Kim Yu Shin. Mi Shil berkata begitulah keadaan hati manusia. Mi Shil berkata bahwa Bo Jong bagaimanapun adalah lawan yang lemah, bukan berarti ia tidak terkalahkan dan kuat, jadi ia menasihati Yu Shin agar jangan bimbang dengan tujuannya.

Kim Yu Shin bertanya apa tujuan Mi Shil menasihatinya. Mi Shil tidak suka melihat segala sesuatu yang berat sebelah. Jika Yu Shin kalah maka ia akan jengkel sekali karena ia berharap melihat pertempuran yang mati-matian dan kejam. Alasan lainnya adalah ia tidak bermaksud bermusuhan dengan Kim Yu Shin. Mi Shil pergi setelah selesai berbicara. Bo Jong berkata bahwa untuk pertama kalinya dalam hidupnya dia akan mempertaruhkan semuanya untuk menang dalam Bi Jae ini. Seok Bum mengangguk.

Kim Yu Shin berlatih memukul saat Wyol Ya dan Seo Ji yang berpakaian Hwa Rang datang. Wyol Ya berkata setelah Yu Shin membantunya menjadi anak angkat ayahnya Kim Seo Hyeon, dia juga menjadi Hwa Rang. Kim yu Shin berkata sekarang mereka saudara.

Wyol Ya berkata sekarang ia sudah memasuki Seorabeol dan karena Yu Shin akan memenangkan Bi Jae dan menjadi Pungwolju maka mereka dapat menambah kekuatan. Kim Yu Shin berkata masih terlalu cepat. Wyol Ya menasihati Yu Shin agar mengikat pernikahan dengan Putri Deok Man dan meraih mahkota Silla dengan jalan sebagai menantu Raja, bukankah itu alasan Yu Shin membantu Deok Man menjadi Ratu. Kim Yu Shin berkata ia tidak berniat melakukannya. Wyol Ya berkata iya dia tahu Yu Shin tidak berniat melakukan itu, tapi ia akan memberikan dukungan pada Yu shin jika diperlukan karena mereka sebangsa. Tidak soal, mahkota akan jatuh ke tangan Yu Shin atau dirinya, ia tidak masalah asal ada keturunan Gaya duduk di takhta Silla, jadi Kim Yu Shin harus menang dan menjadi Pungwolju demi kepentingan Gaya. Wyol Ya pergi.

Deok Man melihat Yu shin yang berlatih dari jauh kemudian Bi Dam menyelinap dibelakangnya dan bertanya apa Kim Yu Shin akan memenangkan Bi Jae, Deok Man menoleh ke belakang. Bi Dam meyakinkan Deok Man jika Yu shin menghadapi Bo Jong seperti terakhir kali di distrik Iseo maka tidak perlu cemas, Bo Jong tidak ada apa2nya. Deok Man berkata ini beda karena ini Bi Jae. Situasinya benar2 berbeda dengan waktu di distrik Iseo. Bo Jong belum pernah kalah sebelumnya. Deok Man berkata Kim yu Shin harus menjadi Pungwolju.

Seol Won Rang datang dan melihat Bi Dam yang memberikan bunga untuk Deok Man. Deok Man bertanya untuk apa bunga itu. Bi Dam bertanya bukankah ini hari ulang tahun Deok Man jadi ia memetiknya saat perjalanan kesini. Bi Dam berkata biasanya wanita suka bunga. Deok Man berkata untuk apa bunga (well..Deok Man was grown up in a desert, and spent most of her time as a boy..Bi Dam). Deok Man bertanya apa yang dilakukan dengan bunga. Bi Dam berkata bunga ini bisa dimakan (bwa ha..ha tapi benar juga kaya bunga pepaya gitu ya..) atau digunakan sebagai hiasan baju. Deok Man berterima kasih bagaimanapun juga dan berkata ini bukan ulangtahunnya.

Deok Man berkata ia lahir hari ke 14 Jeongchuk bulan Februari. Bi Dam teringat dengan surat yang ia temukan (smart.).Bi Dam berkata ia berpikir hari ini adalah ulang tahun Deok Man dan berkata ia bodoh. Deok Man berkata ia mengenakan baju pria begitu lama dan dia tidak pernah benar2 merasa sebagai wanita tapi Bi Dam menyadarkannya. Bi Dam berbisik pada Deok Man bahwa ia perlu belajar seperti Kim Yu Shin dan Al Cheon dan minta Deok Man mengijinkannya untuk belajar di perpustakaan istana karena ia ingin belajar. Deok Man setuju dan Bi Dam ingin segera belajar. Deok Man dan rombongannya pergi. Seol won menyaksikan keduanya dari jauh.

Deok Man membawa Bi Dam ke perpustakaan. Deok Man sudah berpesan pada penjaga jadi ia berkata pada Bi Dam, bahwa Bi Dam bebas membaca semua buku. Deok Man pergi. Bi Dam mulai memeriksa setiap rak. Kemudian Bi Dam menemukan Guksa saat Raja Jinji memerintah, kemudian membacanya. Ia menemukan pada tahun pertama Geonbok (584 M), Chil Seok tanggal 7 bulan 7 kalender bulan, seorang pangeran lahir untuk Raja Jinji dan Mi Shil, dinamakan Hyeongjong. Bi Dam melacak nama Hyeongjong dikertas dan menyimpannya. Kemudian mengembalikan buku itu kembali ke raknya dan pergi. Seol Won Rang kemudian masuk ke perpustakaan dan memeriksa, ia menemukan buku itu dikembalikan di rak dengan susunan yang salah dan Seol Won Rang melihat buku itu telah dikacaukan dan ia memeriksa tiap halamannya dan menemukan kolom yang berisi Hyeongjong.

Bi Dam bertemu Mi Shil. Saat Mi Shil melewatinya dia menanyakan apa namanya Bi Dam dan ia adalah murid Moon Noh. Bi Dam membenarkan. Mi Shil berkata Moon noh telah mengajari Bi Dam dengan baik, ia cepat dan cerdas. Bi Da berkata ia masih kalah dibanding Mi Shil. Mi Shil bertanya apa ia membuat perbandingan dengannya. Bi Dam tertawa dan bertanya memangnya tidak boleh membandingkan diri. Bi Dam berkata gurunya tidak pernah benar2 suka dengan perbuatannya dan melihatnya sebagai anak bandel dan berkata ia berhati dingin dan tanpa ragu2 akan membunuh jika teprovokasi. Bi Dam pernah dibilang ia memiliki kecenderungan mirip dengan Mi Shil. Mi Shil bertanya apa memang benar bahwa Bi Dam dapat membunuh dengan begitu saja. Bi Dam berkata dia tidak tahu tapi setiap ia membunuh, kesedihannya berubah menjadi senyuman dan ia bertanya apa ini maksud Mi Shil. Mi Shil minta Bi Dam tidak menertawakannya tapi sedikit senyuman sudah cukup. Ini akan membuatmu telihat lebih kuat. Bi Dam memperlihatkan sedikit senyuman di bibirnya dan bertanya apa ini maksud Mi Shil. Mi Shil pergi tapi ekspresinya benar2 terganggu.

Mi Shil duduk di kediamannya dan dapat merasakan siapa Bi Dam sebenarnya dan ia shock. Bi Dam melihat dan berkata jadi ini benar Mi Shil. Seol Won Rang bertemu Bi Dam dan Bi Dam memberi salam. Bi Dam menemui Moon Noh yang marah besar dengan kelakuan Bi Dam. Bi Dam mengingatkan gurunya bahwa buku itu adalah miliknya. Bukankah guru pernah berkata semua itu demi dirinya. Jika benar, mengapa Bi Dam tidak boleh melihatnya. Moon Noh benar2 marah tapi Bi Dam memotong kemarahan gurunya dan berkata ia akan mengikuti Bi jae besok pagi. Moon noh heran mengapa ikut Bi Jae. Jika ia ikut Bi jae, maka Moon Noh akan mengusir Bi Dam dan tidak mengakui Bi Dam sebagai muridnya. Bi Dam berkata memangnya Moon Noh pernah menganggapnya sebagai murid, jika ia tidak pernah mengangkatnya sebagai murid, maka Moon Noh juga tidak dapat mengeluarkannya. Apa ini karena insiden waktu itu, itu karena aku masih kecil kata Bi Dam. Moon Noh berkata dalam hati, justru karena kau masih kecil dan melakukan hal seperti itu, maka Moon Noh tidak tahu bagaimana mendidik Bi Dam.

Bi Dam berkata sejak insiden itu, ia hanya murid secara kulitnya saja tapi Moon Noh tidak pernah menunjukkan kehangatan seorang guru pada muridnya. Orang yang telah ia anggap sebagai ayah tiba-tiba menjadi orang asing baginya. Paling tidak Moon Noh dapat berkata apa kesalahannya. Bi Dam hanya ingin Moon Noh memujinya. Moon Noh bertanya apa Bi Dam hanya peduli dengan tanggapan Moon Noh daripada merasakan penyesalan atau belas kasihan. Bi Dam bertanya apa karena alasan ini dari sejak saat itu dan sampai sekarang bahwa Moon Noh selalu memperlihatkan ketakutan pada Bi Dam. Bi Dam bertanya apa ada di dunia ini seorang guru takut dengan muridnya sendiri. Bi Dam pergi dan mengingatkan Moon Noh bahwa dulu ia hanya anak kecil, paling tidak Moon Noh dapat memeluknya sekali dan pergi. Moon noh berteriak memanggilnya dan ia terduduk kembali di kursinya.

Bi Dam lari cepat kemudian tangisnya mulai pecah (oh my...). Kemudian Bi Dam lari ke kuil Putri Cheon Myeong mencari Deok Man. Deok Man bertanya ada apa. Bi Dam berkata bahwa ia akan ikut Bi Jae besok. Deok Man bertanya apa yang ingin dilakukan Bi Dam. Bi Dam berkata ia akan membuat Kim Yu Shin menjadi Pungwolju.

Besoknya, Ho Jae mengumumkan Bi Jae akan dilaksanakan pada jam 11.00-13.00 siang. Akan diberikan pedang kayu istimewa dari Kementerian Pertahanan. Jika ada yang jatuh dan tidak mampu berdiri akan dianggap kalah dari Bi Jae. Jika ada 2 pemenang maka akan diberikan pada Moon Noh dan Chil Sook untuk diputuskan siapa pemenangnya. Bi Jae ini akan memilih Pungwolju baru dan tidak hanya untuk para Hwa Rang di Seorabeol tapi seluruh Hwa Rang dapat ikut serta.

Chil Sook bangun saat Ho Jae mengumumkan untuk menghormati Chil Sook sebagai Wonsanghwa. Bi Dam menuju Bi Jae. Deok Man membakar dupa untuk berdoa bagi Cheon Myeong. Deok Man berkata bahwa putra Cheon Myeong yaitu Kim Chun Chu akan segera tiba di Seorabeol. Deok Man berkata ia sedikit takut dan cemas dan bertanya apa dia akan baik2 saja. Deok Man juga berkata hari ini adalah Bi Jae babak III. Mereka berharap Kim yu Shin akan menjadi Pungwolju. Deok Man ingat Bi Dam meyakinkannya dan itu juga harapannya kalau Kim Yu Shin menjadi Pungwolju.

Para Hwa Rang mengambil undian. Seok Bum mendapat no.31, lalu Yu Shin dipanggil. Kim Yu Shin mendapat no.1. Al Cheon berkata Kim Yu Shin akan bertemu Baek Eui untuk putaran pertama. Bo Jong berharap Kim Yu Shin akan bertemu dengannya di pertandingan final. Seok Bum mengejek apa Kim Yu Shin dapat bertahan sampai final. Bo Jong berkata pada Kim Yu Shin untuk berusaha sampai final kemudian mereka akan menentukan siapa yang akan menang diantara mereka. Kemudian Bi Dam menerobos gerbang Hwa Rang dan masuk seperti miliknya sendiri.

Guk San Heun berlari menemui Deok Man dan memintanya datang ke lokasi Bi Jae karena sesuatu sudah terjadi. Sementara itu Ho Jae bertanya apa yang diinginkan Bi Dam dengan muncul di sini tanpa diundang. Bi Dam mengumumkan bahwa ia ikut serta dalam Bi Jae. Deok Man kaget melihat Bi Dam di lokasi Bi Jae dan heran apa yang akan dilakukan Bi Dam. (Courtesy of kadorama-recaps.blogspot.com)


WATCH VIDEO CLIPS OF EPISODE 33

Sinopsis The Great Queen Seon Deok Episode 34

Deok Man kaget melihat Bi Dam. Guk San Heun berkata bahwa Bi Dam sekarang sedang minta ijin dari Wonsanghwa (Chil Sook) untuk mengijinkannya mengikuti Bi Jae.

Se Jong bertanya apa mereka yakin bahwa Bo Jong akan dapat menjadi Pungwolju. Ha Jong berkata, Bo Jong tidak pernah kalah dalam Bi Jae. Seol Won berkata tidak ada jaminan kemenangan, dalam pertandingan bela diri selalu ada kejutan. Ha Jong berkata apa mereka perlu mempersiapkan sesuatu siapa tahu Bo Jong gagal.

Mi Saeng masuk dengan bersemangat. Mi Shil bertanya ada apa, Mi Saeng mengatur nafasnya dan berkata saat ia menuju tempat ini, ia melihat Bi Dam. Bi Dam menerobos gerbang Hwa Rang dan bermaksud ikut Bi Jae. Se Jong berkata bagaimana Bi Dam berani melakukan itu. Seol Won berkata, sebagai murid Gukseon dia punya kualitas untuk ikut Bi Jae. Ha Jong bertanya apa Bi Dam benar murid Moon Noh atau hanya pelayan saja. Mi Shil diam saja.

Ho Jae berkata pada Bi Dam Bi Jae ini adalah terbatas hanya untuk para Hwa Rang. Ho Jae bertanya apa hak Bi Dam. Bi Dam berkata ia murid Guk Seon. Bi Dam berkata sebagai murid Guk Seon, ia memiliki posisi sebagai Hwa Rang dan hak untuk mengikuti Bi Jae. Ho Jae berkata sudah ada konfirmasi 32 orang Hwa Rang dari perwakilan seluruh negeri. Meskipun Bi Dam memenuhi syarat tapi ia terlambat dan tidak sesuai standar prosedur Hwa Rang. Salah seorang Hwa Rang berkata ini permintaan yang tidak adil, karena mereka semua memenuhi syarat dan sudah berkompetisi dari jauh2 hari. Mereka hanya dengar Bi Dam murid Guk seon dan meskipun benar ia murid Guk Seon, tetap bertentangan dengan dasar2 Hwa Rang. Semua minta Bi Dam pergi.

Bi Dam kemudian mendekati salah seorang Hwa Rang dan meludah di dekatnya dan minta ia keluar dan memprovokasi orang itu. Hwa Rang itu bertanya apa mau Bi Dam dan ia merasa terhina, ia menghunus pedangnya. Bi Dam menyerang Hwa Rang itu dengan kecepatan yang luar biasa sehingga jatuh. Kemudian Bi Dam berkata pada Ho jae bahwa Hwa Rang yang jatuh ke tanah tidak layak mengikuti Bi Jae. Dia bertanya apa ia dapat menggantikannya. Joo Bang dan Go Do menyelinap keluar. Ho Jae berpikir bahwa Bi Dam sungguh berani menggunakan segala cara untuk ikut bertanding. Bi Dam bertanya apa ada yang melihat bahwa Hwa Rang inilah yang menghunus pedangnya dulu.

Moon Noh kaget sekali saat Joo Bang dan Go Do menghadapnya dan memberitahu apa yang dilakukan Bi Dam. Joo Bang minta Moon Noh melihat karena Bi Dam berkata ia murid Guk Seon dan ingin ikut Bi Jae. Moon Noh bertanya Joo Bang yakin Bi Dam mengaku ia muridnya, Joo Bang membenarkan.

Chil Sook berdiri dan bertanya apa Bi Dam benar murid Gukseon. Lalu Moon Noh datang dan bertanya ada apa. Ho Jae berkata bahwa Bi Dam mengaku sebagai murid Gukseon dan ingin ikut Bi Jae. Chil Sook berkata jika Bi Dam memang benar murid Guk Seon, maka ia berhak mengikuti Bi jae, maka jika Moon Noh membenarkan ia akan mengijinkan Bi Dam ikut. Moon Noh dan Bi Dam saling menatap dan berbicara dengan matanya. Bi Dam memperlihatkan bahwa ia harus mengikuti Bi Jae ini. Moon Noh berkata Bi Dam memang benar muridnya. Akhirnya Ho Jae mengumumkan Bi Dam akan ikut Bi Jae. Bi Dam akan menggantikan Hwa Rang yang jatuh tadi. Ho JAe memperkenalkan Bi Dam : Hwa Rang Bi Dam dari resimen Mu Myeong Ji Do atau resimen tanpa nama.

Bi Dam berterima kasih atas ijin berpartisipasi. Ho Jae mengumumkan bahwa ke 32 peserta sudah ditetapkan dan Bi jae akan diadakan siang ini. Mi Saeng berkata bahwa Dae Nam Bo akan segera tiba di Seorabeol. Mi Shil bertanya kapan tepatnya. Mi Shil mendengar bahwa Kim Chun Chu sudah sampai Danhangseong (perbatasan Silla kuno, sekitar 2 jam dari Seoul) mereka sudah menunggu Kim Chun Chu di Seorabeol.

Mi Saeng berkata ia akan memperingatkan Dae Nam Bo nanti jika sudah sampai karena penundaan ini. San Tak datang dan melapor bahwa Bi Jae akan mulai siang ini. Seol won bertanya apa yang terjadi dengan Bi Dam. San Tak berkata, Moon Noh membenarkan jika Bi Dam muridnya. Mi Shil tidak begitu terkejut dan Se Jong berkata bukankah sudah ada 32 peserta. San Tak membenarkan tapi salah seorang Hwa Rang berkelahi dengan Bi Dam dan jatuh ke tanah maka ia dianggap gugur. Jadi Bi Dam mengambil alih tempatnya. Ha Jong bertanya apa ini rencana Moon Noh dengan muridnya, mereka telah berkonspirasi.

Seol Won berkata ini bukan karakter Guk Seon. Ha Jong bertanya bagaimana Seol Won yakin dengan karakter Moon Noh. Seol Won berkata ia akan memeriksa masalah ini. Joo Bang dan Go Do melapor pada Deok Man, Bi Dam benar2 murid Moon Noh. Bi Dam seperti kilat berwarna biru seperti hantu, tanpa menoleh, ia menjatuhkan seorang Hwa Rang ke tanah dan Joo Bang menunjukkan gerakan Bi Dam pada Deok Man. Go Do berkata Bi Dam menggantikan tempat orang yang luka itu. Deok Man ingat Bi Dam berkata padanya, ia akan membuat Kim Yu Shin menjadi Pungwolju.

Para Hwa Rang membicarakan Bi Dam, ia mengaku murid Guk Seon tapi perilakunya tidak baik. Tiba2 seperti hantu Bi Dam muncul di tengah mereka dan bertanya siapa lawan yang akan mereka hadapi. Para hwa Rang berpikir Bi Dam benar2 tidak sopan dengan mereka. Bi Dam berkata apa mereka akan melawannya dan ia berkata siapa yang akan menjadi lawannya harus berhati-hati. Para Hwa Rang berpikir Bi dam gila.

Joo Bang berkata pada Yu Shin jangan terlalu cemas saat Kim Yu Shin mempersiapkan mental menghadapi Bi Jae. Kau sudah cukup berlatih. Semua latihan Yu Shin memukul batu akan berguna. Joo Bang dan Go Do minta Yu shin mengalahkan Baek Eui. Kim Yu Shin berkata mereka sungguh berisik dan minta mereka pergi. Joo Bang bertanya apa Yu Shin merasa tegang syarafnya. Go Do berkata mungkin karena ini ikut sertanya yang pertama dalam Bi jae. Joo Bang berpikir mereka harus menemukan sesuatu untuk meringankan hati Yu shin yang gelisah. Joo Bang menemukan pedang kayu Yu Shin dan membawanya pada Yu shin. Kim Yu shin mengambilnya dan bertemu Al Cheon. Joo Bang dan Go Do memberi semangat pada Al Cheon untuk melakukan yang terbaik karena nangdo Al Cheon dan mereka adalah teman baik. Tapi Al Cheon dan Yu Shin bersikap dingin satu sama lain. Joo Bang berkata Bi Jae pasti sesuatu yang sangat penting sehingga membuat orang sangat tegang. Go Do berkata mereka berdua yang sangat akrabpun tiba-tiba menjadi begitu dingin menakutkan satu sama lain.

Bo Jong tahu Seok bum akan menghadapi Bi Dam dalam ronde pertama. Seok Bum cemas karena ia tahu kemampuan bela diri Bi Dam saat di distrik Iseo. Bo Jong tahu Bi Dam cepat dengan gerakannya, jadi ia minta Seok bum hati-hati. Seok bum akan melakukan yang terbaik dan jika ia gagal, ia akan berusaha untuk tidak cedera sehingga dapat memasuki babak berikutnya. Kemudian Bi Dam muncul di muka mereka dan bertanya siapa yang mereka maksud. Bi Dam seperti hantu gentayangan yang mengganggu para Hwa Rang. Bi dam berkata, Bo Jong dan Seok Bum berasal dari tim yang sama, jadi lebih baik mereka maju bersama sekaligus. Jadi Bi dam dapat membereskan mereka berdua sekaligus. Bi Dam berkata sepanjang yang ia ingat kemampuan bela diri Seok Bum tidak berarti bahkan untuk menyelamatkan nyawanya sendiri.

Seok Bum marah dengan ledekan Bi Dam dan berteriak pada Bi dam karena telah menghinanya. Bi Dam sebaliknya berkata jika Bi Jae adalah pertandingan untuk mencari yang paling bersuara keras maka Seok Bum mungkin akan sukses menjadi Pungwolju dengan suaranya. Bi Dam merasa lucu dan pergi sambil berkata bagaimana orang sependek Seok Bum memilik suara yang begitu keras. Seok bum benar2 merasa terhina dan murka.

Bi Dam menemui Im Jong. Im Jong hampir menghunus pedangnya saat tiba2 Bi Dam melompat mendekatinya dan bertanya apa Im Jong mengenalnya. Bi Dam berkata bahwa Im Jong harus mengenalnya. Im Jong bertanya ada apa dengan Bi dam. Bi Dam bertanya apa Im Jong kapten resimen Ho Guk Seon Do. Ia berkata gurunya Moon Noh dulu adalah kapten resimen yang sama. Moon Noh sudah menciptakan ilmu bertempur khusus resimen ini. Bi dam belum pernah melihat teknik Im Jong, tapi ia berbisik pada Im Jong, jika mereka bertemu saat Bi Jae nanti, sepertinya mereka akan merebutkan siapa yang lebih pantas menjadi murid Guk Seon. Deok Man masuk dan mendengar apa yang dikatakan Bi Dam. Bahwa Im Jong tidak pantas menjadi Kapten resimen ini dan jika ia kalah, ia harus menyerahkan tampuk pimpinan pada Bi Dam. Bi Dam melihat Deok Man. Im Jong dan Bi Dam memberi hormat.

Deok Man memanggil Bi Dam dan bertanya apa maksud Bi Dam dengan semua ini. Apa maksud Putri? Deok Man berkata semua provokasinya, semua taktiknya dan mengganggu para Hwa Rang dengan semua olok-oloknya. Deok Man berkata jika Bi Dam ingin ikut Bi Jae, maka ia harus berlatih. Bi Dam berkata ini adalah persiapan yang terbaik yang ia lakukan. Deok Man heran. Bi Dam berkata ia yakin dengan kemampuannya. Tapi ia belum berpengalaman berhadapan dengan seseorang di Bi Jae, jadi dia harus yakin dengan hasilnya. Deok Man bertanya lalu apa maksudnya. Bi Dam berkata setiap jurus pedang keluar dari dalam hati setiap petarung, maka dengan provokasi, dan mengganggu mental mereka juga dapat mempengaruhi performa permainan pedang mereka. Bi Dam berkata ia mengganggu mereka untuk mendapat hasil yang maksimal. Deok Man berkata taktiknya ini murahan. Bi Dam berkata bahwa Deok Man pernah mengatakan bahwa inti Hwa Rang adalah jangan pernah membedakan antara kehidupan sehari-hari dengan pertempuran. Para Kapten Hwa Rang itu gagal mengetahui aturan itu. Deok Man benar2 tidak dapat mengatakan apapun saat Bi Dam memutarbalikkan kata2nya.

Bi Jae mulai pada siang hari. Bi Dam menghadapi Seok Bum dan melempar Seok Bum ke lantai. Kim Yu Shin dan Phil Dan lolos. Bo Jong juga lolos. Kemudian Al Cheon lolos. Kemudian Bi Dam harus berhadapan dengan bo Jong. (wow..2 anak Mi Shil)

Raja bertanya tentang perkembangan Bi Jae. Kim Yong Chu berkata bahwa Bi Dam juga ikut serta, Ratu Maya bertanya apa Bi Dam adalah anak yang menjadi pengikut Deok Man. Kim Yong Chu membenarkan. Ia juga merupakan murid Guk Seon. Kemudian kasim melaporkan kedatangan Duta Besar Cina yang datang dari Hangju. Raja senang dan bertanya apa Kim Chun Chu juga datang bersama dia. Kasim ragu2 dan ia berkata bahwa Mi Shil sudah mendahului mereka menjemput Kim Chun Chu.

Raja kaget bahwa sekarang Mi Shil menguasai Kim Chun Chu. Ratu Maya bertanya bagaimana Mi Shil dapat menahan Kim Chun Chu. Kim Yong Chu berkata jika Kim Chun Chu sudah berangkat sebelum Duta Besar maka seharusnya Kim Chun Chu sudah tiba di Seorabeol sekarang karena Duta Besar juga sudah sampai. Mengapa ia belum tiba. Ratu Maya mencemaskan cucunya apa mungkin Mi Shil menahan Kim Chun Chu. Raja memerintahkan penyelidikan.

Mi Saeng mendapat laporan bahwa Dae Nam Bo dan Kim Chun Chu sudah melewati Geumohsan dan akan segera tiba di Seorabeol. (Geomohsan, sekarang Namsan di Gyeongju).

Mi Saeng heran, Geumohsan sangat dekat mengapa mereka belum sampai juga. Petugas melapor bahwa Hwa Rang Dae Nambo sudah memberikan posisi mereka. Ia berkata perjalanan jauh sudah membuat Kim Chun chu kelelahan dan sakit sehingga mereka harus beristirahat dan tinggal beberapa hari di Danhangseong untuk pengobatan. Se Jong berkata meskipun begitu, mereka seharusnya sudah tiba di Seorabeol sekarang. Ha Jong juga berkata meskipun mereka jalan kaki, mereka juga seharusnya sudah sampai. Petugas itu ragu2, lalu berkata bahwa Kim Chun Chu tidk bisa naik kuda. Semua shock dan heran bagaimana ia tidak dapat menunggangi kuda.

Mi Saeng berpikir itu omong kosong jika ada orang yang tidak dapat naik kuda apalagi Chun Chu sudah besar. se Jong dan Ha Jong melihat Mi Saeng kemudian Mi Saeng sadar, ia juga tidak bisa naik kuda (bwa...ha..ha). Mi saeng membela diri bahwa biarpun ia tidak bisa naik kuda ia punya bakat yang lain untuk menutupi kekurangannya. Mi Saeng minta Kim Chun Chu dibawa dengan tandu saja.

Dae Nam Bo memimpin rombongan Kim Chun Chu dan terdengar perintah berhenti. Dae Nam Bo melompat dari kudanya dan bertanya ada apa. Kim Chun Chu berkata ia terlalu pusing untuk meneruskan perjalanan dan perlu istirahat. Dae Nam Bo meminta tandu diturunkan. Kim Chun Chu (kelak akan menjadi Raja besar Taejong Muyeol) istirahat sejenak dan menghirup udara dan minta handuk dan air. Kim chun Chu kemudian membasuh wajahnya dan membersihkannya dengan handuk. Dae Nam Bo menunggu dengan gelisah. Ia berkata Kim Chun Chu harus segera meneruskan perjalanan karena mereka sudah ditunggu di Seorabeol. Mereka sudah dekat sekali. Kim Chun Chu berkata bahwa tandunya membuatnya merasa pusing dan ia tidak dapat melanjutkan perjalanan. Ini membuat Dae Nam Bo kesal sekali dengan Kim chun Chu yang cengeng.

Kim Chun Chu memiliki bakat diplomasi yang sangat tinggi dan itu terlihat saat berurusan dengan Dinasti Tang. Sekarang ia mempermainkan penjaganya.

Kim Chun Chu bertanya mengenai Bi Jae yang diadakan di Seorabeol. Dae Nam Bo membenarkan dan Kim Chun Chu berkata bahwa hari ini terlalu panas untuk melakukan perjalanan. Kim Chun Chu mengembalikan handuk basahnya dan Dae Nam Bo seperti ingin memukul wajah Kim Chun Chu.

Babak final Bi Jae, para semi finalisnya : Kim Yu Shin dari resimen Yonghwa akan bertemu Al Cheon dari resimen Bi Jeong Ji Do. Kemudian Bi Dan dari Mu Myeong Ji Do akan bertemu Bo Jong dari Il Wyol Seon Do. Pertandingan semi final akan diadakan sekitar pukul 3-5 sore.

Kim Yu Shin merawat bahunya yang melepuh saat Wyol Ya dan Seo Ji datang dan melihat keadaannya. Seo Ji melihat bahu Yu Shin yang luka dan bertanya apa Yu Shin mampu meneruskan pertandingan. Yu Shin berkata Hwa Rang yang lain juga kondisinya sama. Seo Ji membantu mengobati bahu Yu Shin. Wyol Ya berkata jika Yu Shin berhasil menjadi Pungwolju maka akan mempercepat rencana mereka. Kim Yu Shin harus menang.

Al Cheon juga luka tangannya. Anak buahnya berkata ia akan berhadapan dengan Kim Yu Shin. Al Cheon berkata ia akan melakukan yang terbaik. Jika Al Cheon menang ia akan berhadapan dengan Bo Jong. Bukankah itu akan jadi masalah. Lebih baik Al cheon membuat perjanjian dengan Yu shin demi kerjasama mereka. Al Cheon tidak akan melakukan itu, ia tidak ingin memanipulasi Bi Jae demi keuntungan diri sendiri. Keduanya tidak akan melakukannya karena ini Bi Jae.

Bo Jong berlatih push up. Seok bum datang dan bertanya apa Bo jong baik2 saja. Ia minta maaf karena tidak banyak membantu. Bo Jong menghibur Seok bum dan berkata Bi Dam adalah lawan yang tidak terduga. Seok bum menasihati Bo Jong agar berhati-hati dengan Bi Dam. Bi Dam cepat sekali gerakannya. Seok Bum berkata, Kim Yu Shin danAl Cheon mungkin sudah membuat kesepakatan. Seok Bum berkata bahwa kekuatan terbesar Bi Dam adalah kecepatan refleksnya dan kelincahannya. Tapi Bi Dam sudah terluka pergelangan kakinya. Bi Dam pasti susah menggunakan pergelangan kakinya untuk melakukan gerakan.

Bi Dam...tidur seperti kayu dan mengangkat kaki kanannya agar beristirahat, Dae Pung dan Guk San Heun datang dan membawa air untuknya. Kemudian mereka melihat Bi Dam tidur dengan nyenyak dan tidak peduli dengan dunia, mendengkur, dan tertawa sendiri dalam tidurnya. Guk San Heun berkata Bi dam benar2 tidak memerlukan bantuan dari orang lain. Kemudian mereka melihat luka Bi Dam yang disebabkan oleh Im Jong dan bertanya-tanya apa Bi Dam dapat berjalan dengan luka itu.

Mi Saeng mencari kakaknya dan Mi Shil berkata bahwa Kim Chun Chu belum tiba. Mi Saeng berkata Chun Chu sudah melewati Geumohsan dan sudah dekat sekali. Hanya karena Kim Chun Chu tidak dapat naik kuda dan Mi Saeng berpikir itu aneh. Mi Shil dan Seol Won memandang Mi Saeng dengan aneh. Mi Saeng membela diri bahwa paling tidak ia memiliki kemampuan lain dan tidak seperti Kim chun Chu yang tidak memiliki kemampuan apapun.

Dae Nam Bo mondar mandir saat Kim Chun Chu istirahat. Dae Nam Bo membujuk Chun Chu untuk belajar menunggangi kuda karena itu tidak susah dan semua orang bisa melakukannya. Dae Nam Bo bersedia mengajar Kim Chun Chu naik kuda karena itu pasti sangat menyenangkan. Kim Chun Chu bertanya apa benar menyenangkan. Dae Nam Bo akan memperlihatkannya. Kim Chun Chu berkata ia pernah belajar naik kuda beberapa waktu yang lalu tapi susah sekali dan paling tidak Dae Nam Bo memberikan tali kekang dan ia akan mencobanya. Kim Chun Chu keluar dan belajar naik kuda. Kemudian Dae Nam Bo berkata ia harus menahannya, Kim Chun Chu berkata dia menjadi takut dan ingin turun segera. Dae Nam Bo membujuk Chun Chu agar tinggal di punggung kuda beberapa saat lagi, tapi Chun Chu ingin turun. Saat dibawah Kim Chun Chu berkata belajar naik kuda membuatnya lelah dan ia akan istirahat di penginapan. Dae Nam Bo ..shock!

Kim Chun Chu merasa mual saat di punggung kuda biarpun hanya sebentar, tapi mereka harus segera berangkat tapi Kim Chun Chu berkeras bahwa ia ingin ke penginapan untuk istirahat.

Kim Yu Shin, Bo Jong, dan Al Cheon mempersiapkan diri tapi Bi Dam tidur. Moon Noh datang menemui Deok Man dan bertanya apa ia memerintahkan Bi Dam melakukan ini. So Hwa kaget mendengar nama Bi Dam. Deok Man berkata ia tidak memberikan perintah. So Hwa berkata bahwa Bi Jae akan mulai sebentar lagi dan mereka harus segera berangkat. Deok Man berangkat.

Ho Jae mengumumkan semi final akan mempertemukan Kim yu shin dan Al Cheon. Mereka memberi hormat pada Deok Man. Resimen Yonghwa memberi semangat pada Yu Shin dan resimen Bi Cheon ji do juga sama, mereka menyemangati Al Cheon. Kim Yu shin mulai bertarung dengan Al Cheon. Kim Yu Shin terbukti lebih unggul dan Al Cheon terjatuh dan pingsan. Kim Yu Shin pemenangnya. Kim Yu Shin akan memasuki babak final. Kemudian Kim Yu Shin mengangkat Al Cheon yang pingsan dan mengangkat tangan Al cheon.

Kim Yu Shin dibawa ke belakang untuk istirahat. Resimen Yong Hwa merawat yu shin. Al Cheon masuk dan berkata bagaimana mungkin ia yang kalah bisa berjalan tapi sang pemenang justru terbaring di tempat tidur. Kim Yu Shin berkata tadi benar2 pertempuran yang hebat. Al Cheon berkata Yu shin harus menjadi Pungwolju karena telah mengalahkannya dengan terhormat. Joo Bang berkata al Cheon sebenarnya tidak perlu mati2an seperti itu, tapi anggota resimen Bi Cheon berkata inilah Bi Jae itu. Joo Bang tidak dapat mengerti semua pelukan dan berkata bahwa persahabatan adalah selamanya. Joo Bang merasa semuanya tidak masuk akal.

Dae Nam Bo menemui Kim Chun Chu untuk bertanya apa yang diperlukannya saat ia menemukan kamar Chun Chu kosong. Kim Chun Chu menipu Dae nam Bo dengan boneka yang ditaruh di tempat tidurnya. Dae Nam Bo memerintahkan semua orang untuk mencari Chun Chu. Dae Nam Bo benar2 pusing.

Berikutnya di Bi Jae, Bo Jong akan melawan Bi Dam. Bo Jong ingat Seok Bum berkata Bi dam itu cepat tapi pergelangan kakinya terluka parah. Bo Jong harus menyerang pergelangan Bi Dam. Bo Jong berkata bahwa kemenangan Bi Jae dan keadaan memihaknya. Kemudian Bi Dam melakukan gerakan yang mirip gerakan Tai Chi. Moon Noh kaget dan Chil Sook melihatnya.

Bi Dam menggunakan kekuatan Bo Jong untuk menyerang Bo jong sendiri. Bi Dam melihat ke arah Moon Noh yang terkejut. Moon Noh tidak pernah mengajarkan ilmu ini pada Bi Dam, Bi Dam mencuri belajar karena Moon Noh tampaknya segan mengajar semua ilmu pada Bi Dam. Bi Dam memohon untuk belajar semua ilmu gurunya. Moon Noh berkata Bi Dam menguasai ilmu bela diri hanya dengan melihat.

Bi Dam menggunakan gerakan yang pelan dan mendekat lalu mendorong Bo Jong ke tanah menggunakan kekuatan Bo jong sendiri. Bi Dam menang ! Moon Noh hanya duduk melihat Bi Dam. (Tirza : Tai Chi Cuan diciptakan pertama kali oleh Chang Chun Bao, ia pergi ke gunung Wu Tang untuk bermeditasi, disana ia mendapat pencerahan dan mendirikan Wu Tang Si atau Bu Tong Pay dan mengganti namanya menjadi Chang Sam Fong atau Thio Sam Hong. Ia benar2 pernah hidup. Kisahnya ada di serial silat Ie Thien Tu Long Ci atau To liong To atau Golok Pembunuh Naga)

Ho Jae berkata bahwa babak final akan dilaksanakan besok pagi, tapi Bi Dam berkata bahwa ia akan melawan Kim Yu Shin sekarang dan di sini. Ho Jae memanggil Yu Shin dan bertanya apa ia setuju. Kim Yu Shin berkata jika Bi Dam baik2 saja, ia juga setuju dan akan bertanding sekitar 2 jam lagi.

Kim Yong Chu melapor pada Raja dan Ratu Maya bahwa Bo Jong dikalahkan Bi Dam. Raja terkejut dan Ratu berkata sepanjang pengetahuannya, Bo Jong tidak pernah kalah dalam Bi Jae. Bagaimana Bi Dam mengalahkan Bo Jong dia pasti sangat hebat. Kim Yu Shin berkata jika Bi Dam menang di final ini maka mereka masing2 telah menang sekali. Jadi akan ada pemgambilan suara untuk menentukan Pungwolju.

Raja berkata dengan sisitem pemungutan suara, sepertinya Bo Jong akan menjadi pemenangnya. Ratu Maya berkata Kim Yu Shin harus menjadi Pungwolju untuk memperkuat dukungan pada Putri Deok Man. Ha Jong kecewa Bo Jong kalah. Se Jong heran dan Mi Shil shock karena Bo Jong kalah dari Bi Dam. Se Jong bertanya apa yang akan dilakukan Mi Shil. Ha Jong mengingatkan bahwa Yu Shin dan Bi Dam adalah anak buah Deok Man. Mi Shil berkata ia akan pergi ke lokasi Bi Jae. Ha Jong berkata kehadiran ibunya tidak akan berpengaruh pada hasilnya. Mi Shil pergi dan Ha Jong tidak mengerti.

Mi Shil pergi mengunjungi anaknya yang kalah. Mi Shil kecewa sekali. Bo Jong minta maaf pada ibunya. Mi Shil berkata Bo Jong sudah melakukan yang terbaik. Mi Shil lalu menghibur anaknya yang kecewa dan meyakinkan Bo Jong bahwa ia sudah melakukan hal yang baik sekali.

Kim Yu Shin bertemu dengan Bi Dam. Mereka saling memendang selama sekitar 15 menit (wow..lama juga ya, Yu shin bisa jatuh cinta ama Bi Dam tuh..hehe..)

Joo Bang bertanya apa mereka akan benar2 saling mengalahkan dengan hanya saling memandang. Joo Bang berkata ini adalah pertempuran pikiran dan mereka tidak akan mengerti. Deok Man melihat ke 2 pria itu dan ia ingat berkata pada Bi Dam jika apa yang ia takutkan terjadi, ia tidak akan memaafkan Bi Dam. Bi Dam berkata bahwa Deok Man takut Kim Yu shin kalah dalam Bi Jae. Deok Man berkata dia akan menerima kekalahan Kim yu shin tapi tidak dengan apa yang direncanakan Bi Dam. Jika itu niat Bi Dam, Deok Man minta Bi Dam tidak memikirkannya, khususnya Yu Shin tidak akan menerima jika Bi Dam mengalah. Deok Man berkata dalam hati, Bi Dam tidak boleh mengalah dalam Bi Jae ini.

Kim Yu Shin bertempur dengan Bi Dam dan menyadari niat Bi Dam dan minta agar Bi Dam benar2 melawannya dan memperingatkan jika Bi Dam mengalah ia akan mati. Bi Dam meminta Kim Yu shin untuk melihat dengan perspektif yang lebih luas, antara apa yanh akan ia raih dengan ambisi Putri Deok Man. Bi Jae ini tidak bisa dibandingkan. Kim Yu shin berkata jangan berani2 meremehkan Bi Jae ini. Mi Shil mendatangi lokasi Bi Jae.

Kemudian Bi Dam jatuh ke tanah dan Kim Yu Shin minta Bi Dam bangun. Kemudian Chil Sook menjadi marah dan turun ke lapangan, ia berkata Kim Yu Shin dan Bi Dam menghina Bi Jae. Chil Sook berkata beraninya kalian menyebut diri kalian sebagai Hwarang! Deok Man takut bahwa Chil sook adalah bagian dari rencana Mi Shil. Chil Sook ingat Seol Won berkata ada kemungkinan Guk Seon mengirim Bi Dam untuk mengalahkan Bo Jong agar Kim Yu Shin berhasil menjadi Pungwolju. Chil Sook meyakinkan bahwa Moon Noh tidak akan melakukan hal seperti itu menodai Bi Jae. Seol Won masih tidak yakin dan berharap ia salah. Tapi tetap saja mencurigakan. Chil Sook berkata jika Moon Noh benar2 melanggar Bi Jae, dia akan memaafkan Moon Noh. Mi Shil berkata akan lebih mudah bagi mereka jika Guk Seon memang merancangnya. Chil Sook mengerti maksud Mi Shil.

Mi Shil dan Chil Sook bertemu dan Mi shil bertanya apa maksud Chil Sook. Chil Sook berkata pada semua orang bahwa ia Wonsanghwa Chil Sook telah menghabiskan hidupnya dengan pedang dan jika mereka menghina Bi Jae, ia lebih baik membutakan matanya daripada melihatnya. Chil Sook melihat Moon Noh dan meminta Moon Noh menyatakan pendapatnya apa Bi Jae ini adil dan sah. Chil Sook bertanya apa Guk Seon setuju, jika Guk Seon setuju maka Hwa Rang akan selesai.

Para Nangdo saling bergumam dan berbisik apa artinya ini dengan akhir Hwa Rang, saat itu Kim Chun Shu menyelinap diantara kerumunan orang. Joo Bang mencoba mendengar dan minta teman2nya diam saat Kim Chun Chu datang disamping Joo Bang dan bertanya siapa pemenangnya dan bertanya ini dan itu. Joo Bang sangat terganggu kemudian ia ingin memukulnya tapi ia melihat Kim Chun Chu bukan Go Do seperti yang ia pikir.

Joo Bang : Dan siapa..Anda?
Kim Chun Chu : Aku... adalah Kim Chun Chu.
Kim Chun Chu tersenyum sebagai karakter baru dalam drama ini..(Courtesy of kadorama-recaps.blogspot.com)

WATCH VIDEO CLIPS OF EPISODE 34

SAMBUNGAN EPISODE 35 - 65

SAMBUNGAN EPISODE 66 - 101


Courtesy of indosiar

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS